Ustadz Syuhada Bahri (1954-2022); Uama Teduh tapi Kukuh di Jalan Dakwah

Oleh M. Anwar Djaelani, Ketua Bidang Pemikiran Islam DDII Jawa Timur

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – lnaa lillaahi wa Innaa ilaihi raaji’uun. Kalimat istirja’ ini beredar cepat di berbagai grup WhatsApp (WA) sekitar pukul 05.00 Jum’at 18 Februari 2022. Bahwa, telah berpulang ke Rahmatullah Ustadz Syuhada Bahri – Ketua Umum Dewan Da’wah Islaimiyah Indonesia (DDII) 2007-2015. Atas berita itu, banyak yang berduka dan mendoakan Almarhum.

Di Jum’at Mulia

Pada Kamis 17 Februari 2022, meski terbatas di sebuah grup WA, ada kabar bahwa di hari itu Ustadz Syuhada Bahri akan menjalani operasi paru-paru. Si pembawa berita memohon agar kita mendoakan beliau agar proses itu dimudahkan Allah.

Esoknya, beredarlah kabar duka seperti yang disebut di paragraf pembuka tulisan ini. Kita berdoa semoga Allah menyambut Almarhum dengan sepenuh cinta seperti yang tergambar pada QS Al-Fajr [89]: 27-30 ini: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”

Syuhada Bahri wafat di hari Jum’at, hari mulia. Banyak yang merasa kehilangan dengan wafatnya tokoh umat ini. Tentu saja duka mendalam terutama ada di Keluarga Besar Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia.

Tipe Aktivis

Syuhada Bahri patut menjadi teladan. Lelaki berperangai lembut ini lahir di Banten pada 15 Juni 1954. Dia alumnus Institut Islam Siliwangi Bandung. Juga, alumnus King Saud University di Riyadh bidang kajian Ilmu Dakwah dan Bahasa Arab. 

Sejak muda, Syuhada Bahri aktif mengikuti pelatihan-pelatihan kepemimpinan di Pelajar Islam Indonesia (PII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Gerakan Pemuda Islam (GPI). Adapun pengalaman berorganisasinya yang cukup lama, dijalaninya di Pemuda Muhammadiyah Bandung.

Secara historis, banyak kader dari organisasi-organisasi yang pernah diikuti Syuhada Bahri itu di kemudian hari aktif di DDII. Termasuk, Syuhada Bahri.

Tampaknya, sejak awal Syuhada Bahri memang punya tekad kuat untuk akrif di dunia dakwah. Sejak masih bersekolah di tingkat menengah yaitu di Pendidikan Guru Agama (PGA) Pandeglang – Banten, dia sudah aktif di kegiatan terkait dakwah.

“Saya selalu minta tampil untuk pidato,” kata Syuhada Bahri. Atas hal ini, dia sendiri tak tahu motivasinya apa. Selanjutnya, dia sering diminta mengisi pengajian di kampung-kampung sekitar. Sewaktu berada di Bandung, dia mulai aktif di organisasi dakwah Korps Muballigh Muda Muhammadiyah (www.voa-islam.com 29/11/2009).

Bukan tak mungkin, dari pengalaman panjang berbicara di berbagai mimbar ini kemudian Syuhada Bahri dikenal sebagai pendakwah. Bahkan, dikenal pula sebagai orator ulung.

Bersama DDII

Di situs yang telah disebut di atas, disebutkan bahwa setelah berkegiatan di Bandung, Syuhada Bahri pindah ke Jakarta. Setahun pertama dia menjadi guru.

Belakangan, pada tahun 1976, dia bergabung dengan DDII. Tugas pertamanya, menempelkan foto-foto kegiatan dakwah di daerah. Meski tugas ini sederhana, tapi dia mendapatkan sesuatu yang istimewa. Hal ini karena tugas itu dilakukannya di ruang Buya M. Natsir, selama lima tahun. Tentu saja, banyak pelajaran berharga yang dia dapatkan dari Sang Pendiri DDII itu.

Setelah itu, oleh DDII Syuhada Bahri ditugaskan menangani urusan dakwah di wilayah Indonesia bagian tengah yang meliputi Jawa dan Bali. Berikutnya, dia ditugaskan ke daerah-daerah menangani seluruh di Indonesia.

Prinsip Kuat

Syuhada Bahri pendakwah yang ulet. Rupanya, performanya yang seperti ini karena dia punya semacam landasan yang kukuh. Seperti yang dikutip Teten Romly Qomaruddien, Syuhada Bahri pernah menuturkan bahwa: “Iman kepada Allah fondasi kehidupan, sedangkan iman pada Hari Akhir kendali kehidupan.”

Tampak, dua rukun iman yang disebut di atas sangat mempengaruhi kinerja dakwah Syuhada Bahri. Bahwa, kurang-lebih, di saat kita berdakwah harus karena iman kepada Allah dan untuk bekal di Hari Akhir.

Berpengalanan di Pelosok

Saat Syuhada Bahri dipilih menjadi Ketua Umum DDII, tentu hal itu didasarkan kepada alasan yang kuat. Hal yang mudah dilihat, dia pendakwah yang punya pengalaman luas di lapangan. Dia adalah da’i yang lama berkecimpung di dunia dakwah di berbagai pedalaman, di pelosok-pelosok negeri.

Ada catatan, bahwa jejak dakwah Syuhada Bahri ada di  Mentawai, Nias, Maumere, Labuan Bajo, Sorong, Fakfak, Timika, Merauke, Badui, Tobelo, dan Tanjung Soke. Juga, di pelosok Kalimantan. Pun, di Timor Timur dan lain-lain.

 Khusus di Timor Timur, konon, sampai gang-gang Syuhada Bahri hafal. Maka, dia merasa sangat terpukul ketika Timor Timur lepas dari Indonesia. Hal ini, karena dia telah merasa menyatu dengan umat Islam di sana.

Sebagai da’i DDII, Syuhada Bahri telah menjelajahi hampir semua pelosok Indonesia. Aktivitas dakwah di wilayah-wilayah terpencil itu ditekuninya bertahun-tahun. Dalam sekali kunjungan bisa berhari-hari.

Gigih di Mana Saja

Syuhada Bahri cekatan, tak mengenal lelah. Ada yang mengenang, bahwa dia biasa berkeliling dakwah dengan naik kapal berjam-jam, membonceng ojek, atau jalan kaki berkilo-kilo meter.

Apa saja yang dikerjakannya? Hal yang standar, antara lain: Memotivasi para da’i, memberikan pelatihan kepada para calon da’i yang selama ini dibina, dan bersilaturahim dengan masyarakat setempat.

Adapun di antara yang berkesan, ketika mengadakan pelatihan di Sungai Lilin – Musi Banyuasin. Saat itu masa Orde Baru, kala penguasa repesif.

Acara sempat akan dibubarkan. Meskipun diancam, Syuhada Bahri tetap melaksanakan pelatihan itu. Dia minta aparat keamanan untuk mengikuti secara langsung acara pelatihan tersebut.
 
Tak hanya di dalam negeri aktivitas dakwah Syuhada Bahri. Dia, yang sebagian mengenalinya pandai berkelakar, juga aktif di dunia Islam. Dia telah berkeliling ke berbagai negara. Misal, dia pernah diundang ke Bosnia. Dia juga pernah berdakwah ke berbagai kota di Inggris atas undangan Keluarga Islam Britania Raya (Kibar).

Mengubah Pola

Saat memimpin DDII, Syuhada Bahri membuat perubahan yang berarti. Dia mengalihkan kekuatan figur kepada sistim. Dia sadar, usaha ini tak mudah karena akan mengubah sesuatu yang sudah tertanam puluhan tahun.

Syuhada Bahri terus melangkah. Dia ingin menggerakkan orang-orang yang terlibat di DDII dalam sebuah sistim dan bukan karena figur lagi. Lewat sistim, setiap orang dipaksa untuk berkreasi dan tidak lagi menunggu komando.

Atas langkahnya itu, Syuhada Bahri cukup punya alasan. Bahwa, DDII di masa kepemimpinannya adalah semacam peralihan, dari generasi binaan langsung Buya Natsir ke generasi yang tidak bersentuhan langsung dengan Sang Pendiri DDII itu.

Terus Lanjutkan!

Syuhada Bahri yang menikah pada tahun 1985 dan dikaruniai 12 anak ini, salah satu kader terbaik dari Buya Natsir. Terbaik, terutama dalam hal penguasaan lapangan dakwah di Indonesia.

Terakhir, seperti Ustadz Syuhada Bahri, mari jangan pernah lelah berdakwah. Seperti almarhum yang pernah menjadi Koordinator Da’i Nusantara ini, ajak umat untuk selalu belajar. Terus rapatkan barisan. Jangan lalai dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan, fisik maupun mental. []

Editor: Sudono Syueb/Humad DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *