Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Dewandakwah.com,Depok - Pada 28/8/2003, website haaretzdaily.com yang berpusat di Jerusalem, menulis dua berita berjudul (1) Hamas militant killed by IAF missile strike in Gaza Strip dan (2) US wants Israel to make gestures to Palestinian Authority. Dalam berita pertama disebutkan, Perdana menteri Israel Ariel Sharon menyatakan, telah memerintahkan tentara Israel (Israeli Defence Forces/IDF) untuk mengambil semua langkah yang perlu terhadap militan Palestina (to take "all necessary steps" against Palestinian militants).
Dalam berita kedua dilaporkan, Amerika Serikat (AS) menekan Israel agar membuat sikap yang positif terhadap Otoritas Palestina bersamaan dengan aksi militer yang dilakukan terhadap terorisme. Dalam pesan kepada Jerusalem (pemerintah Israel) yang berasal dari pejabat pemerintah tingkat tinggi di Washington, disebutkan, Israel tidak perlu menghentikan kebijakannya untuk membunuh para teroris. Tapi, bersamaan dengan itu, Israel harus melakukan tindakan yang menunjukkan niat baik terhadap warga Palestina.
Pada hari yang sama, koran berbahasa Inggris The Jakarta Post, yang terbit di Jakarta, juga menulis berita dalam websitenya, dengan judul: 'Pesantren' nurtures militants. Dalam berita ini ditulis: "Central Java Police Chief Insp. Gen. Didi Widayadi said on Tuesday that several pesantren (Islamic boarding schools) in the province were believed to be home to followers of militant group Jamaah Islamiyah (JI). Didi, nevertheless, refused to disclose the names of the pesantren due to technical reasons, but stressed that police would watch their activities closely."
Empat hari sebelumnya, (24/8/2003), koran yang sama menulis berita berjudul: "Police to watch militants". Disebutkan di sini: "A number of districts in West Java, believed to be home to extremists advocating sharia (Islamic law), are now under tight surveillance to prevent the possibility of further terrorist attacks, says provincial police chief Insp. Gen. Dadang S. Garnida."
Dalam sejumlah berita itu, digunakan istilah militan untuk menyebut sejumlah kelompok. Di Palestina istilah itu digunakan terhadap Hamas, Jihad Islam, Brigade al-Qassam, dan Hizbullah. Tampak bahwa istilah ini diidentikkan dengan teroris. Artinya, siapa yang disebut sebagai militan, maka dia adalah sama dengan teroris, dan karena itu boleh dibunuh, seperti perintah AS kepada Israel.
Akibatnya, tokoh-tokoh Hamas terus diburu dan dibunuh. Pada 22 Agustus 2003, Israel berhasil membunuh tokoh Hamas Ismail Abu Shanab. Pemakaman Shanab dihadiri sekitar 100 ribu orang dan setelah itu Hamas berjanji akan terus meningkatkan perlawanan terhadap penjajahan Israel. Pada 23 Agustus 2003, Haaretz menulis beritanya dengan judul: ”3 militants killed in Nablus; 1000s attend Abu Shanab funeral”.
Berita-berita di koran Haaretz itu memberikan kesan bahwa karena Hamas, Jihad Islam, Brigade al-Qassam adalah kaum militan, maka mereka “halal” dibunuh. Pemberitaan model begini memunculkan wacana yang sangat simplisistis dari sebuah proses pergulatan dan pertarungan yang panjang di Palestina, antara yang terjajah dan yang dijajah. Tidak muncul sama sekali wacana yang sehat, mengapa Hamas melawan penjajah dengan cara yang mereka yakini kebenarannya. Yang dimunculkan adalah wacana bahwa Hamas adalah teroris (evil) dan Israel dengan dukungan Amerika adalah pemberantas teroris. Hamas adalah militan dan jahat, dan Israel adalah mulia dan sedang menghadapi kekuatan jahat.
Ketika sejumlah orang Yahudi ditangkap karena melakukan aksi teror terhadap warga Palestina, maka Haaretz sama sekali tidak menggunakan sebutan Yahudi militan untuk mereka. Pada 24 Agutus 2003, Haaretz menulis sebuah berita “Nine Jews arrested for terrorist attacks against Palestinians”. Di situ hanya ditulis: “Nine Jewish men were arrested in the last few days on suspicion of carrying out terrorist attacks against Palestinians in recent years.” Jadi, untuk teroris Yahudi, koran ini menggunakan istilah “nine Jewish men” (sembilan orang Yahudi), bukan the “Jewish militant”.
Sehari sebelumnya, dalam sebuah berita berjudul “Bush freezes assets of 6 Hamas leaders, 5 other organizations”, ditulis oleh koran ini: “US President George W. Bush on Friday announced a freeze on the assets of six leaders of the Palestinian militant group Hamas and five organizations accused of financially supporting the group.” Tampaknya, setiap menulis Hamas, tidak lupa koran ini menekankan sebutan “militan”, untuk memberikan imej buruk terhdap istilah “militan”.
Koran Haaretz didirikan di Jerusalem pada tahun 1919, atau dua tahun setelah masuknya pasukan sekutu di bawah Lord Allenby di Jerusalem yang membawa ribuan sukarelawan Yahudi. Pendirinya adalah sekelompok imigran Zionis, terutama yang datang dari Rusia. Di antara pelopornya adalah tokoh Zionis Revisionis, Vladimir Jabotinsky (1880-1940) yang dikenal sebagai penulis dan orator yang brilian, yang dibesarkan di lingkungan Yahudi Rusia.
Demikianlah sejumlah contoh penggunaan istilah tertentu yang merugikan umat Islam, khususnya rakyat Palestina. Karena itu, sepatutnya kita berhati memberi julukan atau sebutan-sebutan yang merugikan kepada umat Islam. Jika sampai menzalimi umat Islam, maka pasti akan ada balasannya di dunia dan akhirat. (Makasar, 9 November 2021).