Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah, Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Ramadhan akan memotret dua sosok manusia, yang sibuk dalam ketaatan, dan yang lalai dengan membiarkan waktu berlalu begitu saja. Orang pertama mengisinya dengan hal-hal yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Orang ini akan mendapat ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sementara orang kedua hidupnya menjauhkan dirinya dari ketaatan dan terbebani dengan ketaatan itu. Mereka ini bukan mendapatkan ketenangan tetapi justru panen kesengsaraan hidup.
Kemuliaan Bulan Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan panen kebaikan dan sebagai tangga bagi orang beriman untuk menambah kemuliaan. Mereka memanfaatkan bulan Ramadhan dengan amalan-amalan yang dilipatgandakan pahalanya. Sehingga orang yang bisa memanfaatkan bulan Ramadhan dengan maksimal, mereka akan dinaikkan derajatnya melebihi orang-orang yang telah meninggal sebelum dirinya. Thalhah bin Ubaidillah meriwayatkan sebuah kisah yang agung sebagai berikut :
Ada dua orang laki-laki dari Suku Baliy datang menemui Rasulullah dan secara bersamaan menyatakan masuk Islam di hadapan Nabi. Setelah keislamannya, dikatakan bahwa salah seorang dari keduanya lebih bersungguh-sungguh dalam beribadah dan berbuat kebaikan daripada yang satunya. Kemudian orang yang lebih giat beribadah tadi ikut berangkat berjihad dan akhirnya gugur sebagai syahid.
Adapun yang satunya lagi masih diberi umur hingga satu tahun setelah kesyahidan saudaranya. Setelah satu tahun kemudian dia pun meninggal. Thalhah berkata, “Kemudian aku bermimpi seakan-akan aku berada di pintu surga. Tiba-tiba aku berada di sisi kedua laki-laki tersebut. Setelah itu Malaikat keluar dari surga. Malaikat itu kemudian mengizinkan laki-laki yang meninggal dunia belakangan untuk memasuki surga. Kemudian ia keluar lagi dan mempersilahkan kepada laki-laki yang mati syahid. Lalu malaikat itu kembali kepadaku dan berkata, ‘Kembalilah kamu, sebab belum saatnya kamu memperoleh hal ini.”
Keesokan harinya Thalhah menceritakan mimpinya tersebut kepada orang-orang, mereka pun merasa heran. Mereka lalu memberitahukannya kepada Rasulullah dan menceritakan mimpi tersebut. Maka beliau bersabda: “Perkara yang mana yang membuat kalian heran?” Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, laki-laki (yang pertama meninggal) adalah orang yang paling bersemangat dalam berjihad dari yang satunya, lalu dia mati syahid. Tapi mengapa orang yang satunya (laki-laki yang meninggal belakangan) justru masuk surga terlebih dahulu darinya?”
Rasulullah menjawab: “Bukankah orang ini hidup setahun setelahnya?” mereka menjawab, “Ya.” Beliau bersabda: “Bukankah ia mendapatkan bulan Ramadan dan berpuasa? Ia juga telah mengerjakan shalat ini dan itu dengan beberapa sujud dalam setahun?” mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah kembali bersabda: “Sungguh, sangat jauh perbedaan antara keduanya (dalam kebajikan) bagaikan antara langit dan bumi.” (HR. Ibnu Majah)
Hadits di atas menunjukkan kemuliaan Ramadhan. Orang yang beribadah dan memaksimalkan ketaatan pada saat Ramadhan, maka dia akan memperoleh ketenangan dan kebahagiaan hidup yang hakiki. Allah menjanjikan bahwa siapapun yang mendekatkan diri kepada-Nya secara maksimal, maka akan mendapatkan keuntungan besar. Allah pun menegaskan bahwa orang kafir tidak akan mendapatkan ketenangan. Ketenangan itu hanya diberikan orang beriman saja. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya:
هُوَ الَّذِيْۤ اَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْمُؤْمِنِيْنَ لِيَزْدَا دُوْۤا اِيْمَا نًا مَّعَ اِيْمَا نِهِمْ ۗ وَلِلّٰهِ جُنُوْدُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana,” (QS. Al-Fath : 4)
Ibadah dan Beban Hidup
Bulan Ramadhan direspon oleh manusia secara berbeda, dimana tidak memaksimalkan ibadahnya. Alih-alih memaksimalkan ibadahnya, mereka merasa terbebani sebagaimana yang dialami orang-orang kafir. Hal ini merujuk pada Firman yang termaktub dalam Al-Qur’an berikut :
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِ سْلَا مِ ۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَ نَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
“Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al-An’am : 125)
Mereka yang tidak mampu memanfaatkan Ramadhan dengan baik, maka orang-orang ini sulit untuk melakukan aalan ketaatan. Sehingga menjauhkan dirinya dari Allah. Bahkan mereka lalai hatinya dari dalam meningkatkan beribadah. Kelalaian inilah yang membuat dirinya condong untuk melakukan menyimpang. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
وَا صْبِرْ نَـفْسَكَ مَعَ الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ رَبَّهُمْ بِا لْغَدٰوةِ وَا لْعَشِيِّ يُرِيْدُوْنَ وَجْهَهٗ وَلَا تَعْدُ عَيْنٰكَ عَنْهُمْ ۚ تُرِيْدُ زِيْنَةَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۚ وَ لَا تُطِعْ مَنْ اَغْفَلْنَا قَلْبَهٗ عَنْ ذِكْرِنَا وَا تَّبَعَ هَوٰٮهُ وَكَا نَ اَمْرُهٗ فُرُطًا
“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia; dan janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti keinginannya dan keadaannya sudah melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28)
Keberkahan akan diperoleh bagi mereka yang memanfaatkan Ramadhan dengan berbagai amalan yang mendekatkan pada Allah. Allah pun melipatgandakan balasan amal, sehingga meninggikan derajatnya dan memuliakan kedudukannya di sisi-Nya.
Surabaya, 23 Maret 2023
Admin: Sudono Syueb