Ada Apa Dengan Setan?

Oleh: Ust. Muhammad Hidayatullah
Ketua Bidang Pengembangan Studi Al-Qur’an Dewan Dakwah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya –

Definisi Setan

Setan dari kata syathana yasythunu syathnan, dalam tafsir al Qurthubi disebutkan bahwa syathana bermakna idza ba’uda ‘anil khairi yakni jika dijauhkan dari kebaikan. Jamak dari setan adalah syayaathin yang berarti banyak setan. Setan berarti kata sifat yaitu segala sesuatu yang menjauhkan dari kebenaran, setiap makhluk yang suka membangkang baik berupa jin, manusia dan lain sebagainya.
Ada juga yang berpendapat bahwa setan dari kata syatha yasyitu yaitu bermakna idza halaka yakni ketika binasa atau idzahtaraqa yakni ketika terbakar, sedangkan huruf nun-nya adalah nun zaidah atau tambahan. Sehingga setan merupakan kata sifat dengan karakternya yang buruk dan merusak.
Akan tetapi dari dua asal kata tersebut yang mendekati adalah kata syathana, dan orang yang kesetenan disebut tasyaithana fulanun idza af’alasysyayathhin.
Oleh karena itu setan itu terlaknat yakni ar-Rajim yakni al-mub’idu minal khair , al-muhan yaitu yang dijauhkan dari kebaikan, yang hina. Asalnya adalah ar-rajmu yang berarti ar-ramiyyu bil hijarah yakni yang dilempari dengan batu, saat hukum rajam bagi pezina muhshan.

قَالُواْ لَئِن لَّمۡ تَنتَهِ يَٰنُوحُ لَتَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمَرۡجُومِينَ

Mereka berkata: “Sungguh jika kamu tidak (mau) berhenti hai Nuh, niscaya benar-benar kamu akan termasuk orang-orang yang dirajam”. (asy-Syu’ara; 116)

قَالَ أَرَاغِبٌ أَنتَ عَنۡ ءَالِهَتِي يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُۖ لَئِن لَّمۡ تَنتَهِ لَأَرۡجُمَنَّكَۖ وَٱهۡجُرۡنِي مَلِيّٗا x

Berkata bapaknya: “Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka niscaya kamu akan kurajam, dan tinggalkanlah aku buat waktu yang lama”. (Maryam; 46)

Dalam dua ayat di atas, justru ancaman rajam itu disampaikan oleh musuh-musuh kebenaran atau justru diancamkan bagi para penegak kebenaran yaitu Nabi Nuh dan nabi Ibrahim alihimassalam.

Dedengkot Setan


Dedengkot setan atau yang pertama kali mendapat julukan setan adalah dari kalangan jin yaitu iblis. Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al Kahfi.

وَإِذۡ قُلۡنَا لِلۡمَلَٰٓئِكَةِ ٱسۡجُدُواْ لِأٓدَمَ فَسَجَدُوٓاْ إِلَّآ إِبۡلِيسَ كَانَ مِنَ ٱلۡجِنِّ فَفَسَقَ عَنۡ أَمۡرِ رَبِّهِۦٓۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُۥ وَذُرِّيَّتَهُۥٓ أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِي وَهُمۡ لَكُمۡ عَدُوُّۢۚ بِئۡسَ لِلظَّٰلِمِينَ بَدَلٗا
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (al Kahfi; 50)

Iblis telah divonis hukuman terlaknat sepanjang hidupnya, bahkan sampai di akhirat kelak karena kedurhakaannya dan kesombongannya. Oleh karena itu Iblis dan anak keturunannya berkarakter setan dan akan selalu menggoda anak cucu Adam ‘alaihissalam untuk menyesatkan dari jalan kebenaran.

قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ. ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ
Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). (al ‘A’raf; 16 – 17)

Perintah Ber-isti’adzah

Sebagai wujud kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk isti’adzah atau memohon perlindungan dari tipu daya setan yang sangat licik.
فَإِذَا قَرَأۡتَ ٱلۡقُرۡءَانَ فَٱسۡتَعِذۡ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ ٩٨
Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (an Nahl: 98)
Secara tekstual ayat di atas memerintahkan kita berta’awwudl ketika hendak membaca al Quran, sekalipun secara redaksi menggunakan fiil madli yang berarti bermakna lampau yakni telah, akan tetapi para ulama sepakat bahwa hal itu dalam posisi istiqbal atau sedang. Dan inilah di antara indahnya bahasa Quran, bahwa jika memulai membaca ta’awwudl di awal akna terlindungi sampai setelah membacanya.

Dalam kesempatan yang lain Allah mengajarkan kepada hamba-hamba-Nya memohon perlindungan kepada anak keturunannya lewat kisah Imran, yaitu memohonkan perlindungan anak keturunanya dari tipu daya setan.
فَلَمَّا وَضَعَتۡهَا قَالَتۡ رَبِّ إِنِّي وَضَعۡتُهَآ أُنثَىٰ وَٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا وَضَعَتۡ وَلَيۡسَ ٱلذَّكَرُ كَٱلۡأُنثَىٰۖ وَإِنِّي سَمَّيۡتُهَا مَرۡيَمَ وَإِنِّيٓ أُعِيذُهَا بِكَ وَذُرِّيَّتَهَا مِنَ ٱلشَّيۡطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ
Maka tatkala isteri ‘Imran melahirkan anaknya, diapun berkata: “Ya Tuhanku, sesunguhnya aku melahirkannya seorang anak perempuan; dan Allah lebih mengetahui apa yang dilahirkannya itu; dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan. Sesungguhnya aku telah menamai dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk”. (Ali Imarn; 36)

Dalam banyak Riwayat dengan bermacam redaksi, Rasulullah juga mengajarkan kepada umatnya untuk memohon perlindungan dari godaan dan tipu daya setan ini baik ketika sedang marah, hendak masuk kamar kecil, hendak berhubungan badan suami istri dan lain sebagianya.

Rayuan Setan

Bapak nenek moyang kita nabi Adam ‘alaihissalam juga tergoda oleh rayan setan. Bahkan dalam merayu sedemikian rupa setan perlu bersumpah dalam rangka gambar nabi Adam. Sungguh sangat luar biasa rajayuan setan ini sehingga harus bersumpah dalam rangka menggelincirkan nabi Adam dan Ibunda Hawa.
اسَمَهُمَآ لَكُمَا لَمِنَ لنَّٰصِحِينَ
Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, (al A’raf: 21)
Dengan rayuan maut demikian inilah manusia kerap melakukan untuk kemudian melakukan kemaksiatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Modus operandinya sangat halus dan tidak terasa bahwa apa yang dilakukan sebenarnya adalah kemasiatan. Kadang-kadang dibungkus dengan berbagai hal yang menyenangkan umat manusia, sehingga dengan berslogan demi seni kemaksiatan ini dilakukan, bahkan tidak hanya satu atau dua orang saja yang terjerat di dalamnya, tetapi banyak sekali kemudian umat terjebak dalam kemaksiatan ini.

Beda Adam dan Iblis

Keduanya yakni Adam dan Iblis dikeluarkan oleh Allah dari surga. Bedanya Iblis benar-benar membangkang kepada perintah Allah, sehingga ia divonis terlaknat dan sesat. Sedangkan nabi Adam alaihissama dan Ibu Hawa tidak secara sengaja atau berniat durhaka kepada Allah. Maka Allah memberikan jalan untuk mengampuni nabi Adam dan Ibunda Hawa dengan mengajarkan doa yang wajib dipanjatkan keduanya sepanjang kehidupan keduanya.

لَقَدۡ لَىٰٓ ادَمَ لُ لَمۡ لَهُۥ ا Dan sesungguhnya Kami telah memerintahkan
kepada Adam terlebih dahulu, maka kami tidak dapat melakukannya dengan kemauan yang kuat. (Tha: 115)

Pidato pertanggung jawaban setan


Pada Hari Kiamat iblis diberikan kesempatan oleh Allah untuk berpidato dihadapan semua umat manusia dan jin. Dan ini berbicara berbicara di mana iblis mengelak dari kesalahan kesalahan yang akan diberikan kepadanya.

وَقَالَ ٱلشَّيۡطَٰنُ لَمَّا قُضِيَ ٱلۡأَمۡرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمۡ وَعۡدَ ٱلۡحَقِّ وَوَعَدتُّكُمۡ فَأَخۡلَفۡتُكُمۡۖ وَمَا كَانَ لِيَ عَلَيۡكُم مِّن سُلۡطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوۡتُكُمۡ فَٱسۡتَجَبۡتُمۡ لِيۖ فَلَا تَلُومُونِي وَلُومُوٓاْ أَنفُسَكُمۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصۡرِخِكُمۡ وَمَآ أَنتُم بِمُصۡرِخِيَّ إِنِّي كَفَرۡتُ بِمَآ أَشۡرَكۡتُمُونِ مِن قَبۡلُۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمٞ ٢

Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih. (Ibrahim: 22)

Begitulah kelicikan setan dan hanay mereka yang bertauhid dengan benar yang akan dapat selamat dari typu daya setan. Dan impelemtasi dari kalimat tauhid itu adalah keikhlasan dalam menjalankan segenap perintah agama dan menjauhi semua larangan Allah subhanahu wa Ta’ala. wallahu ‘alam bishshawab

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *