Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da’wah Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Keadilan akan terwujud ketika masyarakat memiliki dua modal utama, yakni ajaran tauhid yang tertanam kuat dan kekuatan fisik yang tersuntik oleh nilai tauhid. Islam yang benar bersumber dari tauhid itulah yang menggerakkan para sahabat untuk menegakkan keadilan di muka bumi ini. Artinya, hanya pribadi yang memiliki keberanian yang tersuntik nilai-nilai tauhidlah yang bisa mewujudkan keadilan. Sebaliknya pribadi yang memiliki kekuatan fisik saja, tanpa terbentuk nilai-nilai tauhid akan melahirkan manusia angkuh. Keangkuhan itulah awal kehancuran suatu peradaban karena ketiadaan nilai tauhid dalam jiwanya.
Tauhid Sumber Peradaban Agung
Tegaknya tauhid membutuhkan dua komponen. Pertama, Al-Qur’an sebagai kitab suci yang memuat ajaran agama yang lurus. Agama yang lurus menyuntikkan nilai-nilai tauhid dan itu sebagai modal awal tegaknya keadilan. Kedua, kekuatan fisik yang tersuntik oleh nilai-nilai tauhid. Dua kekuatan itulah yang menggetarkan bangsa-bangsa besar pada saat itu, yakni Persia dan Romawi. Kedua imperium itu runtuh dan dikuasai generasi sahabat. Kunci kemenangan itu karena generasi mulia ini mengagungkan Allah saja, tanpa mengagungkan yang lain.
Para rasul diutus tidak lain hanya untuk mengingatkan manusia agar mengakui Allah satu-satunya yang patut dan layak diagungkan. Para rasul datang kepada kaumnya hanya membacakan ayat-ayat-Nya guna mensucikan hati-hati manusia untuk mengagungkan Allah. Dengan cara ini pertolongan Allah datang, dan hal itu dinarasikan Allah sebagaimana firman-Nya :
هُوَ الَّذِيْۤ اَرْسَلَ رَسُوْلَهٗ بِا لْهُدٰى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهٗ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهٖ ۗ وَكَفٰى بِا للّٰهِ شَهِيْدًا
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (QS. Al-Fath : 28)
Semua kemenangan yang pernah diraih pasukan Islam, berkat pertolongan Allah semata. Perang Badar dengan jumlah 313 pasukan dan persenjataan terbatas, bisa menumbangkan pasukan Quraisy yang berjumlah 1000 plus persenjataan yang jauh lebih lengkap. Kemenangan itu semata-mata karena pertolongan Allah. Para sahabat mentauhidkan dan memasrahkan hasilnya kepada-Nya.
Hal ini berbeda saat perang Hunain, dimana jumlah kaum muslimin sangat besar. Dengan jumlah yang besar, mereka yakin akan menang, dan tak akan kalah. Pada saat itu banyak pasukan yang baru masuk Islam sehingga tauhid mereka masih lemah. Pada awalnya, pasukan kaum muslimin hampir kalah dan sempat kocar-kacir. Allah pun memberi pertolongan setelah nabi mengarahkan pasukan agar menyandarkan kemenangan pada Allah. Allah pun pada akhirnya memenangkan mereka.
Demikian pula kemenangan yang diraih umat Islam pada era khulafaurrasyidin, semuanya dimenangkan Allah karena mereka menyandarkan diri pada-Nya. Jumlah mereka sedikit namun bisa mengalahkan pasukan musuh yang jumlahnya berlipat-lipat. Dalam perang Qadisiyah yang dipimpin Sa’ad bin Abi Waqqash pasukan kaum muslimin yang berjumlah 36.000 bisa menaklukkan pasukan Persia yang berjumlah 120.000. Demikian saat perang Mu’tah yang dipimpin Khalid bin Walid, kaum muslimin yang berjumlah 3.000 bisa mengecilkan nyali pasukan Romawi yang berjumlah 200.000.
Dengan demikian, kemenangan dan kekalahan bukan karena kekuatan manusia atau kecerdikannya dalam mengatur strategi perang, tetapi karena Allah semata. Ketika mengagungkan dan menyandarkan pada Allah, maka kemenangan di depan mata. Sebaliknya, ketika menyandarkan pada kekuatan diri sendiri, dan meremehkan musuhnya, maka Allah akan menolong dan memenangkan musuhnya.
Utusan Alah dan Cahaya Kebenaran
Para utusan Allah merupakan simbol kemenangan, karena kedatangannya untuk mengajarkan kemenangan hakiki. Kemenangan hakiki ditandai dengan tegaknya keadilan. Allah juga menunjukkan bahwa keadilan akan semakin tegak dengan kekuatan persenjataan. Allah memberi simbol besi sebagai kekuatan pendobrak yang menghantam ketidakadilan. Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :
لَـقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِا لْبَيِّنٰتِ وَاَ نْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَا لْمِيْزَا نَ لِيَقُوْمَ النَّا سُ بِا لْقِسْطِ ۚ وَاَ نْزَلْنَا الْحَـدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَا فِعُ لِلنَّا سِ وَلِيَـعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَ رُسُلَهٗ بِا لْغَيْبِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ
“Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka Kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat, Maha Perkasa.” (QS. Al-Hadid : 25)
Allah menunjukkan bahwa dahsyatnya iman hamba-hamba-Nya yang tersuntik oleh nilai-nilai tauhid merupakan kekuatan besar untuk menegakkan keadilan. Kekuatan senjata yang canggih ketika dipergunakan untuk menyerang kedzaliman dan kecongkakan suatu bangsa, maka akan tercipta keadilan. Persenjataan Rusia yang sangat canggih dipertontonkan kepada dunia. Hal itu bukan hanya menggetarkan negara-negara Barat dan sekutunya, tetapi mengkhawatirkan sebagian besar pemimpin dunia.
Apabila kekuatan dahsyat sebagaimana yang dimiliki Rusia, tersuntikkan oleh nilai-nilai tauhid, maka akan tegak keadilan di seluruh dunia. Betapa tidak, negara yang semena-mena dan berlaku dzalim, akan diciutkan nyalinya oleh Allah ketika berhadapan dengan persenjataan yang canggih. Tegaknya keadilan hanya akan terwujud ketika manusia diajarkan dengan tauhid yang benar dan memiliki persenjataan yang canggih, sehingga akan menggilas berbagai tindak kejahatan dan kemaksiatan di muka bumi ini.
Surabaya, 7 Maret 2023