Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Bidang MPK DDII Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Al-Qur’an menarasikan penyesalan hidup orang kafir yang selalu menentang kebenaran. Mereka pada akhirnya mengakui jalan hidup orang beriman mendatangkan keselamatan. Mereka menganggap petunjuk Allah belum tentu mendatangkan keuntungan. Perintah Allah pun dipandang bertentangan dengan kepentingannya. Mereka pun merendahkan jalan hidup orang beriman. Namun pada akhirnya, mereka pun menyesali dan baru menyadari bahwa jalan hidup orang beriman merupakan jalan yang benar. Mereka menyatakan hal itu setelah melihat neraka yang berada di hadapannya.
Kebenaran
Al-Qur’an mensinyalir bahwa sebagian besar manusia memiliki kecenderungan untuk memilih sesuatu yang sesuai dengan keinginan tanpa mempertimbangkan berbagai aspek. Hal ini ditunjukkan ketika datang kebenaran kepadanya. Bukannya menerima, mereka justru bertahan dengan apa yang biasa mereka lakukan seraya menolak kebenaran yang datang.
Bagi orang yang beriman petunjuk yang datang itu memiliki arti yang sangat mendalam, sehingga petunjuk yang datang dari Allah dan rasul-Nya, langsung ditaati dan direspon positif. Bagi mereka, sangat tidak pantas menolak petunjuk, ketika datang di hadapannya. Oleh karenanya, tidak ada pilihan lain kecuali menerimanya dengan lapang dada. Hal ini dipaparkan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
وَمَا كَا نَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗۤ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab : 36)
Ketika datang perintah, kemudian menolaknya, sama saja durhaka terhadap Sang pemilik kebenaran. Al-Qur’an pun mengilustrasikan ketika datang perintah menutup aurat bagi perempuan, maka orang yang beriman langsung menyambutnya dengan mengenakan pakaian yang menutup auratnya. Bagi mereka ketundukan dan kepatuhan kepada perintah-Nya pasti akan mendatangkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Sebaliknya, menolak atau menentangnya justru akan membawa implikasi buruk. Hal ini dipaparkan dengan baik sebagaimana firman-Nya :
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَا جِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59)
Identitas seorang Muslimah, dengan pakaian menutup aurat, diyakini akan mendapatkan jaminan dari Allah, baik berbagai gangguan atau godaan. Mereka memahami bahwa perintah menutup aurat merupakan bentuk kasih sayang Allah atas hamba-Nya. Ketika perempuan dengan sengaja membuka aurat bukan saja menunjukkan keengganan atas perintah, tetapi sebagai bentuk penolakan perintah dari Sang Maha Pencipta dan Pengatur alam semesta.
Demikian pula perintah Allah untuk meninggalkan judi, minuman keras, berzina dan perbuatan buruk lainnya merupakan ujian besar. Namun bagi orang yang beriman, hal itu merupakan ujian atas keimanannya. Sementara bagi mereka yang tidak beriman, datangnya perintah Allah justru menjadikan dadanya sesak.
Bagi mereka yang hatinya tunduk dan patuh pada aturan Allah, akan berupaya untuk memaksakan dirinya dalam mengikuti petunjuk. Godaan kenikmatan sesaat ketika berbuat maksiat merupakan tipu daya setan yang pintar menghiasi perbuatan buruk tampak bertabur kebaikan.
Bukankah berbagai praktek kecurangan, korupsi, dan penyalahgunaan kekuasaan terasa indah bagi pelakunya. Mereka memandang bahwa orang-orang yang jujur terlihat hidupnya menderita karena dalam hidupnya terlihat tidak bisa menikmati kebahagiaan sebagaimana yang mereka jalani dengan harta yang melimpah.
Duka Mendalam
Al-Qur’an menuturkan ketika hari keputusan telah ditetapkan. Pada saat itu, orang-orang yang tak beriman mengalami duka mendalam karena telah ada kepastian akan memperoleh siksaan. Allah pun memperlihatkan kepada mereka kehidupan orang yang beriman yang memperoleh kebahagiaan di surga.
Manusia yang tidak beriman itu sudah ditunjukkan berbagai tanda-tanda kebesaran Allah. Penciptaan langit dan bumi yang demikian besar serta berbagai keajaiban dari yang mereka lihat. Namun hal itu tidak menggerakkan dirinya untuk mengagungkan Allah. Kebanyakan di antara mereka justru menutup mata dan tidak mengimani atas kebesaran Allah. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰ يَةً ۗ وَمَا كَا نَ اَكْثَرُهُمْ مُّؤْمِنِيْنَ
“Sungguh, pada yang demikian itu terdapat suatu tanda (kekuasaan Allah), tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 67)
Allah pun mengabarkan bahwa akhir kehidupan orang yang dahulunya menolak prinsip-prinsip hidup orang beriman, justru sadar. Mereka menyesalinya dan ingin kembali ke dunia untuk menjalani kehidupan sebagaimana yang dijalani oleh orang-orang yang beriman. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
فَلَوْ اَنَّ لَـنَا كَرَّةً فَنَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ
“Maka seandainya kita dapat kembali (ke dunia) niscaya kita menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Asy-Syu’ara’ : 102)
Gambaran Al-Qur’an di atas meyakinkan diri kita bahwa kebanyakan manusia di dunia ini dalam keadaan ingkar atas petunjuk Allah. Mukmin minoritas merupakan realitas nyata di dunia ini, dan nanti di akherat akan menjadi dambaan. Namun episode penyesalan di akherat ini tidak bisa menjadikan mereka kembali ke dunia karena kehidupan akherat sudah di depan mata. Mereka benar-benar menyesal tidak menjalani hidup sebagai orang mukmin.
Surabaya, 13 Mei 2024
Admin: KOMINFO DDII Jatim