SMA TERBAIK ITU YANG MURIDNYA BERAKHLAK MULIA DAN BERMANFAAT BAGI SESAMA

Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok – Pada 27 Agustus 2022, laman www.republika.co.id memuat berita berjudul: “Ini 100 Sekolah Terbaik di Indonesia Tahun 2022 Berdasarkan Nilai UTBK”. Disebutkan, bahwa Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) merilis daftar Top 1000 Sekolah Tahun 2022 Berdasarkan Nilai Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK ).
Menurut Ketua LTMPT Mochammad Ashari, pengumuman ini adalah bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat untuk mengetahui bagaimana posisi atau letak SMA, Madrasah Aliyah (MA) atau yang sederajat yang mengikuti UTBK ini secara nasional.

Ada 23.657 sekolah yang mengikuti UTBK 2022. Jumlah siswa peserta mencapai 745.115 orang. LTMPT menetapkan kriteria untuk melakukan pemeringkatan. “Jumlah sekolah yang memenuhi kriteria ini sebanyak 3.381 sekolah. Sementara jumlah peserta yang memenuhi kriteria penilaian UTBK 2022 sebanyak 515.165 orang,” kata Mochammad Ashari di Jakarta, Jumat (26/08/22).

Ashari menyebutkan, nilai tertinggi peserta program studi saintek pada UTBK 2022 mencapai 830,98. Sedangkan nilai tertinggi peserta program studi soshum adalah 786,17.
Dari 3.381 sekolah yang dinilai, LTMPT membuat daftar Top 1000 Sekolah Tahun 2022. Dalam daftar itu MAN Insan Cendekia Serpong menempati peringkat 1 dengan nilai rata-rata UTBK mencapai 666,494. Tahun 2021 lalu MAN Insan Cendikia Serpong juga menempati peringkat pertama dalam daftar Top 1000 Sekolah. (https://kampus.republika.co.id/posts/173749/ini-100-sekolah-terbaik-di-indonesia-tahun-2022-berdasarkan-nilai-utbk).


Pengumuman peringkat SMA terbaik di Indonesia berdasarkan nilai UTBK itu sudah menjadi acara rutin tahunan. Pada 7 Oktober 2021, situs Kompas.com, menulis satu berita berjudul: “15 SMA Terbaik di Banten Berdasarkan Nilai UTBK 2021.” Dikatakan dalam berita itu, bahwa “SMA terbaik di Banten bisa menjadi acuan siswa maupun orangtua ketika memilih bangku sekolah. Sebab, jika siswa masuk SMA terbaik, maka memiliki peluang besar bisa kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang diimpikan.

Berita itu memang tidak salah. Tetapi bisa membangun opini yang keliru di tengah masyarakat. Bahwa, nilai UTBK adalah kriteria terpenting untuk menentukan suatu SMA dikatakan sebagai “SMA terbaik” atau tidak.

Silakan memasukkan entri “100 sma terbaik di indonesia 2022” dalam mesin pencarian google. Maka, akan muncul deretan berita tentang SMA terbaik versi Kemendikbud Ristek yang diwakili oleh LTMPT. Artinya, masyarakat digiring untuk beropini, bahwa SMA terbaik adalah SMA yang murid-muridnya bisa diterima di PTN.

Padahal, jumlah SMA di Indonesia yang memenuhi kriteria itu sangatlah kecil. Tahun 2022, ada 23.657 sekolah yang mengikuti UTBK 2022. Menurut LTMPT, jumlah sekolah yang memenuhi kriteria ini sebanyak 3.381 sekolah. Jadi, hanya 14,2 persen SMA di Indonesia yang memenuhi kriteria. Jadi, bagaimana nasib 20 ribu lebih SMA yang tidak masuk kriteria itu? Apakah mereka bukan yang terbaik?
Kita memaklumi, cara mudah untuk membuat ranking suatu lembaga pendidikan memang melalui tes-tes semacam UTBK. Masuk PTN dipandang sebagai jalan cepat menuju sukses dalam hidup. Karena itu, kemampuan menjawab soal-soal ujian UTBK dianggap sebagai cara ampuh masuk PTN. Di sinilah peran lembaga Binbel menjadi sangat penting.

Dalam perspektif pendidikan, cara pemeringkatan SMA seperti itu juga mereduksi makna pendidikan itu sendiri. Para siswa SMA dipaksa belajar banyak hal selama TIGA TAHUN, ujung-ujungnya, yang dinilai paling penting – sehingga masuk daftar SMA Terbaik — adalah kemampuan menjawab soal UTBK. Jika seperti ini, maka buat saja, SMA itu seperti lembaga Binbel.

Tentu saja kita menghargai dan memandang penting tes-tes seperti UTBK untuk menilai kualitas intelektual para murid kita. Masuk ke PTN adalah sebuah prestasi penting. Tetapi, menjadikan hasil tes UTBK sebagai kriteria utama untuk menetapkan sekolah-sekolah yang terbaik, patut kita renungkan kembali.
Apakah cara seperti ini sesuai dengan konsep pendidikan ideal seperti yang dirumuskan dalam UUD 1945 dan UU Sisdiknas. Katanya, pemerintah harus menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Dimana nilai-nilai kebaikan itu diletakkan dalam penentuan kriteria sekolah-sekolah terbaik.
Pemerintah juga sudah mengeluarkan Perpres No. 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Pasal 1 Peraturan Presiden (Perpres) No 87 Tahun 2017 menyebutkan, bahwa Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Karena itu, sudah saatnya pemerintah dan para tokoh pendidikan berpikir serius untuk merumuskan konsep “SMA terbaik”, secara komprehensif. Misalnya, ada SMA yang mendidik anak-anak jalanan sehingga mereka menjadi anak-anak yang baik, anak yang jujur, pekerja keras, dan bermanfaat bagi masyarakat. Maka, SMA seperti ini sejatinya merupakan SMA terbaik.
Begitu juga misalnya, sekolah yang mendidik para muridnya yang “berkebutuhan khusus”, sehingga berhasil menjadikan anak-anak itu mampu berkomunikasi dengan baik dan meningkat kepercayaan diri mereka. Sekolah seperti ini juga patut mendapat penghargaan sebagai “SMA”.

Contoh lagi. SMA yang mendidik para muridnya menjadi guru-guru mengaji al-Quran yang berakhlak mulia. Mereka memang tidak masuk kriteria lolos tes UTBK. Tetapi, keberadaan mereka sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Apakah SMA seperti ini tidak layak dikategorikan sebagai “SMA terbaik”?

Sepatutnya, SMA-SMA yang nilai UTBK-nya baik, cukup dikatakan sebagai sekolah dengan UTBK terbaik. Dalam perspektif pendidikan, kriteria utama “Sekolah Terbaik” adalah sekolah-sekolah yang melahirkan manusia-manusia yang baik, yang berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Sebaliknya, sekolah-sekolah tidak baik adalah sekolah-sekolah yang melahirkan manusia-manusia durhaka kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang egois, serakah, sombong, dan merugikan masyarakat, meskipun banyak muridnya yang nilai UTBK-nya tinggi. Renungkanlah kasus Ferdy Sambo! Wallaahu A’lam bish-shawab. (Depok, 29 Agustus 2022).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *