Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah, Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Keberagamaan seseorang bukan untuk memupuk kebanggaan dan bukan pula simbol sektarian untuk mendapatkan popularitas. Menyematkan identitas agama justru digunakan sebagai sarana untuk mendorong dirinya untuk berbuat kebaikan guna mengangkat harkat dan martabatnya di hadapan Tuhannya. Menjadi seorang muslim bukanlah sebagai sarana untuk menjadikan dirinya eksklusif dan merasa paling terdepan akan memasuki surga. Berindentitas muslim justru dimanfaatkan untuk menolong sesama muslim yang tertindas. Bukan sebaliknya, menghinakan sesama muslim untuk mendapatkan kehormatan dan keuntungan duniawi.
Beragama Untuk Bermartabat
Spirit beragama yang bagus bukan dengan membanggakan dirinya yang telah memberi kontribusi pada Islam. Dia merasa bahwa Islam telah dibesarkan olehnya karena dirinya yang telah memeluk Islam. Padahal keislamannya tidak lain dikarenakan adanya hidayah atau karunia yang telah Allah limpahkan kepadanya. Oleh karenanya Allah menegur mereka yang memiliki karakter mengagung-agungkan dirinya. seolah-olah tanpa dirinya, Islam menjadi kerdil. Simak firman Allah berikut yang menjelaskan bahwa keislaman seseorang semata-mata karena limpahan-Nya :
يَمُنُّوْنَ عَلَيْكَ اَنْ اَسْلَمُوْا ۗ قُلْ لَّا تَمُنُّوْا عَلَيَّ اِسْلَا مَكُمْ ۚ بَلِ اللّٰهُ يَمُنُّ عَلَيْكُمْ اَنْ هَدٰٮكُمْ لِلْاِ يْمَا نِ اِنْ كُنْـتُمْ صٰدِقِيْنَ
“Mereka merasa berjasa kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah, “Janganlah kamu merasa berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjukkan kamu kepada keimanan, jika kamu orang yang benar.”” (QS. Al-Hujurat : 17)
Seorang muslim yang menyadari anugerah besar itu dari Allah, akan senantiasa memanfaatkan secara maksimal untuk menebarkan kebaikan. Harta benda yang ada pada dirinya, dan raga yang kuat-sehat digunakan untuk menolong kepentingan orang lain. Mereka tidak ragu untuk melakukan kebaikan karena Allah pasti akan membalasnya dengan kebaikan berlipat. Mereka inilah muslim yang bermartabat dimana agamanya mendorong dirinya untuk berbuat baik.
Namun realitas yang kita lihat justru sebaliknya, dimana di antara kaum muslimin enggan dan ragu berbuat baik. Alih-alih berjihad dengan harta dan jiwa raganya, mereka justru memproduksi keburukan yang berujung menodai Islam. Tidak kompaknya para pemimpin yang beragama Islam, baik yang ada di partai politik maupun ormas keagamaan, membuat persatuan di antara umat Islam rapuh.
Tidak sedikit di antara mereka yang berindentitas muslim justru kontraproduktif pada Islam. Mereka yang berada di eksekutif (pemerintahan) maupun lembaga legislatif, serta yudikatif seharusnya mendorong tegaknya integritas moral seperti kejujuran dan ketegaran. Tetapi mereka justru bersinergi menopang kedustaan dan kebohongan. Terjadinya kriminalisasi ulama, stigma buruk pada umat Islam sebagai pelaku tindakan terorisme-radikalisme tidak lepas dari konspirasi jahat mereka bersama kelompok non-muslim. Mereka mau terlibat dalam kesepakatan jahat, bersama kelompok yang selama ini punya niat jahat dengan berbuat dzalim kepada umat muslim.
Redupnya Ukhuwah Islamiyah
Sebagai seorang muslim yang memiliki wewenang seharusnya bisa menggunakan otoritasnya untuk membela saudaranya sesama muslim yang teraniaya. Alih-alih menolong sesama muslim yang teraniaya, mereka justru berkomplot dengan mereka yang tidak seideologi untuk menindas saudaranya sesama muslim. Mereka bukan hanya hilang rasa kemanusiaannya, tetapi lenyap rasa persaudaraan muslimnya. Alih-alih keadilan tegak, kedzaliman justru dibiarkan merajalela. Mereka tidak lagi bersungguh-sungguh menegakkan keadilan, bahkan telah lenyap kesadaran untuk berjihad menegakkan kebenaran. Hal ini dinarasikan dengan baik oleh Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تُتْرَكُوْا وَلَـمَّا يَعْلَمِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ جَاهَدُوْا مِنْكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوْا مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلَا رَسُوْلِهٖ وَلَا الْمُؤْمِنِيْنَ وَلِيْجَةً ۗ وَا للّٰهُ خَبِيْرٌ بِۢمَا تَعْمَلُوْنَ
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman. Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah : 16)
Alih-alih berbuat baik dengan menolong sesama muslim, mereka justru bersinergi bersama kelompok non-muslim sebagai teman setia. Mereka sepakat melenyapkan kedamaian dan keadilan di tengah masyarakat. Sebagai orang muslim yang memiliki kedudukan penting atau pengaruh yang luas justru tidak menggunakan kekuasaan dan pengaruhnya untuk kebaikan saudara-saudaranya sesama muslim. Mereka justru menjadi beban bagi saudaranya seiman.
Allah mengingatkan kepada seorang mukmin untuk menunjukkan keislamannya tanpa ragu, dengan berjihad di jalan Allah. Bagi mereka yang memiliki jabatan dan kedudukan harus mengambil langkah untuk berjuang. Meraka harus bersungguh-sungguh menegakkan keadilan berdasarkan petunjuk dari Allah dan rasul-Nya. Bukan sebaliknya, justru dengan menggandeng orang-orang non-muslim untuk membela kepentingan mereka yang secara terang-terangan. Mereka yang beridentitas Islam ini telah kehilangan spirit jihad, dan ragu-ragu terhadap pertolongan Allah ketika berjuang di jalan-Nya. Allah menegaskan hal itu sebagaimana pernyataan Al-Qur’an :
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا بِا للّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ ثُمَّ لَمْ يَرْتَا بُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَ مْوَا لِهِمْ وَاَ نْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ اُولٰٓئِكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَ
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS. Al-Hujurat : 15)
Kalau sesama muslim sudah saling menghasut, mencaci, menjebak, dan bahkan berani menghina terhadap sesama adamanya. Bahkan ada sekelompok yang mengaku beragama Islam, tetapi secara transparan melakukan penghasutan, teror, dan fitnah kepada sesama muslim guna mendapatkan keuntungan duniawi. Mereka sengaja memakan bangkai saudaranya sesama muslim guna mendapatkan uang. Inilah sejahat-jahatnya makhluk karena beridentitas muslim tapi menghinakan saudaranya, digunakan sebagai jalan mendapatkan kenikmatan duniawi yang sifatnya sesaat.
Surabaya, 3 Nopember 2022