In Memoriam: Pak Hanafi yang Saya Kenal

Oleh: Prof. Joni Hermana
Mantan Rektor ITS, Surabaya

Dewandajwahjatim.com, Surabaya – lnnalillahi wainna ilaihi roji’uun

Ketika melepas allahyarham Bapak Hanafi Pratomo tadi malam di halaman Mesjid Manarul Ilmi ITS, Pak Iwan Syarif putra beliau yang memberi sambutan mewakili keluarga menyampaikan bahwa beliau ikhlas atas kepulangan Pak Hanafi, antara sedih dan bahagia. Sebuah ungkapan yang saya juga rasakan sesungguhnya.

Saat saya masuk sebagai dosen muda di ITS di awal tahun 1987 lampau, nama beliau sudah pada “level” lain. Bukan semata beliau ikut menjadi bagian dari pendiri Mesjid Manarul Ilmi – yang seingat saya beliau menjadi bendaharanya – dan juga Jurusan Teknik Kimia bersama para pendahulunya, tetapi juga ada hal yang membuat “status” beliau berbeda dari rata-rata dosen ITS saat itu.

Hal ini karena beliau – kalau boleh saya istilahkan- ikut merintis membesarkan Tjiwi Kimia yang saat itu didirikan oleh Taipan Eka Tjipta Widjaja di sekitarv tahun 1970an. Berawal dari industri bahan kimia yang kemudian berkembangc menjadi industri kertas raksasa dan merambah ke berbagai bidang usaha di Indonesia bahkan dunia. Wajar kalau beliau termasuk golongan dosen yang makmur saat itu. Walaupun begitu, beliau tetap konsisten mempertahankan idealismenya dalam posisinya tersebut. Teguh mempertahankan prinsip yang dipegangnya seperti saat beliau masih menjadi aktivis mahasiswa maupun sebagai seorang muslim.

Saya sendiri baru mengenal beliau saat sy diminta Dirut Tjiwi Kimia sekitar tahun 1998 (yang kemudian sy tahu beliau adalah seorang keturunan yang juga mualaf. Boleh jadi beliau menjadi muslim salah satunya krn diskusi dgn Pak Hanafi, mengingat kebersamaan mereka yang cukup lama) utk membantu mengurusi Amdal mereka yang entah kenapa masih belum mendapat persetujuan pemerintah provinsi walaupun sudah cukup lama diurus. Singkat cerita, akhirnya persetujuan diperoleh, dan sejak itulah saya dekat dengan Pak Hanafi. Sepertinya sudah rutin beliau selalu mengirim saya kalender dan buku agenda TW kepada saya. Sampai kemudian berhenti ketika beliau memutuskan untuk kembali ke kampus dan mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajar dan beribadah, termasuk mengembangkan MMI yang dicintainya.

Dalam setiap waktu shalat wajib, saya selalu menemukan beliau diposisi yang sama di pojok kanan MMI, duduk sambil membaca Al Quran digitalnya. Bahkan saat bulan Ramadhan, beliau akan melakukan aktivitas ibadahnya lebih ketat lagi dengan hadir lebih awal, bahkan rutin menjalankan tahajjud di Mesjid, pulang untuk sahur dan kembali untuk shalat subuh berjamaah. Begitu seterusnya. Dan itu secara konsisten dijalaninya bertahun-tahun sampai beliau harus kembali dipanggil pulang olehNYA. Sepertinya beliau absen hanya jika beliau sakit berat saja. Semangat beliau tidak pernah padam, apalagi kalau berkaitan mesjid dan umat. Selalu ada ekstra energi yang terpancar dari dirinya.

Kemarin beliau pulang dipanggil untuk berkumpul kembali bersama istri beliau yang telah mendahuluinya beberapa tahun yang lalu. Mudah2an beliau dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintainya dan juga dicintai Allah SWT.

Selamat jalan Pak Hanafi, alhamdulillah keinginan Bapak untuk dilepas Mesjid Manarul Ilmi yang dicintai, dikabulkan Allah SWT dengan kemudahan ditengah issue Covid yang menyelimuti. Insyaallah kami semua bangga Bapak kembali kehadapanNYA dengan husnul khotimah sebagai seorang muslim yang sejati. Doa kami semua….

Surabaya, 2 Maret 2022
JH

Editir: Sudono Syueb/Humas DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *