Kepemimpinan Profetik di Tengah Kerakusan Politik

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da:wah, Jawa Timur

Dewandakwahjatim,com, Surabaya – Islam memberi panduan tentang kepemimpinan dengan mendasarkan pada integritas yang ditopang kekuatan fisik, bukan berbasis pada kepemilikan harta-kekayaan. Integritas berlandaskan pada ilmu, sehingga memandu kepemimpinannya. Thalut merupakan sosok pemimpin profetik yang memiliki integritas kuat dengan kekuatan fisik yang bisa diandalkan, sehingga berhasil menggulingkan kekuatan Jalut yang dikenal handal sebelumnya. Kepemimpinan yang didasarkan pada penguasaan ilmu dan dukungan kekuatan fisik akan mengalahkan kekuatan musuh yang mendasarkan pada kepemilikan kekayaan dan harta. Ironisnya, saat ini kerakusan politik bukan hanya mengubur nilai-nilai profetik, tetapi mengeksploitasi berbagai sumberdaya untuk memperkaya diri dan kelompoknya
Integritas Moral
Negara kokoh dan tegak berawal dengan adanya integritas pucuk pimpinan yang teraliri nilai-nilai profetik (kenabian). Sebaliknya negara hancur karena hilangnya integritas moral pada puncak elite penguasa. Al-Qur’an menggambarkan bahwa Thalut merupakan sosok pemimpin yang memiliki integritas pribadi yang unggul. Ilmu yang dimilikinya memandu moralitasnya, sehingga menuntun dan mengarahkan kepemimpinannya. kepemimpinan Thalut awalnya diragukan karena hanya memiliki basis keilmuan dan fisik tanpa menempel kepemilikan harta. Oleh karena itu, mereka yang bergelimang harta dan kekayaan memprotesnya. Mereka berkeyakina bahwa kepemimpinan diyakini akan tegak bila berbasis kekayaan. Hal itu dinarasikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَقَا لَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ اِنَّ اللّٰهَ قَدْ بَعَثَ لَـکُمْ طَا لُوْتَ مَلِكًا ۗ قَا لُوْۤا اَنّٰى يَكُوْنُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ اَحَقُّ بِا لْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِّنَ الْمَا لِ ۗ قَا لَ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰٮهُ عَلَيْکُمْ وَزَا دَهٗ بَسْطَةً فِى الْعِلْمِ وَ الْجِسْمِ ۗ وَا للّٰهُ يُؤْتِيْ مُلْکَهٗ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَا للّٰهُ وَا سِعٌ عَلِيْمٌ

“Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Thalut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu darinya dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 247)

Kepemimpinan berbasis profetik meyakini bahwa kelebihan ilmu bukan hanya memandu seorang pemimpin untuk bersikap jujur dan amanah, tetapi akan tercipta keadilan seiring dengan seluruh gagasan dan kebijakan yang dikeluarkannya. Tanpa kejujuran, kebijakan yang lahir akan menabrak tatanan dan melahirkan politik menghalalkan cara. Tanpa amanah tidak lahir keadilan di tengah masyarakat.
Nabi Yusuf layak dijadikan referensi kepemimpinan profetik yang sukses. Kejujuran, amanah terbukti membawa Nabi Yusuf berhasil memimpin Mesir. Modal amanah dan pengetahuan mendalam (‘hafidz dan ‘alim), membuat negara Mesir itu berhasil mensejahterakan rakyatnya. Bahkan kepemimpinan profetik Nabi Yusuf menjadi penopang terbebasnya kemiskinan penduduk negara lain.

Tidak berbeda dengan, kepemimpinan Nabi Yusuf, model kepemimpinan Thalut terbukti telah berhasil membelalakkan mata sekelompok elite yang mendasarkan kepemimpinan pada kekayaan duniawi. Thalut telah membalikkan keadaan, dimana ilmu dan fisik yang dimilikinya berhasil membalik keadaan sehingga berhasil menggulingkan kerajaan besar dengan pasukan musuh yang tangguh. Dengan demikian, integritas moral Thalut menjadi penopang utama tegaknya suatu negara.

Menghilangkan Kerakusan

Kepemimpinan profetik akan terimplementasi dengan baik di tengah masyarakat ketika menjadikan nilai-nilai ilahiyah sebagai sumber kekuatan sekaligus tujuan dalam menjalankan suatu negara. Kekuasaan yang mengabdi kepada pengagungan pada sang Pencipta dan Pemelihara alam semesta akan berusaha mewujudkan nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Karena akan dimintai pertanggungjawaban di akherat, maka pemimpin profetik akan berusaha menegakkan keadilan dan bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyatnya.
Nilai-nilai profetik akan menjauhkan dirinya dan mencegah rakyatnya melakukan tindakan manipulatif, seperti korupsi, suap, atau memperkaya dirisendiri. Kepemimpinannya bukan justru melindungi atau mempersubur para penggerogot uang negara. Kejahatan paling tak manusiawi, ketika pemimpinnya menutup mata atas ketidakadilan pada struktur yang ada dibawa kekuasaannya.

Kepemimpinan profetik yang hakiki adalah mendasarkan pada kekokohan tauhid hingga masyarakatnya bersedia dengan kesadarannya mempertanggungjawabkan apa saja yang diperbuatnya. Dalam konteks inilah masing-masing pihak saling menjaga kehormatan masing-masing, dan mencegah perbuatan yang merugikan keselamatan orang lain. Disinilah tercipta keamanan dan hilangnya ketakutan bagi warga masyarakat. Kepemimpinan seperti ini akan menginspirasi masyarakatnya untuk memproduksi amal kebaikan. Dalam konteks inilah, keadilan akan tumbuh di tengah masyarakat. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْن

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur : 55)

Ketiadaan kepemimpinan profetik menjadikan masyarakat gelap dari panduan cahaya ilahiyah, sehingga menghadang terwujudnya masyarakat yang aman-tentram. Semaraknya pemberhalaan terhadap kekayaan semakin memperparah keadaan dimana di tengah masyarakat tumbuh kekhawatiran dan kecemasan terhadap pemimpin. Mereka khawatir kehormatannya tercabik-cabik oleh karena pemimpinnay hanya memikirkan kepentingan dirinya.
Kepemimpinan profetik bisa merujuk pada generasi sahabat. Mereka merupakan manusia pencipta sejarah yang yang tak tertandingi. Mereka berjuang dengan gigih untuk menegakkan tauhid, sehingga membuka campur tangan Allah dalam mewujudkan keamanan dan hilangnya ketakutan. Allah pun memberikan bonus kekuasaan sehingga berhasil membuka pintu keberkahan dan tercipta keadilan sehingga nilai-nilai profetik mudah tersebar luas. Kepemimpinan profetik bukan hanya menanamkan bibit kebaikan, tetapi mencegah munculnya tindakan tiranik dan rakus. Pantas apabila Allah memberi stempel kepada mereka sebagai khairu ummah (umat terbaik).
Surabaya, 1 April 2023 .

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *