PENTINGNYA KITA SELALU BERDOA
AGAR TETAP DALAM SHIRATHAL MUSTAQIM

Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)

Di era kebebasan informasi saat ini, doa tentang keselamatan agama, atau keselamatan iman, perlu terus dipanjatkan sesering mungkin. Sebab, keselamatan iman adalah hal terpenting dalam kehidupan. Dan itulah yang terus kita baca setiap hari dalam shalat: ”Ihdinash shirathal mustaqim”.

Sebagai Muslim, kita diwajibkan membaca doa dalam shalat, minimal 17 kali sehari: ”Ihdinash shirathal mustaqim” (Ya Allah, Tunjukkanlah kami jalan yang lurus). Shirathal Mustaqim adalah jalannya orang-orang yang diberi kenikmatan oleh Allah atas mereka (para nabi, para syuhada, dan shalihin), dan bukannya jalan orang-orang yang dimurkai Allah (al-maghdhub) dan bukan pula jalan orang-orang yang tersesat (al-dhalliin).
Orang-orang yang dimurkai Allah (al-maghdhub) adalah mereka yang sudah tahu kebenaran, tetapi enggan menerima kebenaran. Bahkan, mereka kemudian menyembunyikan kebenaran, atau berusaha mengaburkan kebenaran, dengan berbagai cara, sehingga yang haq dilihat sebagai bathil dan yang bathil dilihat sebagai haq. Kaum al-maghdhub ini juga bukannya tidak tahu tentang al-Quran. Bahkan, bisa jadi mereka sangat pandai berhujjah dengan al-Quran.
Khalifah Umar bin Khathab r.a. pernah menyatakan, bahwa yang paling beliau khawatirkan akan menimpa umat Islam adalah ’tergelincirnya’ orang-orang yang ’alim dan ketika orang-orang munafik sudah berhujjah dengan al-Quran. Rasulullah saw juga pernah menyampaikan, bahwa yang paling beliau khawatirkan menimpa umat Islam adalah munculnya orang-orang munafik yang pandai berhujjah (kullu munaafiqin ’alimil lisan).
Jadi, golongan al-maghdhub adalah siapa saja yang sudah mengetahui kebenaran, tetapi enggan mengikuti kebenaran dan bahkan mengubah-ubah dan menyembunyikan kebenaran. Karena itulah, kita diperintahkan untuk berdoa, agar jangan sekali-kali kita termasuk ke dalam golongan seperti ini.
Begitu juga kita berdoa semoga tidak termasuk ke dalam golongan ’al-dhalliin’, golongan yang tersesat. Mereka tersesat karena tidak tahu dan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Karena ketidaktahuan atau kebodohan inilah, golongan ini akan menyangka yang benar sebagai bathil dan yang bathil mereka sangka benar. Mereka adalah korban-korban dari tindakan golongan al-maghdhub yang telah terlebih dahulu mengubah-ubah kebenaran.
Bacalah berulang-ulang QS al-Baqarah mulai ayat 40-120. Kita akan memahami, bagaimana besarnya kemurkaan Allah SWT terhadap kaum Yahudi yang telah menolak dan mengubah-ubah kebenaran yang disampaikan kepada mereka oleh para nabi. Merekalah yang menceritakan akan datangnya Nabi terakhir, tetapi ketika Nabi terakhir itu datang, dan ternyata bukan dari golongan mereka, maka kaum Yahudi pun menjadi kaum yang pertama ingkar kepada kenabian Muhammad saw.
Karena itu, kita juga diperintahkan senantiasa berdoa, agar jangan sampai termasuk ke dalam golongan yang tersesat ini. Salah satu doa yang biasanya dibaca oleh kaum Muslimin adalah: ”Ya Allah tunjukkanlah yang benar itu benar, dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk mengikutinya. Dan tunjukkanlah yang bathil itu bathil dan berikanlah kemampuan kepada kami untuk menjauhinya.”
Suatu ketika, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Rasulullah saw menggambar sebuah garis lurus. Lalu, beliau menggambar sejumlah garis yang mengarah ke kanan dan ke kiri dari garis lurus tersebut.
Rasul saw mengatakan: ”Ini adalah garis-garis yang bermacam-macam. Pada setiap garis ini ada setan yang menyeru kepadanya.” Kemudian beliau membaca ayat al-Quran: “wa anna hadza shirathiy mustaqiiman fattabi’uuhu wa laa tattabi’u as-subula fatafarraqa bikum ‘an sabiilihi.” (Katakanlah, ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah jalan yang lurus itu, dan jangan kalian mengikuti jalan-jalan yang bermacam-macam itu, sehingga kalian akan tercarai-berai dari jalan yang lurus.”
Allah SWT dalam QS Ali Imran: 101 juga mengingatkan kita semua agar bersungguh-sungguh dalam bertaqwa kepada-Nya dan jangan sekali-kali mati kecuali dalam keadaan Islam. Karena itu, kita juga senantiasa berdoa, agar pada ujung kehidupan kita nanti, kita tetap dalam kondisi iman dan Islam, tidak syirik, tidak murtad, dan tidak kafir. Itulah yang disebut sebagai ‘husnul khatimah’, akhir kehidupan yang baik. Diantara manusia, hanya diri kita sendiri yang tahu persis isi hati kita, apakah kita masih dalam iman yang benar atau tidak.
Tetapi, tentu saja, untuk mengetahui mana yang iman dan mana yang kufur, mana yang haq dan mana yang bathil, tidak cukup dengan berdoa saja. Hal itu harus disertai dengan ilmu. Karena itu, kita diwajibkan untuk senantiasa mencari ilmu, sepanjang hidup. Dan ilmu yang terpenting adalah ilmu untuk memahami mana yang haq dan mana yang bathil. llmu untuk membedakan mana yang haq dan mana yang bathil itu sudah diturunkan oleh Allah SWT melalui Rasul-Nya.
Di zaman modern saat ini, dimana berbagai gagasan yang merusak Islam sudah begitu menyebar bagai virus ganas, umat Islam justru dihadapkan pada tantangan yang sangat berat dalam masalah keilmuan. Khususnya, ilmu untuk membedakan yang haq dan yang bathil. Sebab, pada zaman seperti ini, yang memperjuangkan kebathilan pun tidak jarang berhujjah dengan ayat-ayat al-Quran dan hadits nabi. Tetapi, cara pemahaman mereka terhadap al-Quran sudah tidak sesuai dengan yang dirumuskan oleh Rasulullah dan pewaris beliau, para ulama yang shalih.
Sebagai pelanjut perjuangan para Nabi dan para ulama, tugas kita tentu saja , hanya melakukan amar ma’ruf nahi munkar, meskipun kita sadar benar, banyak yang tidak rela jika kemunkaran dalam ilmu ini kita coba untuk diluruskan. Itu bukan urusan kita lagi. Siapa pun juga yang ikhlas dan sungguh-sungguh dalam mencari kebenaran, pasti akan ditunjukkan kebenaran itu oleh Allah SWT.
Sekali lagi, di tengah kemelut pemikiran yang tidak menentu saat ini, kita hanya berdoa kepada Allah, semoga kita tetap berada di jalan yang lurus (ash-shirat al-mustaqim). Di zaman ini, menetapi jalan lurus bukanlah hal yang mudah, karena sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah saw, di kiri kanan kita senantiasa terbentang jalan-jalan yang menyimpang yang seringkali dipoles dengan sangat indah dan menawan.
Pada tiap jalan yang menyimpang itu, kata Rasul saw, ada setan yang mengajak manusia untuk mengikuti jalannya. Jadi, pilihan bagi orang-orang yang berilmu sudah sangat jelas: ikut shirath al-mustaqim, ikut jalan oran-orang yang dimurkai Allah (al-maghdhub), ikut jalannya orang-orang yang sesat (al-dhaalliin). Sungguh telah jelas, mana yang haq dan mana yang bathil, tentu bagi yang mau memahami. (Depok, 20-12-2021)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *