Oleh: Muhammad Hidayatullah
Pengurus Dewan dakwah Islamiyah lndonesua Bidang Organisasi Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
Dari Anas bahwa Nabi bersabda: “Tidak akan tiba hari Kiamat sehingga manusia bermegah-megahan dalam membangun masjid ”. [HR. Abu Dawud, Ahmad dan Ibnu Majah]
Pengertian Masjid dan sujud
Masjid dari akar kata sajada-yasjudu-sujuudan yakni wadla’a jabhatahu ‘alal ardli yakni meletakkan dahinya di atas tanah. Sedangkan masjid jamaknya masaajid adalah makaanun yushalli fiihinnaasu jamaa’atan yaitu tempat manusia shalat berjamaah. Sehingga masjid merupakan bentuk isim makan dari sajida-yasjudu tersebut yang juga berarti tempat orang bersujud.
Sujud merupakan symbol ketundukan dan ketaatan secara mutlak dan itu yang pertama dan utama adalah kepada Allah Sunhanahu wa Ta’ala. Sehingga tatkala seorang hamba telah bersujud kepada Allah seyogyanya ia tautkan hatinya selalau kepada Allah. Sekiranya ia belum menautkan hati kepada Allah secara total, maka dapat diindikasikan bahwa ia belum sujud dalam arti yang sebenarnya kepada Allah Sunhanahu wa Ta’ala.
Mengembalikan fungsi masjid
Masjid dalam hadits di atas merupakan bagian dari tanda datangnya hari Kiamat, yaitu ketika bangunan masjid dibikin sedemikian megah dan mewah. Dan pada saat ini dapat kita saksikan hampir semua masjid berbenah untuk memegahkan diri termasuk yang sudah lama perlu diadakan renovasi. Maka hal ini menjadi suatu yang perlu mendapat perhatian bagi kita bersama terhadap sinyalemen hadits di atas, bahwa hal itu menjadi tanda semakin dekatnya hari Kiamat itu.
Tentu yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah fungsi masjid itu sendiri, karena keterjebakan hanya pada bermegah-megahan saja tanpa memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar, merupakan suatu yang memprihatinkan. Maka memahami fungsi masjid dalam artian yang sebenarnya merupakan kemutlakkan yang tidak bisa dihindari. Terutama bagi Ta’mir Masjid yang bertanggung jawab atau kalau tidak boleh dikatakan sebagai pemegang amanah bagi umat di sekitarnya.
Masjid merupakan pusat aktifitas bagi kaum muslimin dan muslimat. Khususnya dalam rangka pembinaan keimanan dan ‘ubudiyyahnya. Maka masjid seolah menjadi sarana penjaga terhadap keberlangsungan dan kesinambungan kedua hal tersebut. Sehingga fungsi masjid merupakan sarana ta’lim bagi umatnya. Ada suatu jaminan bahwa warga masjid adalah warga muslim yang senantiasa berpegang teguh pada nilai keimanannya dengan berlandaskan pada nilai-nilai tahuhid dan mampu mejalankan ibadah yakni bersujud, tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Masjid Sekaligus berfungsi menjadi perekat ukhuwwah di antara kaum mulimin. Ibadah ritual yang menjadi sarana komunikasi setiap pribadi dengan tuhannya yang secara umum sering disebut shalat secara struktural, senantiasa dilakukan secara berjamaah. Maka secara fungsi sosial yakni fungsi shalat secara fungsional masjid seharusnya menjadi titik koordinat bagi seluruh hajat hidup umat disekitarnya. Sehingga jangan sampai ada warga yang kelaparan atau bahkan kekurangan kebutuhan pokoknya apalagi sampai mereka harus mencuri. Seolah dalam hal ini masjid juga menjaga tingkat kesejahtraan lahir dan batin bagi umatnya tersebut.
Dari sini dapat terlihat bahwa begitu beratnya tanggungjawab sebagai Ta’mir Masjid itu. Bukan sekedar hanya tempel nama begitu saja, tetapi memang ada tanggungjawab di sisi Allah jauh lebih berat. Maka ta’mir memang adalah orang-orang pilihan yang memang memiliki kapasitas yang baik, sebagaimana Allah menyampaikan:
Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaan, dan mereka kekal di neraka. Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (at Taubah: 17 – 18)
Maka begitu strategisnya sesungguhnya fungsi masjid jika dapat dioptimalkan dengan sebaik-baiknya. Kualitas umat ini sangat bergantung pada bagaimana kualitas manejemen masjid yang ada di wilayahnya. Karenanya seharusnya antara masjid dan umatnya memiliki keterikatan dan keterkaitan yang sangat erat. Keduanya merupakan suatu yang saling menunjang. Maka bagaimanapun menejemen masjid haruslah menjadi perhatian bagi kepentingan kita seluruh kaum muslimin ini.
Sehingga kita tidak hanya terjebak pada berlomba dalam bermegah-megahan masjid. Tetapi sekaligus berlomba membangun SDM masjid sehingga berfungsi sebagaimana mestinya. Optimalisasi fungsi masjid sehingga berdampak pada lingkungannya merupakan program utama dan prioritas dari lainnya bagi umat ini, termasuk dari sekedar bermegah-megahan membangun fisiknya.
Kegiatan berbasis masjid merupakan kegiatan yang harus selalu dicanangkan. Jangan sampai masjid justru menjadi sumber perpecahan dikalangan kaum mualimin. Hal ini bisa jadi karena adanya perbedaan persepsi di tengah umat, dan perbedaan yang ada haruslah dipahami sebagai suatu keyakinan yang memang tidak dapat dipaksakan antara satu dengan lainnya. Biarlah umat tercerahkan dengan diberikan bimbingan yang memang beristinbath pada sumber hukum islam yakni al Quran dan ash Shunnah. Karena dakwah kita tidak mengajak kepada kelompok apalagi fanatik kelompok atau golongan. Berilah kebebasan pada umat untuk menentukan keyakinannya sendiri, setelah mereka memahami kebenaran yang disampaikan, karena tanggung jawab kepada Allah juga bersifat sendiri-sendiri.
Berlomb-lomba dalam mefungsikan masjid bukan berlomba-lomba hanya memegahkan masjid, merupakan tema yang tepat untuk dijadikan kalimat motivasi bagi kita umat ini, karena sekalipun kita bukan termasuk pengurus ta’mir masjid tetapi kita adalah orang yang beriman yang juga harus turut serta secara aktif memakmurkan masjid-masjid Allah itu dengan sebaik-baiknya. Minimal memberikan dorongan dan dukungan selalu terhadap kegiatan yang ada, tanpa ada usaha untuk sebaliknya. [*]
*Pernah dimuat di Buletin Jumah Hanif edisi maret 1 tahun 2012
Editor: Sudono Syueb