Oleh: Ust. Muhammad Hidayatullah
Pengurus Dewan Da’wah, Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَعِدَ الْمِنْبَرَ, فَقَالَ : ” آمِينَ . آمِينَ . آمِينَ . فَلَمَّا نَزَلَ قِيلَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ, إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ الْمِنْبَرَ, قُلْتُ : آمِينَ . آمِينَ . آمِينَ . قَالَ : إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَامُ أَتَانِي, فَقَالَ : مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ, فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ, فَمَاتَ, فَدَخَلَ النَّارَ, فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ, قُلْ : آمِينَ . فَقُلْتُ : آمِينَ . قَالَ : وَمَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ, أَوْ أَحَدَهُمَا, فَلَمْ يَبَرَّهُمَا, فَمَاتَ, فَدَخَلَ , فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ, قُلْ : آمِينَ . فَقُلْتُ : آمِينَ . قَالَ : وَمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ ,فَمَاتَ, فَدَخَلَ النَّارَ, فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ . قُلْ : آمِينَ . فَقُلْتُ : آمِينَ ” .
Dari Abu Hurairah R.A behwasannya Rasulullah SAW naik di atas mimbar dan berkata: amin amin amin, maka dikatakan kepada Rasulullah, sungguh engkau telah naik di atas mimbar dan engkau berkata: amin amin amin, maka Rasulullah bersabda, sungguh Malaikat Jibril Alaihissalam mendatangiku dan menyampaikan: “Barang siapa yang bertemu dengan bulan suci Ramadlan sedangkan dia tidak diampuni (dosa-dosanya) maka dia akan masuk neraka dan semakin menjauhkan (dirinya) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, katakanlah: amin, lalu aku berkata: amin. Dan barang siapa yang masih menjumpai kedua orang tuanya atau salah satu diantaranya dan tidak berbakti kepada keduanya maka ia akan masuk neraka dan semakin menjauhkan (dirinya) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, katakanlah: amin, lalu aku berkata: amin. Dan barang siapa yang disebut namamu (Rasulullah) disisinya dan ia tidak bershalawat atasmu dan meninggal maka ia akan masuk neraka dan semakin menjauhkan (dirinya) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, katakanlah: amin, lalu aku berkata: amin”. [HR. Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban, Targhib watTarhib 1679]
Marhaban yaa ramadhan
Marhaban Ya ramadlan, Ramadlan menjelang, selamat datang bulan suci Ramadlan. Ramadlan seakar dengan kata ramdlaa’ yaitu syiddatul har atau sangat panas. Maka tidak salah bahwa ramadlan merupakan bulan pembakaran, yaitu pembakaran terhadap segala sifat diri kita yang tercela, dan selalu tidak mentaati Allah dan rasul-Nya.
Alhamdulillah, saat ini kita telah memasuki bulan ramadhan tahun 1444 Hijriyah ini. Harapan itu telah dikabulkan Allah, mengingat bulan suci ini mengandung begitu luar biasanya peluang dan kesempatan. Tiada lain sebagai manusia dan hamba Allah, kita rindu dengan suasana yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan ruhani kita. Sekalipun tentunya di bulan yang lainpun pemenuhan kebutuhan tersebut harus terus dilakukan.
Bersyukur jika kita dapat bertemu kembali dengan bulan suci ramadlan ini. Karena berarti Allah masih begitu menyayangi diri kita. Bersyukur berarti kita siap berpanas-panasan dalam mengarunginya. Sebagaimana makna dari kata ramadlan tersebut, yaitu dengan selalu mengekang hawa nafsu kita se-kencang-kencangnya. Karena hawa nafsu tanpa kendali iman pasti menuju ke arah yang negatif.
۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. [Yusuf:53]
Peluang Ramadhan
Ramadlan merupakan kesempatan bagi kita, kesempatan untuk selalu introspeksi diri terhadap perjalanan kehidupan yang telah lalu. Untuk kemudian kita banyak beristighfar atau mohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Banyak prilaku kita yang sering mengabaikan perintah dan larangan-Nya. Banyak waktu yang kita sia-siakan berlalu begitu saja tanpa membuahkan prestasi demi kebaikan dan kemaslahatan umat. Termasuk ibadah-ibadah kita yang sering asal-asalan tanpa dapat mengambil hikmah di dalamnya.
Ramadlan mengajak kita untuk selalu bertaubat. Dengan pengertian untuk mengubah diri yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Menyadarkan akan posisi kita yang sebenarnya di sisi-Nya, senyampang kesempatan dan peluang itu masih ada pada diri kita, maka menyia-nyiakannya merupakan bentuk kesombongan dan ketakabburan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Betapa meruginya orang yang tidak memanfaatkan peluang itu. Karena akan mendapat kerugian di dunia sampai di akhirat nantinya. Sebagaimana yang tersirat dalam uraian hadits di atas. Juga karena belum tentu kita akan dapat bertemu lagi dengan bulan Ramadlan tahun depan.
Persiapan lahir dan batin
Persiapan fisik dan psikis untuk menyambut kehadirannya sangat dibutuhkan. Minimal kita merasakan kebahagiaan atas bertemunya kembali karena telah setahun berlalu. Dengan kita siap berjibaku untuk hanya memilih yang baik dan bermanfaat saja serta meninggalkan yang buruk dan malah merugikan. Memilih yang sesuai dengan perintahnya dan meninggalkan yang tidak ada perintah atau tuntunanNya.
Ramadlan mengajak kita untuk kembali mereposisi diri menemukan kebahagiaan yang hakiki, sebagaimana yang Allah kehendaki. Kebahagiaan di dunia sampai di akhirat, juga sebagaimana doa kita yang selalu kita panjatkan. Fiddunya hasanah fil akhirati hasanah ai hasanah fiddarain yakni bahagia dunia akhirat.
فَأَلۡهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقۡوَىٰهَا قَدۡ أَفۡلَحَ مَن زَكَّىٰهَا وَقَدۡ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا
Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. [asy Syams; 8-10].
Niat sejak awal
Marhaban Yaa Ramadlan. Kita siapkan niat sejak awal untuk kita mengarunginya dalam rangka berbakti kepadaNya. Kita lakukan puasa pikiran kita, puasa lidah kita, puasa hati kita dari hal-hal yang menjauhkan diri kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Berusaha dengan maksimal untuk berbernah diri senyampang usia masih dikandung badan. Selalu berusaha bertaubat kepada Allah dari salah dan dosa, selalu memperbaiki sikap dengan kepada kedua orang tua kita jika masih di antara kita serta mendoakan jika telah tiada, dan selalu mencintai Rasulullah dengan mentaati apa yang telah diajarkan kepada diri kita, memperbanyak membaca shalawat atas beliau dan selalu menyebutnya ketika mendengar nama rasulullah disebut dengan penuh kecintaan. Mengingat kasih sayang beliau kepada umatnya yang begitu besar, yang selalu menginginkan keselamatan atas umatnya. Allahumma shalli wasallim wa barik ‘ala Muhammad wa’ala aliih.
Semoga Ramadhan kali ini begitu bermakna dalam kehidupan kita. aamiin [*]
Admin: Sudono Syueb