Ketua Dewan Dakwah : Sekularisme dan Runtuhnya Peradaban Barat

Dewandakwahjatim.com, Jakarta – Hari kedua Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Dewan Dakwah Islamiyah Indonesaia (DDII), 13 Januari 2024 Ketua dewan dakwah, Dr. Adian Husaini sangat prihatin atas problem besar umat Islam, yakni minat rendah untuk menjadi dai, guru, serta petani. Hal ini disebabkan tiga bidang ini tidak menjanjikan atau memberikan gaji yang cukup untuk hidup di era saat ini.

Akar semua ini karena menyebarnya paham sekularisme dengan memisahkan agama dari ruang public.
Mereka mengacu kepada parameter Barat dimana kemajuan ditentukan oleh pendapatan yang tinggi. Sementara pada saat ini Barat mengalami kemerosotan, dan bahkan sudah mati.

Barat gagal menjadikan orang tua yang berhasil mendidik anaknya dengan baik. Di samping angka perceraian tinggi karena tidak melahirkan dan menjadikan suami dan istri sebagai teladan bagi anak-anaknya. Dengan kata lain, generasi mereka tidak melahirkan keluarga yang layak untuk dicontoh. Angka perceraiannya pun tinggi dan melahirkan anak-anak yang tak bermoral.

Dalam konteks global. Barat jualan Hak Azasi Manusia (HAM) tapi membiarkan pembantaian ribuan manusia, sebagaimana terjadi di Palestina, dimana Israel leluasa membantai warga Gaza secara membabi buta. Disini Barat dipandang gagal karena tidak mampu memberi jalan keluar bagi krisis kemanusiaan.

Pendidikan di Indonesia saat ini merujuk kepada paradigma Barat karena hanya mencetak tenaga buruh yang berorientasi pada penumpukan kapital. Dengan berorientasi lulusan yang memiliki IP tinggi, intelektual pintar. Sementara perbaikan akhlaq tidak diindahkan.

Dalam konteks ini, Dr. Adian Husaini mengutip pernyataan Ki Hajar Dewantara yang membenci Barat karena menyediakan tenaga buruh untuk kepentingan material saja.

Yang ironis justru pesantren saat ini berkiblat pada Barat dalam konteks produk yang menekankan keluaran ekonomi tinggi. Sementara pesantren dahulu melahirkan ulama yang memiliki kontribusi bagi negara. Kalau pesantren mencetak lulusan berkiblat pada Barat, dengan mempertinggi angka pendapatan merupakan sebuah kemunduran.

Indikator itu bisa dilihat dari hilangnya indikator kemajuan masih berkisar memiliki pendapatan bukan karena memiliki akhlaq dan jiwa taqwa. Kasus Rempang merupakan contoh Dimana masyarakat dianggap kurang produktif dan rendah kontribusinya bagi negara. Bahkan ironisnya, negara membiarkan mendapatkan uang lewat judi atau jualan minuman keras serta penghalalan pornografi. Jskarta, 13 Januari 2024. (Slamet Muliono/DDII Jatim)

Foto: Suasana peserta Rokarnas DDII

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *