JANGAN SAMPAI ANAK-ANAK DIDIDIKUNTUK MENJADI ROBOT-ROBOT PENGABDI PENJAJAH

Artikel Terbaru ke-1.880
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat

dewandakwahjatimm.com, Depok – Pada tanggal 2 Rabi’ulawwal 1380 H bertepatan dengan 24 Agustus 1960, Menteri Agama RI, K.H. Wahib Wahab (NU), meresmikan pembukaan Institut Agama Islam Negeri ‘’Al-Djami’ah al-Islamiyah al-Hukumijah’’ di Yogyakarta.

Dalam acara peringatan Sewindu IAIN, tahun 1968, di Yogyakarta, Menteri Agama K.H.M. Dachlan menyatakan : ‘’Institut Agama Islam Negeri pada permulaannja merupakan suatu cita-cita yang selalu bergelora di dalam jiwa para Pemimpin Islam jang didorong oleh hajat-kebutuhan terhadap adanya sebuah Perguruan Tinggi yang dapat memelihara dan mengemban ajaran-ajaran Syariat Islam dalam corak dan bentuknya yang suci murni bagi kepentingan Angkatan Muda, agar kelak di kemudian hari dapat memprodusir ulama-ulama dan sarjana-sarjana yang sungguh-sungguh mengerti dan dapat mengerjakan secara praktek yang disertakan dengan pengertian yang mendalam tentang hukum-hukum Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.’’

Lebih jauh lagi, Menteri Agama K.H.M. Dachlan yang juga seorang tokoh Nahdlatul Ulama (NU), menyampaikan pentingnya memelihara semangat untuk melawan penjajahan dalam dunia pendidikan.

Dia katakan : ‘’Di dalam rapat-rapat sering kami jelaskan, bahwa dimasa penjajahan kita telah berhijrah (non Cooperation/tidak kerja sama) dengan penjajah, akibat sikap yang demikian itu kita tidak menyekolahkan anak-anak kita didalam sekolah-sekolah yang diadakan oleh kaum penjajah.Sebaliknya anak-anak kita semuanya belajar dan mendapatkan pendidikan di sekolah-sekolah agama (Madrasah dan Pesantren yang kita adakan sendiri) karena kita menjaga jangan sampai anak-anak kita keracunan dengan pendidikan/pelajaran yang diberikan oleh penjajah dimasa itu, dimana anak-anak diciptakan untuk menjadi hamba penjajah untuk menjadi orang-orang yang membantu penjajah didalam usahanya memprodusir manusia-manusia robot untuk kepentingan mereka.’’

Mengapa Perguruan Tinggi ini menggunakan nama ‘Islam’ ? Menteri Agama K.H.M. Dachlan menjelaskan sebagai berikut : ‘’Nama Islam jang dihubungkan dengan Institut ini, juga merupakan suatu manifestasi tentang adanya suatu ikatan jang kokoh kuat dan yang telah berakar-berurat didalam jiwa kita semuanya, yaitu dalam hubungan seorang Muslim dengan sesama saudaranya, yang tak dapat dipisahkan karena berlainan darah, berlainan bahasa, berlainan warna, berlainan tanah air (Negara) dan sebagainja, hal mana telah mengikat kesatuan Ummat Islam satu dengan lainnya, sehingga Agama, kehormatan dan harkat-martabat Ummat Islam terlindung oleh ikatan yang teguh kuat itu, yang menyebabkan orang-orang dan penguasa tirani dimasa lampau tak berani menyentuh badan jasmani kita dengan sesuatu siksaan atau pukulan, karena kita telah menjadi satu badan, bilamana suatu anggauta-tubuh badan itu dicubit orang, maka seluruh badan tersebut akan ikut merasakan pedih dan sakitnya.’

Pada kesempatan itu, Menteri Agama juga membeberkan tantangan dan rintangan yang berat dalam upaya mendirikan IAIN yang menurutnya dilakukan oleh ”orang-orang yang tidak menghendaki kemajuan Islam’’. Karena itu, kata Menteri Agama, sejak awal dilahirkan, IAIN senantiasa berusaha dan bekerja keras untuk mengisi otak dan jiwa Angkatan Muda dengan mental Islam dan membeberkan kepada mereka sejarah Islam yang sebenarnya, karena generasi muda telah melalaikan atau belum mengetahuinya. Tujuan lain dari IAIN, menurut Menteri, ‘’membasmi tachajjul dan churafat jang telah ditimbulkan oleh kelalaian kita akan adjaran ALLAH dan kurangnya pengertian Generasi Baru kita terhadap tudjuan Islam jang sutji murni.’’ (Lihat, buku Sewindu Institut Agama Islam Negeri – Al Djami’ah Al Islamiyah Al Hukumijah “Sunan Kalidjaga” Jogjakarta 1960-1968, terbitan IAIN Sunan Kalidjaga, 1968).

Dari niat, tujuan, dan semangat para tokoh Islam dalam pendirian Perguruan Tinggi Islam (IAIN) itu, tampaklah bagaimana kuatnya dorongan semangat perjuangan Islam. Dari kampus inilah diharapkan lahir para cendekiawan dan ulama yang tinggi ilmu dan akhlaknya serta memiliki semangat perjuangan dalam menegakkan kebenaran.

Patutlah terus direnungkan peringatan KHM Dachlan, agar anak-anak kita dididik di lembaga-lembaga pendidikan Islam, agar mereka tidak dididik untuk menjadi manusia-manusia robot yang mengabdi untuk kepentingan penjajah. ‘’… jangan sampai anak-anak kita keracunan dengan pendidikan/pelajaran yang diberikan oleh penjajah dimasa itu, dimana anak-anak diciptakan untuk menjadi hamba penjajah untuk menjadi orang-orang yang membantu penjajah didalam usahanya memprodusir manusia-manusia robot untuk kepentingan mereka,’’ begitu peringatan Pak Menteri Agama RI tersebut.

Semoga kita dapat memenuhi harapan dan amanah para pendiri Perguruan Tinggi Islam, di mana saja. Amin. (Depok, 3 Mei 2024).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *