PERAN ILMUWAN PSIKOLOGI DALAM PENGADABAN BANGSA

Artikel ke-1.364
Oleh: Dr. Adian Husaini

Ketua Umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Pekanbaru - Hari Jumat,  25 November 2022, saya menghadiri satu acara istimewa. Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau (UIR) meminta saya menjadi narasumber dalam sebuah Workshop bertajuk “Penyusunan Kurikulum Adab di Sekolah”.  Acara itu bertepatan dengan Peringatan Hari Guru Nasional, tanggal 25 November 2022.

Peserta acara ini juga sangat spesial. Selain dosen-dosen Fakultas Psikologi UIR, hadir juga sejumlah dekan dan dosen-dosen Fakultas Psikologi dari beberapa Universitas Islam di Indonesia, seperti UIN Ar-Raniry Banda Aceh, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Universitas Islam Indonesia (UII) Yogya, Universitas Muhammadiyah Yogyakata, dan lainnya.
Para dekan dan utusan beberapa Fakultas Psikologi itu memang hadir dalam program tahunan “The 9th Inter-Islamic University Conference on Psychology (IIUCP)”. Tahun ini IIUCP diselenggarakan di Pekanbaru. Tema yang diusung adalah: “Peran Psikologi Islam dalam Proses Pengadaban”. 

Presiden IIUCP adalah Dr. Fuad Nashori yang juga dosen di UII Yogya serta dikenal sebagai salah satu tokoh penggerak Psikologi Islam. Beliau pernah mengundang saya dalam satu seminar di UII tentang konsep universitas ideal.


Karena mengambil tema tentang kurikulum adab, maka panitia dari Fakultas Psikologi UIR, mengundang para guru di Provinsi Riau. Salah satu yang hadir dan bertanya, mengaku dari Pulau Meranti, yang jaraknya sekitar 2 jam perjalanan darat dan 2 jam dengan speedboat dari Kota Pekanbaru.
Peserta dari Pulau Meranti ini mengaku, bahwa ia hadir dengan harapan, untuk mendapatkan pemahaman bagaimana menerapkan kurikulum adab di sekolah. Sebab, ia mengelola sekolah Islam dari tingkat TK sampai SMP. Begitu bersemangatnya peserta workshop ini, malam sebelumnya sudah menemui saya untuk berdiskusi dengan konsep adab.


Dalam kesempatan itu, saya menyampaikan konsep adab yang telah dirumuskan dan dipresentasikan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas dalam Konferensi Pendidikan Islam di Kota Mekkah tahun 1977. Prof. al-Attas menyatakan bahwa makhluk diatur secara hierarkis menurut berbagai tingkatan dan derajat peringkat mereka, dan tempat yang tepat seseorang dalam kaitannya dengan realitas itu dan kapasitas serta potensi fisik, intelektual, dan spiritual seseorang. (SM Naquib al-Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam.” (Petaling Jaya: ABIM, 1980).
Menurut QS At-Tahrim ayat 6, tugas utama orang tua adalah mendidik anak-anaknya agar selamat dari api neraka. Kata Ali bin Abi Thalib, caranya adalah dengan menjadikan mereka berada sebagai manusia beradab dan berilmu (addibuuhum wa-‘allimuuhum). Jadi, tujuan utama pendidikan bukan supaya bisa cari makan, tapi supaya semua anggota keluarga bisa masuk sorga dan selamat dari api neraka.


Karena begitu pentingnya masalah adab ini, Imam Syafi’i tercatat sebagai seorang ulama yang sangat menekankan pentingnya adab dalam pendidikan. Adab menjadi syarat wajib yang menentukan keberhasilan seseorang dalam menuntut ilmu. Sang imam mengatakan, bahwa beliau mencari adab dengan sungguh-sungguh, seperti seorang ibu mencari anak satu-satunya yang hilang.
Menurut Ibnu Hajar al-Asqalani, adab adalah “al-akhdzu bi-makaarimil akhlaq”. Adab adalah pelaksanaan akhlak mulia. Sedangkan akhlak diartikan oleh Imam al-Ghazali sebagai sikap jiwa yang kokoh yang melahirkan perbuatan tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi. Artinya, akhlak itu sifat yang sudah menyatu dalam diri manusia. Akhlak bisa baik, bisa buruk.


Di sinilah nilai strategi dari para ilmuwan psikologi (Ilmu Jiwa) dalam proses pengadaban. Sebab, akar masalah utama manusia adalah pada jiwanya. Jika jiwanya bersih, maka manusia itu akan sukses seumur hidupnya. Jika jiwanya kotor, maka hancurlah hidupnya. Karena itu, pelajaran terpenting untuk meraih sukses adalah proses pembersihan jiwa (tazkiyyatun nafs).


Jadi tugas utama para ilmuwan psikologi adalah membersihkan jiwa manusia agar jiwa manusia itu bersih dari penyakit-penyakit yang merusak, seperti penyakit munafik, cinta dunia, malas, lemah, dengki, sombong, dusta, dan sebagainya. Jiwa yang bersih inilah yang akan menjadikannya memiliki akhlak mulia dan direalisasikan dalam amalan-amalan dan ucapan-ucapan yang baik, yang disebut sebagai “adab”.


Kepada para ilmuwan psikologi yang hadir dalam Workshop di UIR itu, saya mengusulkan beberapa agenda penting untuk diperbaiki. Misalnya, konsep tentang asal-usul dan konsep tentang kebutuhan manusia. Saat ini anak-anak Indonesia masih diajarkan bahwa mereka merupakan bentuk sempurna dari makhluk sebangsa monyet bernama hominid.


Tentulah konsep asal-usul manusia ini keliru. Sebab, manusia saat ini adalah bani adam, yang jelas bukan hasil evolusi bangsa kera. Bani Adam adalah abdullah dan khalifatullah fil ardh yang diberi tugas untuk beribadah dan memakmurkan bumi. Jadi, tugasnya bukan sekedar untuk cari makan supaya hidup. Tapi, bekerja, cari makan, supaya bisa hidup dan beribadah!
Juga, tentang teori kebutuhan manusia dan konsep kedewasaan. Dalam kurikulum adab, maka ilmu-ilmu fardhu ain jangan dikalahkan oleh ilmu-ilmu fardhu kifayah atau ilmu-ilmu sunnah atau mubah. Apalagi, ilmu yang haram, yakni ilmu yang bertentangan dengan al-Quran dan sunnah Rasulullah saw.
Begitu juga, ilmu-ilmu wahyu yang bersifat pasti, jangan sampai dikalahkan oleh ilmu-ilmu empiris yang belum bisa dikategorikan sebagai “ilmu” yang sejati. Misalnya, untuk menentukan batas dewasa, yang menjadi pedoman utama adalah Ilmu wahyu. Bahwa, ketika umur 15 tahun (qamariyah), maka seorang anak harus dinyatakan sebagai orang dewasa.
Maka, pendidikan harus mendewasakan anak-anak itu pada waktunya, khususnya secara kejiwaan. Inilah salah satu tugas besar para ilmuwan psikologi dalam proses pengadaban manusia dan bangsa Indonesia. Kita doakan, semoga para ilmuwan psikologi yang berkumpul di UIN Riau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah SWT, sehingga dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang benar dan bermanfaat. Aamiin. (Pekanbaru, 25 November 2022).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *