Sahabat : Pendidikan Terbaik dan Generasi Emas

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Dewandakwahjatim – Keinginan untuk membentuk generasi terbaik, kaum muslimin terkadang masih mencari-cari model pendidikan yang ideal. Tidak sedikit di antara mereka yang merujuk kepada Barat atau budaya yang tidak berbasis Islam. Hal ini berbeda dengan sikap para ulama terdahulu yang tidak pernah risau untuk memiliki model pendidikan terbaik. Mereka tidak ragu untuk merujuk generasi terbaik, sebagaimana yang direkomendasi oleh Al-Qur’an, yakni generasi yang hidup bersama nabi. Para sahabat telah diakui Allah sebagai generasi unggul karena menerapkan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Mereka mendidik anak dan keluarganya sebagaimana yang diajarkan Nabi Muhammad. Al-Qur’an sendiri menegaskan bahwa para sahabat didampingi manusia terbaik dengan petunjuk terbaik. Nabi Muhammad memiliki akhlak yang mulia, dan fisik yang sempurna. Para sahabat berusaha sekuat tenaga untuk mendekatkan sifat dan perilaku mereka kepada apa yang dilakukan Nabi dalam nenerapkan isi ajaran Al-Qur’an.

Sahabat : Berkumpulnya Manusia Terbaik

Salah satu keistimewaan generasi sahabat, karena mereka merupakan kumpulan orang-orang terbaik. Mereka orang-orang pilihan di zamannya untuk menemani manusia terbaik. Allah menyatakan “Kuntum khoiro ummah.” (Kamu manusia terbaik).” Berkumpulnya manusia-manusia terbaik, dengan berbagai potensi, di satu titik dan bekerjasama jelas akan melahirkan perbuatan atau karya terbaik.

Mereka berusaha mendekatkan sifat-sifat dan amal perbuatan mereka sebagaimana yang melekat pada diri nabi. Tidak heran apabila perbuatan yang keluar dari mereka merupakan perbuatan terpuji. Ketika mereka shalat, sifat shalatnya sebagaimana yang dilakukan Nabi.

Pendidikan terbaik yang pernah dialami para sahabat ketika memperoleh ancaman dan siksa dari orang-orang kafir. Meskipun mendapatkan ancaman dan siksa, mereka tetap teguh dan kokoh dalam mendalami ajaran Nabi. Mereka terus mengaji bersama nabi, tanpa takut ancaman dan siksaan. Ammar bin Yasir dan Bilal bin Robah merupakan contoh manusia tahan siksaan dan ancaman. Mereka ditempa dengan tekanan dan ancaman, dan ini merupakan pendidikan yang hebat, sehingga ketika mereka semua hijrah di Madinah, mereka menunjukkan amal perbuatan yang berkualitas dan kuat menghadapi berbagai tantangan berat dan hebat.

Mereka senantiasa menegakkan shalat berjamaah dan bersungguh-sungguh dalam shalat mengikuti shalat Sunnah lainnya. Ketika mereka bersedekah, maka bersedekah semaksimal hingga seluruh harta mereka diberikan untuk memperlancar syiar Islam. Demikian pula ketika mereka berjihad, maka mereka mengorbankan diri dan hartanya untuk meninggikan kalimat tauhid. Semua yang mereka lakukan tanpa berharap popularitas atau pujian, tetapi hanya berharap ridha-Nya.
Mereka berlomba-lomba untuk meraih surga dengan mengorbankan jiwa dan raga mereka disertai dengan penuh kesungguhan. Mereka memfokuskan seluruh hidupnya untuk meraih surga, dan mereka tidak lupa mengajarkan dan mengajak keluarganya untuk menjalani hidup sebagaimana yang dianjurkan nabi. Mereka berupaya sekuat tenaga menjauhkan diri dari perbuatan yang mendekatkan kepada neraka. Mereka bukan hanya menjauhkan diri dari neraka, tetapi benar-benar menyiapkan diri dan bersungguh-sungguh agar tak terjatuh ke dalam perbuatan ahli neraka. Mereka tidak pernah lupa memperingatkan keluarga dan orang dekatnya untuk menjauhkan diri dari dari siksa neraka.

Kehidupan Berorientasi Akherat

Para sahabat dididik Nabi untuk fokus untuk meraih kebagiaan hidup di akherat. Kehidupan mereka benar-benar berorientasi akherat tanpa tergoda oleh kenikmatan dunia. Kehidupan yang berorientasi pada akherat inilah yang membuat mereka mampu melahirkan karya-karya agung sehingga melahirkan peradaban besar sekaligus meruntuhkan peradaban yang telah menguasai dunia waktu itu. Mereka benar-benar terjaga dirinya dari godaan dunia dan selalu ingat akan kebahagiaan akherat. Prinsip hidup yang demikian ini membuat mereka menjadi masyarakat yang tahan uji dengan berbagai tantangan berat.

Ketika mereka terusir dan hijrah ke Madinah, mereka justru berbuat sesuatu yang mengangumkan penduduk Madinah sehingga mendapat simpati yang luar biasa. Masyarakat Madina pun menyambut baik akhlak-akhlak mulia mereka dengan jiwa persaudaraan yang hakiki. Tempaan tauhid selama 13 tahun di Makkah benar-benar menciptakan peradaban yang tak tertandingi oleh masyarakat manapun.

Sesampai mereka di Madinah, pasca hijrah, mereka berhasil memenangkan perang yang sangat menentukan, yakni perang Badar, perang Ahzab, perang Hunain, dan perang lainnya. Bahkan pasca meninggalnya Nabi, mereka berhasil meruntuhkan dua imperium besar, Romawi dan Persia. Padahal sebelumnya masyarakat arab dikenal sebagai masyarakat terhina dan tak ada harganya di mata dua negara imperium besar itu. Namun dengan Islam, bangsa Arab bukan hanya terangkat, tetapi menjadi bangsa yang menguasai dunia. Seluruh peradaban saat itu tidak bisa mendongak dan merasa rendah di hadapan bangsa Arab yang terinspirasi oleh Islam.

Sebagai umat terbaik yang dideklarasikan Allah, sangat pantas bagi kaum muslimin untuk mengidolakan dan menjadikan para sahabat sebagai rujukan dalam bersikap dan berperilaku. Para sahabat memperoleh pendidikan terbaik dari manusia terbaik, sehingga tidak salah bila mereka melahirkan peradaban besar. Sungguh sangat tidak pantas apabila kita tidak merujuk mereka sebagai percontohan dalam membangun masyarakat. Selayaknya kaum muslimin menggali pola dan model pendidikan yang diajarkan Nabi kepada para sahabatnya, bila menginginkan terciptanya generasi yang unggul dan bermartabat. (Surabaya, 14 Juni 2021)

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *