Khutbah Jum’at: Memelihara Semangat Hijrah

Oleh : Ust Muhammad Hanafi, S.Ag, M.S.I (Dewan Da’wah Bantul)

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah ta’ala yang senantiasa melimpahkan rahmah, menebarkan barokah dan menganugerahkan hidayah sehingga kita masih setia dan tunduk pada perintah Allah untuk menghadiri ibadah Jum’ah.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya hingga akhir zaman. Dengan ajaran Islam inilah beliau telah membimbing kita keluar dari kegelapan hidup menuju cahaya yang terang benderang.

Selanjutnya, marilah kita ikhlaskan diri kita untuk melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Taqwa dimanapun dan bagaimanapun kondisi dan situasinya, taqwa dalam segala situasi, baik ketika longgar maupun sempit, sehat maupun sakit, sepi maupun ramai, sendirian maupun berjamaah, karena kemuliaan hanya dengan ketaqwaan.

Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa diantara kalian. (QS. Al-Hujurat ayat 13)

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Saat ini kita sudah berada di tahun baru 1443 Hijriyah, situasinya berbeda dengan tahun tahun biasanya karena pandemi. Saat ini manusia sedunia sedang berkonsentrasi menghadapi merebak dan menyebarnya Covid 19. Kondisi masyarakat sedang berat, ekonomi juga sedang sulit, namun sebagai seorang muslim kita harus tetap optimis dan bersyukur, agar kondisi segera membaik. Firman Allah :

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim : 7)

Di tengah masa Pandemi Covid-19, sebenarnya kita masih lebih banyak menerima karunia dan nikmat Allah yang tercurah dibandingkan dengan jumlah ujian hidup, sehingga di dalam Al-Qur’an – Allah bertanya kepada kita hingga sebanyak 31 kali dengan pertanyaan yang serupa:

“Maka ni`mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman: 13)

Bersyukur mengundang hadirnya kenikmatan dan keberkahan. Kondisi sulit menyadarkan kita untuk terus tafakkur, tadzakkur dan muhasabah. Berpikir, berdzikir dan introspeksi diri. Kita masih beriman dan harus semakin mengokohkan iman kita; bahkan kita berada di zaman kemerdekaan, masih diberi kesempatan menghirup udara di tahun 1443 Hijriyah.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Dari momentum memasuki tahun baru 1443 H saat ini, banyak pelajaran dan hikmah yang bisa kita dapatkan dari peristiwa hijrahnya Rasulullah SAW dari Makkah ke Madinah.

Hikmah pertama, pentingnya meluruskan niat, memantapkan niat, membenahi motivasi. Amal ibadah harus diawali dengan niat yang benar. Rasulullah Saw bersabda :

“Sesungguhnya segala amalan itu tergantung pada niat; dan sesungguhnya tiap-tiap orang akan memperoleh balasan dari apa yang diniatkannya. Barangsiapa hijrahnya menuju keridhaan Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya itu ke arah keridhaan Allah dan rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang dia harapkan, atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya itu ke arah yang ditujunya.” (HR. Bukhari Muslim)

Iman yang benar melahirkan niat yang tulus. Tulus untuk berhijrah, berpindah. Firman Allah :

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (QS. Al Baqarah ayat : 218)

Setiap orang yang beriman dengan niat yang benar hanya mencari ridho Allah, maka akan benar-benar memperoleh rahmat dari Allah.

Hikmah kedua, berusaha maksimal untuk istiqomah dalam melaksanakan perintah Allah, komitmen untuk menjadi pejuang dan pelaku kebaikan, ikhtiar menjadi teladan bagi kemanusiaan.

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimana saja kamu berada dan ikutilah setiap keburukan dengan kebaikan yang dapat menghapuskannya, serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR At-Tirmidzi)

Nabi berjuang dan berdakwah dengan istiqomah dan pantang menyerah. Ketika di Mekkah beliau banyak mendapatkan penentangan dan permusuhan, bahkan berkali-kali menjadi sasaran upaya pembunuhan, sehingga hal ini memaksa beliau harus berhijrah ke Yatsrib (Madinah). Saat menjalani hijrah tersebut, ternyata yang beliau jumpai bukanlah penderitaan; melainkan justru banyaknya rahmat dan keberkahan. Setibanya di kota Madinah, beliau disambut dengan sangat antusias dari penduduk Yatsrib dan memperoleh kedudukan yang terhormat; syiar Islam berkembang dengan sangat pesat. Hal ini sebagai jaminan yang dinyatakan oleh Allah :

“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rizki yang banyak….” (QS. An-Nisa’: 100)

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Hikmah yang ketiga, mengetahui urgensi, pentingnya nilai waktu. Firman Allah :

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr ayat 18).

Mengisi waktu dengan terus menerus berupaya menambah kebaikan. Apa saja peristiwa dari perjalanan hidup (baik suka maupun duka) agar dijadikan sebagai pelajaran dan hikmah untuk kepentingan hari esok: masa depan. Misinya satu, yaitu: hari esok hendaklah lebih baik dari hari ini. Setiap kita pastilah memiliki masa lalu, dan tidak bias dihapus. Akan tetapi setiap kita bisa mempersiapkan dan bercita-cita untuk mewujudkan masa depan yang diimpikan.

Ma’asyiral Muslimin, Rahimakumullah.
Saat ini kita telah berada di tahun baru 1443 H. bagaimana kita harus memaknainya? Adanya masa Pandemi ini janganlah menyebabkan jiwa kita ikut terbelenggu, dipenuhi perasaan murung, apalagi putus asa. Akan tetapi kita harus menanamkan perasaan iman yang kuat, mengubah pesimisme menjadi optimisme dan perasaan senasib sepenanggungan yang harus dijalin antar sesama umat manusia. Inilah makna hijrah yang perlu dibangun saat ini. Bukan hijrah secara lahiriah, akan tetapi hijrah secara mentalitas, berpindah dari memikirkan diri sendiri menuju kemaslahatan bersama yang jauh lebih besar.

Disinilah pentingnya kita harus terus mendakwahkan kebenaran ajaran Islam, yang hadir membawa misi kemerdekaan dan kebebasan, yaitu “tahriirul ‘ibaad min ‘ibaadatil ‘ibaad; ilaa ‘ibaadati rabbil ‘ibaad“, artinya: membebaskan manusia dari menyembah sesama manusia, menuju menyembah hanya kepada Tuhannya manusia. Firman Allah :

Alif Lam Ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. (QS. Ibrahim ayat 1).”

Semoga Allah ta’ala terus melimpahkan rahmat, hidayah dan barokah-Nya, sehingga kita mampu terus menapaki jalan kebenaran Islam dalam situasi dan kondisi apapun. Aamiin.

Editor: Jaka Setiawan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *