JANGAN TERJEBAK DENGAN KESUKSESAN SESAAT YANG MELEMAHKAN

Artikel Terbaru ke-2.038
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id) Ketua Umum DDII Pusat

Dewandakwahjatim.com, Depok - Kita wajib bersikap optimis bahwa Allah akan menolong perjuangan kita. Tujuan perjuangan kita sangat mulia. Yakni, melahirkan pribadi-pribadi muslim yang unggul dan mampu mewujudkan tatatan masyarakat baru yang adil makmur dalam naungan ridha Tuhan Yang Maha Esa. Itulah Indonesia Emas tahun 2045.

Tujuan mulia itu mengharuskan kita untuk menyusun kurikulum pendidikan 2025-2025. Ada waktu 20 tahun menuju 2045. Maka, sasaran utama kurikulum kebangkitan ini adalah anak-anak usia 15-20 tahun, yang pada tahun 2045 – kita harapkan – akan menjadi pemimpin-pemimpin masyarakat di berbagai bidang dan tingkatan kehidupan. 

Di sinilah peran penting keluarga, pesantren, sekolah, dan kampus-kampus Islam untuk merumuskan peta jalan (kurikulum) pendidikannya untuk masa 20 tahun. Jangan terjebak dengan peta jalan yang terlalu pragmatis. Yakni, melahirkan lulusan yang hanya berpikir untuk dirinya sendiri; tanpa peduli dengan nasib dan urusan masyarakat dan bangsanya. 

Para kader harapan umat itu perlu dirumuskan peta jalan keilmuan dan perannya di tengah masyarakat. Jadi, bukan hanya dibuatkan peta jalan pekerjaannya, tetapi peta jalan keilmuan dan perjuangannya. Bahasa mudahnya: kader-kader harapan umat itu senantiasa sibuk memikirkan kondisi masyarakatnya dan berusaha mencarikan solusi yang terbaik. 

Mereka yakin betul dengan janji Allah. Bahwa, jika mereka mau menolong agama Allah, maka Allah pasti akan menolong mereka. Bagi para santri atau pelajar, bentuk nyata dari aktivitas menolong agama Allah adalah mengamalkan dan mengajarkan ilmu yang mereka dapat di sekolah atau pesantren. Dengan itulah mereka menjadi orang yang bermanfaat.


Lahan dakwah itu masih begitu luas di Indonesia. Dari sekitar 240 juta orang muslim, lebih dari 100 juta masih belum bisa membaca al-Quran dengan benar. Ana-anak muda masih sedikit yang rutin melaksanakan shalat berjamaah. Bahkan belum banyak yang memiliki sikap cinta ilmu dan rajin menghadiri majelis-majelis ilmu.


Itu artinya, pekerjaan “menolong agama Allah” masih sangat terbuka lebar peluangnya. Itulah peluang dakwah yang masih sangat besar. Harusnya, tidak ada pemuda muslim yang “nganggur”, selama mereka menjadikan aktivitas dakwah sebagai tugas dan tujuan utama kehidupannya. Para pemuda pejuang ini tentu saja akan memilikirkan dan menyiapkan juga ilmu dan ketrampilan untuk bisa mandiri secara ekonomi.


Nah, untuk melahirkan kader-kader pemuda pejuang seperti itu, diperlukan kerja yang amat sangat berat. Tantangannya juga tidak main-main. Iblis pasti tidak rela melihat umat Islam dan negara Indonesia ini bangkit menjadi umat dan bangsa terbaik. Iblis dan para setan – jenis manusia dan jin – akan mengerahkan segala kemampuannya untuk menghambat gelombang lahirnya generasi gemilang ini.


Allah sudah mengingatkan, bahwa para setan itu akan menggunakan senjata “kata-kata indah” (zukhrufal qaul) untuk menyesatkan manusia (Lihat QS al-An’am: 112). Zukhrufal qaul bisa berupa konsep-konsep pendidikan dan pembangunan yang melemahkan para kader potensial. Mereka bisa dijebak dengan iming-iming kesenangan duniawi yang sesaat, dan melupakan tujuan hidup yang sebenarnya.


Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 247 disebutkan, bahwa syarat pemimpin harus memiliki keuggulan dalam ilmu dan fisik (basthatan fil ilmi wal-jismi). Para kader pejuang itu memiliki ilmu yang benar dan mumpuni untuk menjadi bekal dalam memimpin. Mereka juga dituntut untuk membangun badannya agar memiliki keunggulan dalam fisiknya. Para kader pejuang itu perlu terus dikawal selama menjalani kurikulum pendidikan selama 20 tahun ke depan.


Lembaga pendidikan Islam jangan terjebak dengan godaan-godaan duniawi yang sesaat yang pada akhirnya melemahkan bahkan mematikan keunggulan para kader pejuang. Misalnya, mereka dibangga-banggakan dan dipuji-puji karena sukses melanjutkan kuliah di suatu kampus terkenal, tetapi terus dibiarkan saja mereka dijejali dengan ilmu-ilmu dan pergaulan yang merusak iman dan akhlaknya.


Akhirnya, naudzubillahi, hanya dalam hitungan bulan saja, para kader pejuang itu bisa berubah menjadi semakin jauh dari alam pikiran dan perilaku Islami. Selama menempuh pendidikan sebelumnya, para kader pejuang tadi kurang dibekali dengan “ilmu setan”, yakni segala ilmu untuk memahami tipu daya setan, baik setan jenis manusia atau pun setan jenis jin.

Padahal, setan itu musuh yang nyata.
Inilah pentingnya para keder pejuang itu mengingat tiga pesan Pak Natsir (Mohammad Natsir): senantiasa menjaga niat ikhlas dalam berjuang, memahami kondisi dan situasi dengan tepat, dan senantiasa berada di hati umat.
Semoga Allah menolong dan melindungi kita semua dan para kader pejuang agar mereka bisa terus tumbuh menjadi para pemimpin yang gemilang di masa depan. Amin. (Depok, 1 November 2024).

Amin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *