oleh Evi Sufiani (Koordinator Presidium Forhati -Forum Alumni HMI Wati- Daerah Surabaya)
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Secara Nasional, Hari Ibu 2022 mengangkat tema Perempuan Berdaya Indonesia Maju. Tema tersebut bertujuan untuk mendorong perempuan agar terlibat dalam menyuarakan hak-haknya. Agar mendapatkan perlindungan dan mencapai kesetaraan.
Momentum peringatan hari ibu, seluruh elemen bangsa harus mampu membangkitkan semangat kaum perempuan Indonesia untuk lebih berani berbicara dan menunjukkan potensinya, semakin berdaya membangun kesetaraan dan kehidupan yang sejahtera serta inovatif berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Perempuan Indonesia sudah seharusnya lebih aktif terlibat dalam meminimalisir angka kekerasan pada perempuan dan anak, membantu memitigasi angka kasus stunting dan memperkuat ekonomi keluarga dengan semangat kewirausahaan.
Perempuan mandiri adalah perempuan yang cerdas, teguh pendirian, dan ulet dalam bertindak sesuai dengan norma kemanusiaan. Perempuan mandiri akan tetap memegang teguh nilai Islam dan tidak menyerah dengan berbagai keadaan. Perjuangan perempuan di masa sekarang adalah kembali berjuang untuk bangkit dan bahkan keluar dari krisis yang disebabkan oleh pandemi dan menghadapi tantangan krisis ekonomi 2023 yang akan datang, serta memitigasi kekerasan, baik kekerasan fisik, kekerasan verbal maupun kekerasan di sektor ekonomi yang masih sering terjadi pada perempuan dan anak.
Seperti yang kita ketahui bersama, pandemi 2020-2021 memberikan dampak yang luar biasa besar bagi perempuan, namun seperti yang kita lihat hingga saat ini, perempuan tetap tegak berdiri, menjadi inovator pembangunan serta agent of change dalam upaya percepatan pelaksanaan lima agenda prioritas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang ditetapkan oleh kementerian PPPA. Saya berkeyakinan untuk mencapai Indonesia Emas 2045, perempuan akan menjadi soko guru yang sangat siginifikan peranannya yang akan terlibat aktif inovatif karena kita, para perempuan (muslimah) Indonesia adalah adalah para perempuan (muslimah) yang kuat, tangguh, dan berdaya serta yang berani bermimpi dan mampu untuk merealisasikannya.
Perempuan, Digitalisasi dan Sektor Ekonomi
Perekonomian Indonesia saat ini, meskipun tidak dapat dikatakan sedang stuck, tapi juga tidak bisa dikatakan sedang berlari kencang, tidak jalan ditempat, pun tidak sedang maraton, perekonomian nasional bergerak dinamis dan memberikan kesempatan yang sangat luwes dan cantik kepada perempuan. Namun demikian, jika dibandingkan dengan negara-negara yang tingkat GDP nya hampir sama dengan Indonesia, jumlah perempuan Indonesia yang berpartisipasi dan berkontribusi dalam perekonomian nasional masih relatif sangat sedikit.
Data BPS tahun 2021, 2/3 dari jumlah penduduk perempuan Indonesia adalah kelompok usia produktif 15-64 tahun, ada potensi yang sangat besar untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meminimalisir tantangan bagi perempuan untuk turut serta secara aktif berpartisipasi dalam perekonomian nasional. Misalnya, jika Indonesia dapat meningkatkan partisipasi angkatan kerja perempuan sebanyak 25 persen saja pada tahun 2025, maka hal itu dapat menghasilkan tambahan aktivitas ekonomi senilai $62 miliar (sekitar 890 triliun Rupiah) dan menambah PDB sebesar 2,9 persen (World Bank, 2021).
Peran perempuan dalam konteks masyarakat modern tidak bersifat domestik, namun multi peran. Banyak perempuan yang mampu melebihi laki-laki dari segi amal, ilmu dan bahkan dalam hal mencari nafkah. Namun hal itu belum cukup menjadi contoh yang baik dan pada akhirnya masih menjadi penyebab terjadinya diskriminasi terhadap perempuan. Pada dasarnya, masalah diskriminasi dan ketidakadilan pada umumnya disebabkan: Pertama, laki-laki dipersepsikan lebih kuat dari perempuan, sehingga memunculkan kekerasan terhadap perempuan, baik itu dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Kedua, perempuan secara umum menanggung beban kerja lebih berat dan lebih banyak. Di sistem sosial kemasyarakatan patriarki, perempuan adalah mengurus rumah tangga, meskipun dia juga bekerja di pasar dunia kerja secara formal, beban tanggung jawab rumah tangga masih ada di pundaknya. Sistem sosial ini erat kaitannya dengan soal otonomi, yaitu kemandirian manusia untuk menentukan dan mengambil sikap. Ketidakadilan muncul karena ada bias dalam memahami gender, tidak tepat dalam memahami doktrin agama. Pemahaman yang dibangun bersifat parsial dan tidak komprehensif pada sistem kemasyarakatan yang seperti inilah yang hingga saat ini merugikan perempuan secara umum. Keumuman yang dianggap biasa. Ingat, Allah dalam Al-Qur’an memperlakukan laki-laki dan perempuan secara adil. Namun, karena pemahaman yang bias diatas, maka lahirlah perlakukan yang tidak adil pada perempuan. Salah satu diantaranya, adalah pembatasan peran perempuan di ruang publik.
Apa yang bisa kita lakukan bersama ?
isu prioritas pemberdayaan perempuan dan pemenuhan wilayah kewirausahaan hanya dapat tercapai jika perempuan memiliki resiliensi terhadap perubahan jaman yang begitu cepat dan sangat tinggi turbulensi di wilayah ini. Kata kuncinya adalah, perempuan wajib mampu mudah beradaptasi dengan perubahan-perubahan di dunia ini serta mau bergerak lincah dan cantik dalam menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi terbaru. Kerendahhatian belajar adalah cara termudahnya. Pencanangan prioritas pada potensi kewirausahaan perempuan oleh Kementerian PPPA bersama-sama dengan Kementerian Koperasi dan UMKM, adalah berdasarkan data terakhir Kementerian Koperasi dan UMKM (2021), dari total UMKM di Indonesia yang berjumlah 65,5 juta, 64 jutanya adalah usaha mikro dimana lebih dari setengahnya dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Apa yang telah dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UMKM di atas, linier dengan hasil survey yang dilakukan Google tahun 2020. Survey yang berjudul Advancing Women in Entrepreneurship mengungkapkan bahwa tingkat partisipasi perempuan Indonesia di bidang kewirausahaan tertinggi di Asia Tenggara. Meski begitu, para wirausaha perempuan masih menghadapi tantangan berupa kurangnya jaringan bisnis dan keterampilan pemasaran. Survey ini juga mengungkapkan bahwa delapan dari 10 perempuan yang sudah atau baru ingin berwirausaha di Indonesia mengungkapkan ingin meningkatkan keterampilan dalam berbisnis.
Kesenjangan di tengah peluang besar tersebut, memang harus segera diambil oleh para organisasi perempuan yang bervisi pemberdayaan. Tentu hal ini dalam rangka menumbuhkan para pengusaha perempuan tangguh yang mampu mengoptimalkan teknologi dalam rangka meningkatkan produktivitas dan pendapatannya di masa kini. Ketahanan Keuangan Keluarga dan Bisnis para perempuan juga akan mudah dicapai dengan bersinergi dengan semua pihak yang terkait.
Terakhir, Kolaborasi dan Sinergi antara organisasi perempuan adalah salah satu upaya besar dan jangka panjang untuk terus mengoptimalkan segala daya dan upaya untuk pemberdayaan perempuan Indonesia.
Selamat hari ibu, untuk seluruh perempuan hebat di manapun Anda berada. Salam hangat dan penuh cinta dari saya.
Salam Takzim
Admin: Sudono Syueb