Jangan Pernah Menghakimi

Oleh: Zainal Arifin Emka

Pengurus Dewan Dakwah Bidang Kominfo, Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Topik aksi Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia (DDII) Kabupaten Lumajang masih menjadi bahan perbincangan. Ketika Ustadz Anwar Djailani dan Ustadz Sudono Syueb bertemu Ustadz Suharyo, Ketua DDII Lumajang, mereka pun terlibat jagongan hangat.


“Salah satu bagian penting dari aksi pegiat da’wah DDII Lumajang dalam merengkuh para siswa SMP adalah menentukan materi yang tepat. Bagaimana materi itu dipilih?” tanya Sudono, di teras masjid An Nur, usai shalat Jumat.


“Tentu saja mesti dipilih dengan cermat. Ini mengingat audiens-nya anak-anak yang baru beranjak remaja,” jawab Suharyo.


Ustadz Anwar kemudian membaca materinya dari hape. Di antaranya tentang pentingnya agama dalam kehidupan; masalah yang mengancam masa depan; karakter yang harus dibangun; cara membangun kecerdasan; menjadi pribadi hebat; menuju sukses masa depan; dan tugas anak di rumah, sekolah, di masyarakat.


“Bagaimana itu dipilih?!” kata Anwar.


“Materinya anak muda banget,” sela Sudono.


“Materi itu dipilih sebagai jawaban atas kegalauan masyarakat khususnya orangtua terhadap perilaku pelajar yang suka,” kata Suharyo.


“Jelasnya bagaimana?”


“Misalnya, ada remaja yang biasa mabuk dengan meracik sendiri miras oplosan, mengkonsumsi narkoba, sampai pergaulan bebas. Kondisi yang dialami siswa ini di antaranya sebagai akibat dari broken home. Di Lumajang sampai ada zona merah untuk narkoba,” kata Suharyo.


Ketua Majelis Ulama Indonesia Lumajang serta Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama ini kemudian merinci, materi dakwah dicari yang bisa menumbuhkan kesadaran spiritual, syukur menjadi solusi supaya move on dari kondisi buruknya.
“Intinya mengantar anak menuju sukses masa depan,” tambahnya.


“Bagaimana materi itu akhirnya dtentukan?”


“Ada proses. Awalnya disusun bersama beberapa orang, lantas kami share di grup pengurus untuk mendapat masukan. Jadi materi itu hasil rumusan bersama semua pengurus Dewan Da’wah.”


“Apakah sebelum terjun ada pembekalan untuk da’i?”


“Pembekalan dua kali. Untuk menyamakan persepsi, sekaligus merancang metode yang akan dipergunakan. Ada yang masih minta waktu karena merasa belum siap, lainnya langsung menyatakan siap. Masalanya yang membuat jadwal Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.”


Suharyo lalu menceritakan latar belakang para da’I yang beragam. Ada yang pensiunan guru, pengawas, kepala sekolah, dosen, ada juga yang memang aktivis dakwah. Semua materi disampaikan dalam dua kali pertemuan. Setiap pertemuan 4 item materi. Mereka diizinkan memberikan materi tambahan sebagai pengayaan.


“Bagaimana dengan penampilan?!” desak Ustadz Anwar.


“Itu juga bagian yang menaik. Mereka dipesan agar penampilan disesuaikan dengan audiens yang anak-anak SMP. Cara menyampaikan pun tidak kaku, bersifat menggembirakan sekaligus perenungan,” katanya.


“Bagus kalau da’i juga membuka ruang dialog, ya,” kata Sudono.


“Persis! Ternyata banyak pertanyaan yang diajukan siswa. Di SMP Negeri 1 Lumajang misalnya, tercatat sekitar 25 siswa menyampaikan pertanyaan. Secara tertulis dan lisan.”


Hal yang sama terjadi di semua SMP. Pertanyaan macam-macam. Tentang hubungan anak dengan orangtua, pertemanan, soal pergaulan, dan jalan menjadi pribadi sukses. Para guru menilai suasana dialog sangat baik dan menyarankan durasinya ditambah agar lebih hidup dan problema anak terjawab.


“Setelah program selesai, adakah evaluasi?”


“Ya. Dari sekolah anak-anak diminta membuat kesimpulan penyampaian materi. Sedang evaluasi internal Dewan Dakwah untuk mengetahui daya serap dan menyusun kembali rencana ke depan,” katanya.


Masih tersisa 50 persen SMP yang belum dikunjungi Pengurus akan membahasnya untuk mengatur dan memperbaiki strategi dakwahnya.
“Pesannya, jangan pernah merendahkan, bahkan buruknya. Mereka juga anak-anak kita,” tutur Ustadz Suharyo. (Zainal Arifin Emka)

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *