Ketika Menghilangkan Identitas Politik

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah, Jawa Timur

Dewandakwah.com, Surabaya – Hilangnya identitas politik bukan hanya mengaburkan identitas pribadi tetapi mengubur ideologi yang seharusnya diperjuangkan. Al-Qur’an menarasikan dengan baik pola hubungan orang-orang yang menghilangkan identitas politik (Munafik) hingga rela bekerjasama dengan kafir untuk menindas dan menghancurkan Islam. Dua entitas ini memiliki perbedaan keyakinan namun memiliki visi yang sama yakni menyingkirkan Islam dari berbagai panggung, baik politik, ekonomi, atau pertahanan. Kedua-duanya memiliki orientasi berupa keuntungan dunia. Kalau orang munafik berperilaku layaknya kaum muslimin. Mereka terlihat berpenampilan muslim, shalat, puasa atau haji tetapi ketika bertemu orang kafir menyembunyikan identitasnya sebagai muslim. Orang kafir bisa leluasa memanfaatkannya untuk melampiaskan kebenciannya secara terbuka terhadap Islam. Dalam sejarah Islam, Abdullah bin Ubay bin Salul merupakan tipologi orang Munafik yang tampil tanpa identitas muslim. Alih-alih memperjuangankan Islam, dia justru berusaha menghancurkan umat Islam dari dalam dengan berbagai fitnah. Sementara Abu Jahal dan Abu Lahab, sebagai tipologi orang kafir secara terbuka melawan nabi, dan berusaha menghasut dan menghalangi Islam.

Sinergi Munafik-Munafik

Perilaku dan sikap orang tanpa identitas yang jelas (munafik) selalu membuat kegaduhan dan kejengkelan bagi umat Islam. Mereka selalu membuat makar dan rencana jahat guna menciptakan ketidaktenangan bagi umat Islam. Fitnah Abdullah bin Ubay yang menuduh istri Nabi Muhammad (Aisyah) berselingkuh, dengan seorang pemuda (Sofwan bin Mu’aththal), jelas mengganggu batin nabi dan menggoncang umat Islam. Fitnah besar ini benar-benar menyakiti Nabi sehingga hubungan dua keluarga ini renggang beberapa saat. Begitu dahsyatnya makar orang munafik pantas apabila Allah membalas dengan siksaan yang pedih. Hal ini diabadikan Allah sebagaimana firman-Nya :

بَشِّرِ الْمُنٰفِقِيْنَ بِاَ نَّ لَهُمْ عَذَا بًا اَلِيْمًا 

“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih,” (QS. An-Nisa’ : 138)

Kejahatan terbesar yang dilakukan orang yang menyembunyikan identitas, ketika menggandeng orang kafir dengan meninggalkan orang mukmin. Mereka tidak memilih muslim sebagai sekutu untuk memperjuangkan Islam. mereka menggandeng orang kafir dengan alas an umat Islam lemah. Sementara orang kafir sebagai pemilik kekuatan dan kekuasaan harus didekati. Mereka enggan dan takut berhadap-hadapan dengan orang kafir karena khawatir bisa terpental. Orientasi kekayaan dunia itulah yang membuat mereka rela meninggalkan umat Islam agar hidup mapan di dunia. Kesamaan agama tidak membuatnya bersinergi dengan umat Islam. Mereka justru secara sadar mengkhianati saudaranya sendiri dengan mendekati orang-orang kafir. Hal ini Allah abadikan sebagaimana firman-Nya :

ٱلَّذِيْنَ يَتَّخِذُوْنَ الْـكٰفِرِيْنَ اَوْلِيَآءَ مِنْ دُوْنِ الْمُؤْمِنِيْنَ ۗ اَيَبْتَغُوْنَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَاِ نَّ الْعِزَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًا 

“(yaitu) orang-orang yang menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Ketahuilah bahwa semua kekuatan itu milik Allah.” (QS. An-Nisa’ : 139)

Orang yang beridentitas agama yang jelas ini rela menyelamatkan dirinya dan tega menyingkirkan umat Islam serta bermesraan, sepanggung dengan orang kafir. Mereka rela berkhianat guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan duniawi. Bahkan mereka siap menjadi martir untuk melakukan politik pecah belah di dalam tubuh Umat Islam. Hancurnya umat Islam tidak lepas dari peran dan kiprah orang-orang munafik ini. Mereka leluasa membongkar kekuatan dan kelemahan umat Islam kepada orang-orang kafir. Maka pantas apabila pribadi seperti ini diletakkan di tempat paling hina, yakni neraka paling dasar. Hal ini sebagaimana firman-Nya

{ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ فِي ٱلدَّرۡكِ ٱلۡأَسۡفَلِ مِنَ ٱلنَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمۡ نَصِيرًا }
Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (QS. An-Nisa’ :145)

Kesamaan posisi di Akherat
Orang kafir jelas memiliki rencana untuk menghancurkan Islam secara terbuka, dan itu terfasilitasi dengan keberadaan orang yang tampil tanpa identitas. keduanya bersatu dalam langkah untuk menghancurkan dan memadamkan cahaya Islam. Orang kafir secara terbuka menolak ayat-ayat Allah dan mengolok-oloknya bila datang perintah untuk berbuat kebaikan. Allah mengabadikan sikap mereka itu sebagaimana firman-Nya :

وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْـكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖۤ ‏ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ جَا مِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَا لْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَـنَّمَ جَمِيْعًا 

“Dan sungguh, Allah telah menurunkan (ketentuan) bagimu di dalam Kitab (Al-Qur’an) bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir) maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena (kalau tetap duduk dengan mereka), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sungguh, Allah akan mengumpulkan semua orang munafik dan orang kafir di Neraka Jahanam,” (QS. An-Nisa’ : 140)

Allah pun memerintahkan kepada orang beriman untuk tidak menjalin hubungan dekat dengan orang kafir, karena bakal direndahkan dengan menghina perintah Allah. Oleh karenanya, Allah memerintahkan untuk menjauhi dan melarang duduk dalam satu majelis karena rusak dan kotornya perkataan mereka. Namun keberadaan orang munafik tidak bisa dielakkanm, dan eksistensinya justru memberi peluang kepada orang kafir untuk menghancurkan umat Islam. Oleh karena sinerginya yang kuat di dunia, maka Allah mengumpulkan kedua-duanya di tempat yang menghinakan, yakni neraka Jahannam.
Indonesia merupakan negeri mayoritas muslim tetapi nasib kaum muslimin, baik secara politik maupun ekonomi, sangat mengenaskan. Pemimpin partai Islam tidak memiliki peran untuk mengubah keadaan umat Islam, tetapi mereka justru menjadi bagian untuk memberi peluang kepada orang-orang kafir untuk menindas umat Islam. Alih-alih menunjukkan identitasnya dan berjuang atas nama identitas itu, mereka justru menyembunyikan identitas politik. Bahkan mereka rela membuka jalan kepada orang kafir untuk mengkriminalisasi dan menghinakan ulama dan tokoh Islam. Surabaya 1 Nopember 2022

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *