MEMAHAMI PROPORSIONALITAS
DASAR NEGARA RI
Catatan untuk HUT Kemerdekaan RI ke-77

Oleh: Agus Salim
Ketum PB PII (1989-1992)

Dewandakwahjatim.com, Jakarta – Bahwa Piagam Jakarta merupakan rumusan resmi dasar negara Indonesia yg pertama kali, sbg hasil kompromi antara dua aliran pemikiran (Nasionalis Islami dan Nasionalis Sekuler) dlm sebuah lembaga resmi (Panitia Sembilan), yg dibentuk oleh lembaga yg resmi pula (BPUPKI).

Rumusan tsb mengalami perubahan hanya pd butir pertama sj, yaitu “Ketuhanan dg kewajiban menjalankan Syari’at Islam bg pemeluk”nya,
menjadi “Ketuhanan yg Maha Esa. Itupun perubahan terjadi karena ada peristiwa, yg oleh Prawoto Mangkusasmito diistilahkan sbg Historische Vraag (pertanyaan sejarah). Moh. Hatta mengajak empat tokoh Islam utk bicara terbatas sblm dilakukan Sidang PPKI, 18 Agustus 1945. Lantas terjadilah perubahan itu.
Pembukaan UUD 1945, alinea ke-3 berbunyi:
Atas berkat rahmat Allah yng Maha Kuasa dan dg didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yg bebas, mk rakyat Indonesia menyatakan dg ini kemerdekaannya.
Kemudian pd alinea ke-4 disebutkan:
Mk disusunlah kemerdekaan Indonesia itu dlm suatu UUD Negara Insonesia, yg terbentuk dlm suatu susunan Negra Republik Indonesia yg berkedaulatan rakyat dg berdasar kpd: Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yg adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yg dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dlm permusyawaratan/perwakilan, serta dg mewujudkan suatu keadilan sosial bg seluruh rakyat Indonesia.

Lima butir dasar negara itu kemudian lazim dikenal dg ‘Pancasila’. Pd sila I secara tegas berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa. Jd terdpt konsistensi antara bunyi alinea ke-3 dg sila I dasar negara kt. Diperjelas lg dlm batang tubuh UUD 1945, pasal 29 ayat 1: Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
Penegasan yg bersift final dr dasar negara Indonesia telah terformulasikan dg jelas dlm Dekrit Presiden, 5 Juli 1959. Dlm konsiderannya disebutkn: Bhw kami berkeyakinan bhw Piagam Jakarta tertanggl 22 Juni 1945 menjiwai UUD 1945 dan adlah mrupakan suatu rangkaian kesatuan dg konstitusi tsb.

Dlm dekrit tsb disebutkan pengakuan bhw Piagam Jakrta menjadi jiwanya UUD 1945, bahkan mrupakan rangkaian kesatuan dg konstitusi tsb. Presiden Soekarno membubuhkn tanda tangan atas nama rakyat Indonesia, dan sbg presiden Republik Indonesia/Panglima tertinggi Angktan Perang. Jd utk memahami dasar NKRI yg utuh hrs melibatkan 4 pilar, yaitu:

  1. Pembukaan UUD
    1945, alinea ke-3.
  2. Pembukaan UUD
    1945, alinea ke-4
    (Pancasila).
  3. Batang tubuh UUD
    1945, pasl 29 ayat 1
  4. Dekrit Presiden, 5
    Juli 1959.
    Keempatnya mrupakn satu kesatuan, yg tdk boleh dipisah-pisah. Betapapun kt menyebut dasar negra sbg Pancasila, namun itu hrs dipahami dlm kerangka 4 pilar tadi.

Mengapa itu penting? Krn sbg penegasan yg mendasari pemahaman bhw NKRI bukan ngr sekuler, itu pertama. Yg kedua, sgl bntuk UU, Peraturan, Hukum, Kebijakan, dll tdk boleh menyimpang/melanggar, apalagi bertentangn dg aturan maupun norma agama. Klu ada yg sengaja membawa misi itu (sekuler), berarti sbg upya/tindakn pengingkran thdp nikmat kemerdekaan yg tlh Allah anugerahkn kpd bngsa ini. Sikp tsb mrupakn bntuk langkah aniaya/zalim kpd Allah, bngsa dan ngara, serta pengkhianatan kpd para pendiri NKRI.(sudono/ed)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *