MENGAMBIL PELAJARAN DARI GEMPA CIANJUR

Oleh: Adian Husaini

Ketua Umum Dewan Dakwah

  
Dewandakwahjatim.com, Pekanbaru -   Senin (21/11/2022), siang, kami sedang mengadakan rapat di Kantor Pusat Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat. Tiba-tiba terasa goncangan cukup keras. Gedung sembilan lantai itu bergoyang. Kami segera menyadari, bahwa sedang terjadi gempa dan segera berjalan keluar gedung. 
        
Tak lama, datang berita, bahwa sedang terjadi gempa bumi di Cianjur, Jawa Barat. Gempa dengan magnitudo 5,6 itu mengguncang Kabupaten Cianjur. Akibatnya ternyata cukup dahsyat.  Sampai 26 November 2022, tercatat korban meninggal mencapai 318  orang dan ribuan rumah, masjid, bangunan sekolah, pesantren, hancur. 
        
Alhamdulillah, solidaritas umat Islam dan masyarakat Indonesia sangat kuat. Bantuan ke Cianjur terus berdatangan. Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia melalui Lembaga Zakat Nasionalnya telah bergerak sejak hari pertama dan membangun Posko penanggulangan bencana di Cianjur. Dewan Da’wah Jawa Barat, Jawa Timur, dan berbagai daerah lain juga terjun langsung ke beberapa titik bencana. 
       
 Kaum muslimin sadar benar, bahwa setiap bencana datang atas kehendak Allah.  Kita yakin, itu semua rahasia dan kebijakan Allah SWT. Namun, kita sudah diajarkan, bahwa musibah dapat bermakna banyak bagi manusia. 

Musibah bisa berarti hukuman, ujian, atau peringatan dari Allah SWT kepada manusia. Bencana tidak pilih-pilih bulu. Manusia yang baik dan buruk juga bisa terkena. Allah SWT sudah mengingatkan, “Dan takutlah kepada fitnah (bencana, penderitaan, ujian) yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah, Allah sangat keras siksanya.” (QS 8:25).
Kita tidak tahu pasti apa sebab musibah besar ini ditimpakan Allah kepada saudara-saudara kita di Cianjur. Yang telah wafat, mereka telah selesai tugas dan masa hidupnya di muka bumi. Mereka kembali kepada al-Khaliq. Mereka akan mempertanggungjawabkan amal perbuatannya. Semoga amal ibadah mereka diterima Allah dan diampunkan segala keslaahannya.
Yang penting bagi kita saat ini adalah melakukan introspeksi. Musibah ini justru harusnya menjadi pelajaran bagi yang masih hidup. Bahwa, ternyata, nyawa manusia, dapat dicabut Malaikat Pencabut Nyawa, kapan dan dimana saja. Siapa sangka, mereka yang siang itu sedang bercengkerama dengan keluarganya, atau sedang tertidur pulas, tiba-tiba, hanya dalam hitungan menit, harus berpisah untuk selamanya.


Bagi kaum muslim, musibah ini bisa dijadikan pelajaran dan segera melakukan perenungan kembali. Mengapa Allah menjatuhkan musibah; merenungkan kembali, makna dan tujuan hakiki dari kehidupan. Manusia diciptakan Allah hanyalah untuk melakukan ibadah (QS 51:56) kepada Allah.
Jadi, manusia bukan diciptakan untuk berhura-hura, bersenang-senang, dengan melupakan Sang Maha Pencipta. Mengingat umur manusia yang begitu terbatas dan singkat, semasa hidup di dunia, maka tidak seyogyanya mereka menghabiskan umurnya untuk berpesta pora, melakukan pekerjaan yang tidak ada gunanya, yang menyebabkan mereka menyesal nanti di Hari Akhir.


Selain itu, kaum Muslim juga mendapatkan tugas khusus, yaitu melanjutkan amanah Risalah Rasulullah saw. Tidak semua manusia ditakdirkan Allah SWT lahir dari keluarga dan lingkungan Muslim. Ada yang dilahirkan di tengah keluarga Kristen, Yahudi, atau atheis, dan dibesarkan di tengah keluarga yang bukan Islam. Maka, sudah semestinya, kaum Muslim menjalankan tugasnya, menyampaikan risalah Islam kepada umat manusia.


Kaum Muslim juga mendapatkan tugas melakukan amar ma’ruf nahi munkar, memerintahkan yang baik dan mencegah kemungkaran. Umat Islam tidak boleh berdiam diri terhadap berbagai kemungkaran yang terjadi di sekitarnya. Karena itu mereka harus berilmu. Mereka tidak boleh bodoh dan bersifat egois. Mereka harus paham, mana yang haq dan mana yang bathil, mana yang benar dan mana yang salah. Setelah tahu, mereka harus berbuat sesuatu untuk memperjuangkan yang haq dan berjuang melawan kebatilan. Itulah hakikat hidup bagi seorang Muslim, yaitu memperjuangkan tegaknya kebenaran dan melawan kebatilan.


Rasulullah saw menggambarkan satu masyarakat bagaikan penumpang sebuah kapal. Jika mereka tidak peduli dan membiarkan sebagian penumpang yang melobangi tempat duduknya, maka semua penumpang akan tenggelam. Begitulah masyarakat. Jika mereka membiarkan kemungkaran berlaku di sekitarnya, maka semua akan ditimpa bencana, baik manusia yang berdosa atau yang tidak berdosa.
Yang jelas, Allah murka dengan dibiarkannya kemusyrikan yang merajalela. Allah mengingatkan: “Dan mereka mengatakan bahwa Allah yang Maha Rahman mempunyai anak. Sungguh, kalian (yang menyatakan seperti itu) telah mendatangkan perkara yang sangat keji. Hampir-hampir langit hancur karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh seruntuh-runtuhnya. Karena mereka menuduh Ar-Rahman mempunyai anak.” (QS Maryam: 88-91).
Ayat-ayat berikut ini pun patut kita renungkan: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS at-Taubah:71).
“Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa Putra Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS al-Maidah: 78-79).
Kita renungkan juga sabda Rasulullah saw: “Tidaklah dari satu kaum berbuat maksiat, dan diantara mereka ada orang yang mampu untuk melawannya, tetapi dia tidak berbuat itu, melainkan hampir-hampir Allah meratakan mereka dengan azab dari sisi-Nya.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).
Mudah-mudahan kita dapat mengambil hikmah dari musibah gempa Cianjur. Kita wajib membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah, sekuat tenaga dan kemampuan kita. Dan semoga, gempa Cianjur menjadikan kita sadar sebagai hamba Allah. Semoga kita semua tidak termasuk kaum yang tidak mampu mengambil hikmah dari musibah. Jangan sampai kita semakin pongah dan berani menantang ajaran-ajaran Allah SWT. (Pekanbaru, 26 November 2022).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *