Berlimpah Kekayaan dan Sempitnya Hidup

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus DDII Jatim

Dewandakwahjatim. com, Surabaya – Banyak manusia tergelincir ketika memaknai kesuksesan hidup di dunia ini. Mereka memandang bahwa hidup dikatakan sukses ketika berkekayaan melimpah. Dengan melimpahnya kekayaan itu, bisa menikmati hidup ini secara leluasa. Hal inilah yang mendorong manusia berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga terkadang menabrak norma dan tatanan kehidupan. Dengan kata lain, manusia memandang bahwa kekayaan mendatangkan kebahagiaan dan menyamanan hidup, namun Al-Qur’an justru memandang melimpahnya kekayaan sebagai sempitnya kehidupan. Kekayaan yang melimpah akan menjadi penyesalan panjang karena harus mempertanggungjawabkan segala karunia yang telah diperolehnya.

Dunia dan Perhiasannya

Terpenuhi seluruh kebutuhan hidup di dunia menjadi impian semua manusia. Bahkan tidak sedikit sekelompok manusia yang berharap hidupnya berlimpah kekayaan harta. Dengan harta yang melimpah, manusia bisa menikmati kehidupan secara leluasa sehingga apapun kebutuhan dan keinginannya bisa terpenuhi. Namun Al-Qur’an justru membuat proposisi sebaliknya, dimana orang yang terlimpah kekayaan justru sebagai sebuah siksaan dan berakhir menyesali kehidupannya.

Al-Qur’an pun menarasikan implikasi buruk atas orang yang terlimpah kekayaan mempengaruhi orang yang lemah imannya. Karena mereka tergoda untuk mendapatkannya. Tidak sedikit di antara orang miskin yang terkagum-kagum melihat orang lain berlimpah harta, hingga membayangkan hidupnya lebih bahagia. Namun Al-Qur’an justru memberi cara pandang yang berbeda bahwa melimpahnya harta menjadi sarana datangnya siksa dalam kehidupan ini. Hal ini sebagaimana termaktub dalam firman-Nya :
فَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَا لُهُمْ وَلَاۤ اَوْلَا دُهُمْ ۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah : 55)

Al-Qur’an menegaskan kembali bahwa kekayaan yang melimpah akan membuat jiwa manusia semakin jauh dari rasa syukur. Semakin kaya justru sedikit syukur dan semakin tinggi kekufurannya. Betapa tidak, dengan harta yang melimpah, kegiatan untuk menambah harta semakin kuat. Mereka pun semakin disibukkan dengan urusan duniawi tanpa mengenal waktu. Disinilah mungkin makna tersiksa ketika hartanya semakin banyak.

Kekayaan dan Potensi Kejahatan

Kalau mengikuti proposisi Al-Qur’an bahwa orang berlimpah harta sebagai bentuk siksaan, dengan memotret pola kehidupan orang-orang yang berlimpah harta. Mereka yang bergelimang harta bisa melakukan apa saja, termasuk melakukan penyimpangan terhadap hartanya. Dengan harta yang banyak bebas melakukan apa saja, sehingga membuka dirinya untuk berbuat kerusakan. Bukankah orang yang berkecukupan ini yang menentang apa yang disampaikan para rasul.

Dengan banyaknya pengikut maka bisa memerintahkan apa saja terhadap pengikutnya, termasuk melawan perintah dan kebenaran yang datang dari para rasul. Mereka secara kompak menolak untuk tunduk dan patuh pada kebenaran. Salah satu contohnya, ketika diperintah untuk menginfakkan hartanya, dan anjuran untuk berjihad (berperang), orang yang bergelimang harta inilah yang pertama kali enggan. Dengan kekayaannya, mereka menghalangi dirinya untuk mengawal seruan berinfak dan berjihad. Orang-orang kaya ini merasa terbebani untuk mengeluarkan sebagian hartanya, hingga dengan segala cara untuk menahan hartanya untuk kepentingan agama ini.

Dalam konteks inilah Al-Qur’an menunjukkan kebenarannya, bahwa kekayaan menjadi sarana penyiksaan bagi dirinya. Mereka berat untuk mengeluarkan sebagian untuk menopang perjuangan dakwah. Dengan menahan harta, maka otomatis menghambat perjuangan para pendakwah. Melawan perintah kebenaran ini termasuk kemaksiatan besar, sehingga terkumpul sejumlah dosa. Di sinilah kebenaran Al-Qur’an yang telah menjelaskan bahwa harta kekayaan membuat mereka berlaku maksiat, hingga mendatangkan siksa padanya. Hal ini termaktub sebagaimana firman-Nya :
وَلَا تُعْجِبْكَ اَمْوَا لُهُمْ وَاَ وْلَا دُهُمْ ۗ اِنَّمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّعَذِّبَهُمْ بِهَا فِى الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ اَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كٰفِرُوْنَ
“Dan janganlah engkau (Muhammad) kagum terhadap harta dan anak-anak mereka. Sesungguhnya dengan itu Allah hendak menyiksa mereka di dunia dan agar nyawa mereka melayang, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (QS. At-Taubah : 85)

Orang yang memiliki kekayaan enggan untuk menopang dakwah, dan bahkan menjadi musuh dakwah. Ketika menjadi musuh dakwah inilah akan mengantarkan dirinya berbuat kekufuran. Ketika terjerembab dalam perbuatan kekufuran itulah yang terus mendorongnya untuk melawan dakwah.

Dengan harta yang melimpah, orang kaya ini akan semakin cinta dan ingin menumpuk harta kekayaannya. Mereka menginkan hartanya terus bertambah dan tak ingin berkurang. Ketika berkeingan untuk menambah hartan dan tak ingin berkurang, maka apapun dilakukannya. Mereka pun menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal demi menambah pundi-pundi kekayaannya. Bahkan berbuat curang, menipu, korupsi dan pelanggaran hukum lainnya dilakukan guna untuk menambah hartanya. Bahkan mereka rela menabrak aturan dan menghalalkan pelanggaran.

Ketika pelanggaran itu sudah massif dan meluas, maka sulit untuk memiliki jalan yang baik dan lurus. Bahkan mereka menghalalkan darah bagi siapapun yang menghalangi dirinya untuk menumpuk kekayaan. Cara-cara yang baik dan santun tak menjadi piliha. Mereka menempuh cara-cara kotor untuk melegalkan tujuannya. Disinilah mereka melakukan pelanggaran yang berujung pada kerusakan.

Sangat benar ketika Al-Qur’an menyatakan bahwa kekayaan yang melimpah sebagai awal siksaan dan sempitnya kehidupan. Dengan harta yang banyak, akan memperpanjang hisab guna mempertanggungjawabkannya. Bukankah orang-orang yang kaya akan tertahan masuk surga karena akan ditanya dua hal, dari mana hartanya diperoleh, dan dipergunakan untuk apa. Disinilah siksaan dimulai ketika kekayaannya dipergunakan di jalan yang menyimpang.

Surabaya, 30 Nopember 2023

Admin: Kominfo DDII Jatim/ss

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *