Oleh M. Anwar Djaelani, Wakil Ketua Bidang Pemikiran Islam Dewan Da’wah Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. KH M. Anas Adnan, Lc. M.Ag telah berpulang ke Rahmatullah pada Rabu 17 April 2024 sekitar pukul 11.15 WIB. Almarhum salah satu ulama ahli bahasa Arab yang menonjol di Muhammadiyah.
Aktivis dakwah itu meninggalkan banyak buku terutama di bidang pengajaran bahasa Arab.
Anas Adnan pendidik yang teruji. Pernah lama mengajar di Pesantren Persis Bangil. Juga, di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Pun, sering memberikan pelatihan bagaimana teknik memahami Al-Qur’an secara praktis.
Almarhum pendakwah yang berpengalaman luas. Jejak dakwahnya tak hanya di Surabaya dan Jawa Timur, tapi juga sampai di beberapa provinsi lain di Indonesia.
Sang Pembelajar
Anas Adnan lahir di Lamongan pada 8 Maret 1946. Lelaki asal Desa Blimbing Lamongan ini pernah nyantri di Pondok Karangasem Paciran Lamongan, Juga, pernah di Pesantren Tebuireng Jombang dan di Pesantren Gontor Ponorogo.
Setelah menyelesaikan Pendidikan Guru Agama (PGA) di Malang, kemudian Anas Adnan belajar di Fakultas Sastra jurusan Pendidikan Bahasa Arab di IKIP Malang (sekarang UM). Lalu, ke Fakultas Adab IAIN Surabaya (sekarang UINSA).
Tak cukup mencari ilmu di dalam negeri, Anas Adnan lalu pergi jauh, ke Mekkah – Saudi Arabia. Di sana, dia belajar di Universitas Ummu Al-Qura, program S1 bahasa Arab. Selanjutnya, pendidikan formal yang dijalani Sang Pembelajar itu adalah di program S2 di Universitas Muhammadiyah Malang dengan konsentrasi Pendidikan Islam.
Sang Pendidik
Ilmu-ilmu yang didapatnya, lalu diajarkan. Tercatat, Anas Adnan pernah mengajar di Pesantren Persis Bangil. “Beliau mungkin sekitar tahun 1987-1996 mengajar di Bangil,” kata Hefzi Ghazie – pimpinan Pesantren Persis Bangil yang bersama rombongan takziyah ke rumah duka Kamis siang 18 April 2024.
Info di atas, paralel dengan penjelasan isteri Anas Adnan yaitu Widiyati saat saya bersama sejumlah sahabat takziyah pada Kamis 18 April 2024 malam. “Kami tinggal di Bangil sekitar 8 tahun,” tutur sang isteri.
Masih di Bangil, Anas Adnan mengajar juga di Ma’had ‘Ali Ilmu Fiqih dan Dakwah. Di samping itu, beliau pun mengajar di STIT Muhammadiyah Bangil.
Di Surabaya, bagaimana? Ulama yang saat wafat tinggal di Pucang Indah Sidoarjo itu pernah mengajar di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Sang Aktivis
Anas Adnan aktif berorganisasi, sejak sebagai pelajar. Saat sebagai mahasiswa di Mekkah, dia pernah menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar dan Mahasiswa (PPI) se-Saudi Arabia.
Pria ramah ini juga tercatat sebagai anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, 2005-2010. Sementara, di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Jawa Timur periode 2013-2017 (saat itu Ketuanya adalah Tamat Anshory Ismail), Anas Adnan menjadi anggota Biro Penelitian dan Pengkajian Islam.
Pada 1993, Kiai Anas mendirikan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Al-Qur’an (PPQ). Sebagai direktur lembaga beliau memfokuskan kegiatannya pada Program Memahami al-Qur’an Metode Manhaji.
Langkah-langkah Anas Adnan di dunia dakwah terhitung panjang. Sekadar catatan, pada 1976 beliau tergabung sebagai anggota staf Bina Rohani dan Mental Polda Jatim. Di tahun 1984, aktif di Maktab Rabithah Alam Islami di Jakarta dan menjadi da’inya hingga tahun 2000-an.
Sang Penulis
Anas Adnan tekun menulis. Dari dirinya, lahir banyak artikel keislaman. Hal ini, terutama karena beliau menjadi pengasuh rubrik bahasa Arab di Majalah Al-Muslimun Bangil yang diterbitkan Persis. Beliau juga pengasuh rubrik Konsultasi Syariah di Majalah Majahidin yang diterbitkan Masjid Mujahidin Surabaya.
Bahkan, yang lebih mendasar, Anas Adnan punya banyak karya buku.
Berikut ini, judul-judulnya:
Mengerti Bahasa Arab Tanpa Guru (tiga jilid)
Belajar Memahami Al-Qur’an Metode Manhaji Juz 1
Belajar Memahami Al-Qur’an Metode Manhaji Juz 2
Belajar Memahami Al-Qur’an Metode Manhaji Juz 3
Belajar Memahami Al-Qur’an Metode Manhaji Juz 4
Buku Pendamping Belajar Memahami Al-Qur’an Metode Manhaji
Ringkasan Balaghah
Mari Menyanyi
Semua karya tulis di atas berharga, juga yang nomor 8 yaitu “Mari Menyanyi”. Itu karya kreatif. Di dalamnya, berisi sejumlah lagu populer (terutama di kalangan anak) yang syairnya diganti bahasa Arab. Tentu, ini bagus bagi guru sebagai salah satu media pembelajaran bahasa Arab untuk murid-muridnya.
Lihatlah isinya. Misal, ada syair lagu Bintang Kecil (h.22), Dua Mata Saya (h.23), dan Kebunku (h.24). Ada juga, Ibu Kita Kartini (h.27).
Dari uraian ringkas di atas, tak pelak lagi, Anas Adnan adalah ulama komplit. Lisannya fasih saat berbicara. Tangannya terampil dalam menulis materi keislaman.
Keluarga Teladan
Anas Adnan meninggalkan seorang istri, Widiyati. Juga, dua anak yaitu Nurul Hanifah dan Alfi Aqil.
Hal yang menarik, tentu banyak kenangan manis terkait pola asuh yang diterapkan Anas Adnan kepada putera-puterinya. Berikut ini salah satunya.
“Hal yang paling berkesan dari cara ayah mendidik anaknya adalah
saat saya ada pertanyaan mengenai suatu hal. Ternyata, penjelasan ayah seringkali panjang. Pertanyaannya hanya satu kalimat, tapi jawabannya bisa berhalaman-halaman. Ayah tunjukkan juga sumber referensinya, bahkan sampai di-print-kan agar mempermudah membacanya dan bisa dimengerti,” tutur Alfi Aqil.
“Ayah itu orangnya teliti dan rinci, tapi sederhana dalam berperilaku,” lanjut Alfi Aqil mengenang sang ayah.
Hal menarik lainnya, Anas Adnan melibatkan isteri dan dua anaknya dalam dunia dakwah yang ditekuninya termasuk dalam menghasilkan karya tulis. Perhatikanlah, misalnya, Buku Pendamping Belajar Memahami Al-Qur’an Metode Manhaji. Di buku tersebut, di halaman copyright, ada informasi: Dua anaknya, yaitu Nurul Hanifah dan Alfi Aqil, berperan sebagai korektor. Sementara istrinya, Widiyati, berperan sebagai pembuat layout.
Adapun isteri dari Alfi Aqil, yaitu Seffyana Wisma Rini, juga aktif di jalur dakwah. Menantu Anas Adnan itu termasuk gesit dalam gerakan syi’ar Islam.
Kenangan Indah
Berita wafatnya Ustadz Anas Adnan membuat duka banyak kalangan. Kenangan atas berbagai kebaikan ulama yang teduh itu lalu mengalir dari banyak pihak. Misal, mulai dari murid-muridnya sampai ke banyak aktivis dakwah.
“Beliau guru ilmu Nahwu-Sharaf dan Balaghah kami di Persis Bangil. Beliau seorang guru yang sabar dan, masya Allah, lisannya tak lepas dari dzikrullah dan murojaah ilmu,” tutur Rasyidah Hamid yang sekarang memimpin Kuttab Darussalam di Yogyakarta.
Senada, berikut ini adalah kesaksian Dr. Achmad Junadi Lc., M.A. yang pernah menjadi murid Anas Adnan. Si murid adalah alumni Pesantren Persis Bangil yang lulus pada tahun 1992. Dia dididik Anas Adnan pada tahun ajaran 1990-1991 saat di kelas 5 atau setingkat kelas XI, untuk mata pelajaran balaghah.
“Sebagai guru, Beliau rahimahullah adalah guru yang memiliki kapasitas keilmuan di bidangnya, cakap dan kreatif. Banyak lagu nasional dan lagu populer Indonesia Beliau alihbahasakan ke dalam bahasa Arab sehingga membuat peserta didik senang dan nyaman/suka dalam belajar,” kenang Achmad Junadi.
“Sebagai pribadi, Beliau rahimahullah santun dan lembut tapi juga tegas. Salah satu kata yang sering Beliau gunakan saat menegur kami para santri adalah ‘dhamir’ yang artinya ‘hati/perasaan’. Maksud Beliau rahimahullah, gunakan hati dan perasaan selain akal dan fikiran,” lanjut lelaki yang sekarang mendapat amanah sebagai mudir/pengasuh Ma’had Al-Ittihad Al-Islami Camplong Sampang Madura.
Adapun performa Anas Adnan, “Sederhana”. Itu kata Artawawija – santri di Pesantren Persis Bangil 1991-1997. “Beliau,” lanjut pria asal Jakarta yang kini seorang penulis dan editor itu, adalah “Ahli dalam bahasa Arab dan ilmu-ilmu alat lainnya (seperti nahwu, sharaf, balaghah, dan lain-lain). Kajiannya sistematis, praktis, dan mudah dipahami.”
Kemudian, terutama jika mencermati tulisan/kajian Anas Adnan, “Beliau termasuk ahli fiqih yang dimiliki kalangan modernis,” kenang Dr. Bahrul Ulum – Pemimpin Redaksi Majalah Mujahidin Surabaya dan seorang dosen.
Terakhir, kami berdoa, semoga Ustadz Anas Adnan bahagia di Sisi Allah. Semoga kita yang ditinggalkan dapat melanjutkan perjuangan sang ulama yang memiliki kecakapan komplit ini, aamiin. []
Keterangan foto: KH. M. Anas Adnan
Admin: Kominfo DDII Jatim
Editor: Ainur Rafiq Sophiaan