Hawa Nafsu Sebagai Sumber Kerusakan Dunia

Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Kabid MPK DDII Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Ketika manusia mengikuti hati nurani dalam menjalani kehidupan, maka akan tercipta kehidupan normal yang mengarah pada keadilan dan kesejahteraan. Aplikasinya, pada saat hati nurani menjadi panduan, maka petunjuk Allah akan mudah diterima dan dijadikan sebagai sumber utama menjalani kehidupan. Namun kebanyakan manusia justru membuang petunjuk dan menjadikan hawa nafsu sebagai rujukan dan panduan.

Pemakmuran dunia secara berlebihan menjadi contoh bagaimana manusia mengurus dunia ini siang malam untuk memperturutkan hawa nafsu. Eksploitasi atas dunia yang melampaui batas, membuat manusia lalai terhadap akheratnya sehingga terjadi berbagai kerusakan di muka bumi itu.

Kecenderungan Hawa Hafsu

Hawa nafsu bukan hanya memiliki merusak tetapi akan menghancurkan tatanan sosial yang berlaku. Dikatakan merusak karena hawa nafsu akan mendorong manusia untuk mewujudkan keinginannya meskipun harus merusak tatanan.

Dikatakan menghancurkan karena hawa nafsu tidak mempedulikan hancurnya obyek yang dituju. Demikianlah yang terjadi pada manusia yang sudah dikuasai atau mengkuasakan hawa nafsu sebagai pengatur dirinya.

Rusaknya generasi terdahulu karena memperturutkan hawa nafsu. Mereka diperintahkan untuk mengikuti petunjuk dengan mengikuti aturan yang disampaikan oleh para rasul. Rasul memerintahkan penyembahan hanya kepada Allah, di tengah praktek kehidupan mereka yang menyimpang. Mencuri timbangan, pemuka / elite mendzalimi rakyatnya, maraknya perzinaan hingga hidup sesama jenis, sudah menjadi praktek kehidupan.
Para rasul pun mengajak mereka untuk menyembah hanya kepada Allah dan percaya hari kebangkitan.

Dengan menyembah kepada Allah dan percaya hari kebangkitan, maka mereka merasa terawasi dan menyadari bahwa semua perbuatannya akan dipertanggungjawabkan.

Namun yang terjadi sebaliknya. Mereka bukan hanya menolak tetapi melawan hingga membunuh para rasul. Hal ini disebabkan mereka memperturutkan hawa nafsu dan mengedepankan perkara dunia. Mereka menginginkan kekayaan dan kemakmuran dunia.

Oleh karenanya hawa nafsu dijadikan sebagai panduan menjaalani kehidupan. Hal ini dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

بَلِ ٱتَّبَعَ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ أَهۡوَآءَهُم بِغَيۡرِ عِلۡمٖ ۖ فَمَن يَهۡدِي مَنۡ أَضَلَّ ٱللَّهُ ۖ وَمَا لَهُم مِّن نَّٰصِرِينَ

Artinya:
Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan, maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun. (QS. Ar-Rūm : 29)

As-Sa’di menjelaskan bahwa bertauhid merupakan naluri yang tertanam dalam diri manusia. Dengan mengikuti naluri itu, maka manusia akan mudah untuk mengikuti petunjuk-Nya. Namun manusia justru memperturutkan hawa nafsu, sehingga bukan hanya menolak tauhid tetapi juga mengikuti keinginannya sendiri. Mereka membuang petunjuk dan menggantikannya dengan kecenderungan dan bisikannya sendiri.

Kalau Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk hidup normal dan tidak bermegah-megahan, maka manusia menginginkan hidupnya sejahtera dengan mengumpulkan dan menumpuk harta. Terlebih lagi, ketika sudah berharta, tidak ;agi peduli pada oaring yang ada di bawahnya. Bahkan tidak jarang ditemui, orang kaya yang hidup mewah justru bertindak dzalim kepada orang miskin dan hidup dalam kekurangan.

Menumpuk Dunia

Al-Qur’an menunjukkan bahwa manusia yang memperturutkan hawa nafsu akan bekerja dan menjalani hidup tanpa menyesuaikan kemampuan dan kebutuhan dirinya. Hidup mapan dengan kebutuhan dasar yang cukup tidak membuatnya puas. Banyak manusia yang memperturutkan keinginan bukan kebutuhan.


Manusia pada umumnya memperturutkan bisikan keinginan. Ingin kaya dengan memiliki banyak rumah, hotel, jenis usaha yang banyak menjadi mimpi besar. hal inilah yang membuatnya bekerja siang-malam tanpa memperhatikan kebutuhan dasarnya.

Mereka hidup tak terkontrol dan waktunya dipergunakan untuk ingin mewujudkan semua keinginannya. Mereka bekerja tanpa henti dan ingin menguasai apapun guna mewujudkan mimpi besar. Al-Qur’an merekam betapa waktu manusia dimanfaatkan secara maksimal, sebagaimana firman-Nya :

أَوَلَمۡ يَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَيَنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ ۚ كَانُوٓاْ أَشَدَّ مِنۡهُمۡ قُوَّةٗ وَأَثَارُواْ ٱلۡأَرۡضَ وَعَمَرُوهَآ أَكۡثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَآءَتۡهُمۡ رُسُلُهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ ۖ فَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيَظۡلِمَهُمۡ وَلَٰكِن كَانُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ يَظۡلِمُونَ

Artinya:
Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka, rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri. (QS. Ar-Rūm : 9)

Al-Qur’an menggambarkan manusia memiliki kekuatan dan kepintaran yang luar biasa dalam memakmurkan diri di muka bumi. Mereka membangun istana megah untuk bersenang-senang, membangun jalan tol sangat panjang untuk mempermudah bisnis ekonominya serta mengeksploitasi alam. Bahkan manusia jahat ini memagari laut yang ujungnya untuk dijadikan tempat tinggal sekaligus sebagai pusat hiburan.

Mereka tidak lagi mempedulikan rakyat sekitarnya yang hdup menderita. Mereka tega memagari laut dengan menggusur mata pencaharian pendidik sekitar. Penduduk sekitar dibuat tidak nyaman sehingga bisa keluar dari kampung halamannya. Bahkan tanah-tanah rakyat dibeli semurah-murahnya. Orang kaya yang hidup dalam kemewahan menghalalkan segala cara. Berbohong dan menipu pun dilakukan guna menguasai lahan untuk mewujudkan dan memperturutkan hawa nafsunya.

Surabaya, 21 Januari 2025

Admin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *