Artikel Terbaru (ke-1.623)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum Dewan Da’wah lslamiyah lndonesia
Dewandakwahjatim.com, Makkah - Pada tanggal 6 Juli 2023, saya menerima undangan dari Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi di Jakarta. Isinya, saya diundang untuk hadir dalam acara Konferensi Internasional di Kota Makkah al-Mukarramah pada 13-14 Agustus 2023/26-27 Muharram 1445 H. Alhamdulillah, saya bisa hadir bersama KH Abdul Wahid Alwi, Wakil Ketua Umum Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII).
Seminar itu adalah tentang “Communicating with the Department of Religious Affairs, Ifta’, and Shiekhdoms,” dan mengusung tema: “Communication and Integration” (Tawashul wa-Takaful). Ada sekitar 150 peserta yang hadir dari 85 negara. Disamping peserta dari negeri-negeri muslim, hadir juga delegasi dari negara-negara minoritas muslim, seperti Inggris, Perancis, Selandia Baru, Srilanka, dan sebagainya.
Meskipun tema yang diusung bukan hal baru, tetapi Konferensi ini memiliki makna istimewa karena berhasil menghimpun aspirasi dari umat Islam yang tersebar di berbagai belahan dunia. Juga, lebih khusus lagi, karena tempatnya yang hanya beberapa ratus mater dari Kiblat Umat Islam sedunia di Kota Makkah.
Dan tentu saja, Kerajaan Arab Saudi sangat serius dalam menyelenggarakan acara ini, sehingga berlangsung dengan sangat baik dan profesional. Para delegasi dibiayai penuh seluruh perjalanan dan akomodasi, dengan pelayanan kelas tinggi. Ini kali kedua saya mendapat undangan dari Kerajaan Arab Saudi. Tahun 2019 lalu, saya mendapat undangan untuk umroh dan mengunjungi berbagai tempat di Arab Saudi.
Selama dua hari mengikuti acara Konferensi Internasional di Makkah ini, tampak bahwa pemerintah Arab Saudi sangat serius dalam menggarap tema “Komunikasi dan Integrasi” umat Islam sedunia. Di tengah berbagai pemberitaan negatif terhadap Islam dan gencarnya Islamofobia di dunia internasional, upaya seperti ini sangat patut diapresiasi.
Wakil Ketua Umum DDII, KH Abdul Wahid Alwi, menyatakan, bahwa sebenarnya upaya seperti ini memiliki akar sejarah yang panjang, sejak pendirian Kerajaan Arab Saudi oleh Raja Abdul Azis bin Abdurrahman bin Faisal al-Saud. Raja Saudi pertama ini mencita-citakan adanya persatuan diantara umat Islam yang dilandasi oleh iman.
“Karena itu beliau mencetuskan bendera Arab Saudi yang sekarang masih berkibar di beberapa negara, yang bertuliskan Laa Ilaaha Illallah Muhammad Rasulullah. Itu bukti beliau concern dengan persatuan umat Islam. Jadi, saya melihat Konferensi ini merupakan kelanjutan dari gagasan pendiri Kerajaan Arab Saudi,” ujar KH Abdul Wahid Alwi.
Dalam rangka mempersatukan umat itulah, menurutnya, maka diperlukan adanya tawaasul – yakni menjalin hubungan yang intensif, sesama muslim – dan juga takaamul, yaitu sikap dan tindakan saling melengkapi.
“Jadi, ide ini sangat Islami dan manusiawi (humanis). Karena yang diharapkan dari konferensi ini bukan hanya bermanfaat untuk umat Islam saja, tetapi juga bermanfaat untuk seluruh umat manusia. Ini sejalan dengan misi Islam, mewujudkan rahmatan lil-alamin,” tambah Kiai Wahid yang berpuluh tahun membantu Pak Natsir dalam menguatkan hubungan DDII dengan Arab Saudi.
Karena hasil-hasil Konferensi ini sangat bagus, menurut Kiai Wahid, insyaAllah, delegasi dari Indonesia, akan berusaha merealisasikannya dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Caranya dilakukan melalui dakwah, pendidikan, amal sosial (charity), dengan mengajak tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga mitra, serta segenap rakyat Indonesia.
Muktamar ini sangat menekankan pentingnya persatuan dan persaudaraan umat Islam, pentingnya umat tetap berpegang teguh kepada al-Quran dan Sunnah, serta mewaspadai bahaya tafarruq (perpecahan) dan sebab-sebab terjadinya perpecahan. Disamping itu, dibahas secara khusus makna al-wasathiyah fil-Islam dan bahaya dari ekstrimisme (tatharruf) serta ateisme.
Dalam kesempatan itu, Ketua MUI, KH Cholil Nafis menguraikan tentang ciri-ciri wasathiyah dalam Islam, sebagaimana yang telah ditetapkan oleh MUI. Delegasi lainnya, Zulkarnain bin Muhamad Sanusi, dalam makalahnya, menyampaikan satu hadits Rasulullah saw tentang hancurnya agama karena sikap berlebihan (ghuluw).
“Wa-iyyaakum wal-ghuluw fid-diini, fa-innamaa ahlaka man qablakum al-ghuluw fid-diin.” (HR Ahmad, An-Nasai, dan Ibn Majah). Begitulah peringatan keras Rasulullah saw tentang kehancuran umat karena bersikap berlebihan dalam beragama. Begitulah pentingnya beragama secara adil dan proporsional (wasathiyah).
Menurut Kiai Wahid Alwi, bersikap adil dalam beragama ini sangat penting, mengingat saat ini muncul dua pandangan dan sikap ekstrim. Ada yang berlebihan dalam beragama, sampai mengkafirkan sesama muslim. Tetapi, ada juga yang berlebihan, sampai menyebarkan paham yang merusak Islam, seperti penyebaran LGBT.
“Bahkan paham dan praktik LGBT ini sudah berkembang pula di kalangan remaja dan anak-anak. Karena itu perlu dirumuskan dan disosialisasikan secara bersama-sama pemikiran yang adil (wasathiyah) di tengah masyarakat kita,” ujar Kiai Wahid lagi.
Semoga Allah SWT memberikan bimbingan dan pertolongan kepada kita semua dan seluruh umat Islam sedunia untuk meningkatkan ukhuwah dan mewujudkan kejayaan Islam dan kaum muslimin. Aamiin. (Madinah, 14 Agustus 2023).
Admin: Kominfo DDII, Jatim