Cerita Dai Dewan Dakwah, Pertama Kali Datang di Dusun Ranupane (Bagian 2)

Laporan: Ustadz Suwarji

Dewandakwahjatim.com, Magetan – Sekira jam 13.00 WIB aku (ust. Suwarji, pen) dan Mas Bakir datang di rumah Bapak Kasimin.
Saat itu Pak Tris dan para santri sedang mempersiapkan pengeras suara untuk kegiatan takbiran malam hari raya idul fitri, yang merupakan kegiatan idul fitri pertama kali di Ranupane.
Esok paginya dilaksanakan sholat id di jalan depan rumah Bapak Kasimin. Ini merupakan sholat id yang pertama kali di Ranupane.
Bertindak sebagai Imam dan Khotibnya adalah Bpk Sutrisno. Diikuti sekitar 15 orang anak binaan yang dibimbing Bapak Sutrisno sejak awal Romadlon.


Ada pemandangan yang sangat mengesankan bagi saya. Ada beberapa anak yang kemarin sore menonton para santri mengadakan persiapan takbiran, paginya datang lagi sebagai penonton dalam keadaan seperti kemarin, pakaian lusuh, kotor, terkesan tidak pernah mandi atau sekedar cuci kaki.


Hal itu membuat hati saya berazam untuk siap berdakwah di Ranupane. Aku yakin hidupku bisa bermanfaat bila bisa merubah keadaan seperti itu.
Usai sholat id, kami berdua ikut jeep yang membawa sayuran ke pasar Tumpang Malang. Selanjutnya kami pulang kampung lewat Malang- Surabaya.


Setiba di Surabaya, kami berpisah dengan Mas Bakir. Aku ke Magetan, Mas Baiir ke Lamongan.
Awal bulan Mei 1990 kami hadiri pertemuan dai di Masjid Al Falah Surabaya sekalian ambil mukafaah. Selanjutnya kami menuju medan tugas di Lumajang.


Pertengahan Mei saya berangkat ke Ranupane setelah sekitar dua pekan kami tinggal dirumah Ketua PCM Senduro, Bapak Agus Salim.
Di Ranupane, yang penduduknya mayoritas ber KTP Hindu, ada juga yang Kristen dan beberapa yang Islam, aku mengaku sebagai karyawan PT Marga Tawakkal Utama bersama Bapak Sutrisno agar tidak dicurigai sebagai da’i yang mensyiarkan agama Islam.


Sekitar tiga bulan aku mengamati kondisi masyarakat sambil mempelajari bahasa untuk komunikasi dengan warga, karena bahasa mereka tidak sama dengan bahasa Jawa pada umumnya. Mereka masih menggunakan bahasa Jawa kuno atau mungkin bahasa sanksekerta. Sementara mereka sulit diajak bicara dengan bahasa Indonesia.


Mengawali kegiatan dengan nimbrung Pak Tris, ikut mengajar ngaji terutama hafalan surat-surat pendek sebagai bekal bacaan dalam sholat.
Setelah berjalan beberapa bulan, aku ditugasi untuk membimbing anak-anak yang di Ranupane bawah (Kampung Besaran) sedang yang kampung atas (Gedok Asu) dibimbing Bpk Sutrisno.


Menempati satu kamar 4×4 meter milik Pak Mul Satrum aku membimbing anak-anak belajar mengaji dan sebagai tempat sholat jamaah. Beberapa anak yang laki-laki sering menemani aku tidur ditempat tersebut. (za/bersambung).

Keterangan foto. Kanan: Ustadz Suwarji ketika menerima mukena dari Dewan Dakwah Jatim yang menyerahkan ustadz. Juwari Saifuddin.

Penulis: Ustadz Zainuddin Qadir

Sekretaris idang Humas DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *