Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus DDII Jatim Bidang Ghazwul Fikri
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Betapa banyak manusia berkeinginan hidup mulia dengan berbagai upaya dan cara. Namun upaya dan caranya justru membuatnya terhina. Tidak sedikit manusia yang bertekad dengan sekuat tenaga untuk meraih pendidikan tertinggi dengan harapan mendapatkan kedudukan dan pengaruh yang luas. Bahkan ada pula yang menumpuk kekayaan sebanyak-banyaknya hingga masyarakat mengenalnya sebagai orang terkaya dan berpengaruh. Ada juga yang bekerja secara profesional dengan menerapkan disiplin tinggi dengan bekerja semaksimal mungkin sehingga tidak ada seorang pun yang mampu menyamai dedikasinya. Bahkan ada satu orang yang mendapatkan ketiga-tiganya sehingga dia mendapatkan jabatan tertinggi. Kedudukannya yang tinggi bukan menjadikan dirinya bersyukur tetapi justru berlaku sombong dan angkuh. Al-Qur’an menggambarkan akhir kehidupannya dalam keadaan nista dan terhina. Benar bila Al-Qur’an memberi jalan kemuliaan dengan meniti jalan sebagaimana jalan yang ditunjukkan oleh Allah, Sang Pemilik kemuliaan yang hakiki dan abai
Kejahatan dan kehancuran
Al-Qur’an menampilkan tiga sosok manusia dengan kejahatan yang sempurna. Mereka memiliki kekuasaan semu. Kekuasaan yang dimiliki untuk membuat kejahatan terstruktur dan sistematis. Mereka bersekongkol memperbudak rakyatnya dengan memperkaya diri dan mengokohkan kekuasaan, Al-Qur’an menggambarkan tiga tokoh itu sebagaimana forman-Nya :
وَقَا رُوْنَ وَفِرْعَوْنَ وَهَا مٰنَ ۗ وَلَقَدْ جَآءَهُمْ مُّوْسٰى بِا لْبَيِّنٰتِ فَا سْتَكْبَرُوْا فِى الْاَ رْضِ وَمَا كَا نُوْا سٰبِقِيْنَ
“dan (juga) Qarun, Fir’aun, dan Haman. Sungguh, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa) keterangan-keterangan yang nyata. Tetapi mereka berlaku sombong di bumi, dan mereka orang-orang yang tidak luput (dari azab Allah).” (QS. Al-‘Ankabut : 39)
Kalau Qarun memiliki harta melimpah hingga pemilik kekuasaan tertinggi tidak bisa menyentuh atau mengganggunya. Qarun mewakili kelompok pengusaha yang bebas dari tindakan hukum. Kekayaannya tak ternilai dan sulit dideteksi karena sangat melimpah dan banyak. Sementara Fir’aun merupakan sosok penguasa yang memiliki alat kekuasaan hingga kebijakannya bisa berjalan tanpa ada yang menghambat. Membunuh bayi laki-laki merupakan kejahatan paling besar di sepanjang sejarah. Namun hal itu tidak ada yang menghalanginya, hingga Allah yang menenggelamkannya. Sementara Haman merupakan sosok pendamping Fir’aun sekaligus panglima, sekaligus tangan kanan Fir’aun yang memiliki pengaruh dalam membangun fasilitas dan sarana negara. Dialah yang membangun bangunan tertinggi yang diinstruksikan Fir’aun guna melihat Tuhannya Nabi Musa.
Ketiga manusia ini sangat leluasa dan ditakuti oleh rakyarnya, hingga memperbudak kaum bani Israel. di puncaknya seluruh
rakyatnya disepakati untuk mengakui sebagai Tuhan dan penentu kehidupan. Fir’aun, Qaeun, Haman mengira bahwa mereka pemilik kemuliaan, sehongga sombong di muka bumi ini. Di puncak kekuasaannya tidak ada yang bisa dicapainya, sehingga Allah bertindak langsung dengan menggelamkan Qarun dan kekayaan di perut bumi. Sementara Fir’aun dan Haman beserta ditenggelamkan di laut.
Kemuliaan dan Jalan Lurus
Allah menunjukkan jalan kemuliaan dengan, bukan dengan menunjukkan kekayaan, kekuasaan, atau mendekat pada penguasa negara, tetapi dengan melakukan amal kebaikan sesuai dengan kedudukan dan posisi masing-masing. Allah hanya memberi rambu-rambu untuk menerima amal kebaikan sehingga akan mengangkat derajat pelakunya. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًا ۗ اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْـكَلِمُ الطَّيِّبُ وَا لْعَمَلُ الصَّا لِحُ يَرْفَعُهٗ ۗ وَ الَّذِيْنَ يَمْكُرُوْنَ السَّيِّاٰتِ لَهُمْ عَذَا بٌ شَدِيْدٌ ۗ وَمَكْرُ اُولٰٓئِكَ هُوَ يَبُوْرُ
“Barang siapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Fatir : 10)
Allah akan memuliakan seorang hamba yang maksimal dalam melakukan amal kebaik, baik dengan perkataan dan amal baik yang nyata. Bagi rakyat biasa dengan berbuat baik tak mengganggu atau merugikan kepentingan orang lain, bekerja dengan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Bagi pemilik jabatan atau kekuasaan bisa menjalankan tugas untuk mengayomi masyarakatnya dengan berbagai kebijakan yang mendatangkan ketenteraman dan kenyamanan di di tengah rakyatnya.
Allah tidak menutupi kebaikan seseorang, dan bahkan membalas kebaikan dengan balasan yang tidak diketahuinya. Allah mengabadikan amal baik seorang bapak yang memiliki kekayaan, namun ajal telah menjemputnya, sehingga harta kekayaannya tidak sampai pada anaknya. Namun Allah menjafa kekayaannya, hingga sampai pada anaknya ketika dewasa. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَاَ مَّا الْجِدَا رُ فَكَا نَ لِغُلٰمَيْنِ يَتِيْمَيْنِ فِى الْمَدِيْنَةِ وَكَا نَ تَحْتَهٗ كَنْزٌ لَّهُمَا وَكَا نَ اَبُوْهُمَا صَا لِحًـا ۚ فَاَ رَا دَ رَبُّكَ اَنْ يَّبْلُغَاۤ اَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِّنْ رَّبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهٗ عَنْ اَمْرِيْ ۗ ذٰلِكَ تَأْوِيْلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا
“Dan adapun dinding rumah itu adalah dua anak yatim di kota itu, yang di bawahnya tersimpan harta bagi mereka berdua, dan ayah seorang yang saleh. Maka Tuhanmu menghendaki agar keduanya sampai dewasa dan keduanya mengeluarkannya sebagai rahmat dari Tuhanmu. Apa yang kuperbuat bukan menurut kemauanku sendiri. Itulah keterangan perbuatan-perbuatan yang engkau tidak sabar terhadapnya.” (QS. Al-Kahfi; 82)
Bagi orang yang menginginkan kemuliaan, hanya bisa diraih dengan melakukan amal kebaikan tanpa berbuat menyimpang. Kalua manusia berbuat kejahatan dan berupaya menutupi dan menyembunyikan, Allah bukan hanya membalas kejahatan itu tetapi akan menghancurkan rencana jahat itu dan menghinakannya. Apalagi kejahatan yang direncanakan secara terstruktur. Allah pasti akan melenyapkannya hingga membuatnya hina, baik untk dirinya maupun keluarga dan komunitasnya.
Surabaya, 19 Agustus 2022