Oleh M. Anwar Djaelani, aktivis InPAS
Pada 9 Oktober 2024, di Universitas Indonesia (UI) berlangsung debat. Di acara itu, mempertemukan Guru Gembul dengan Ustadz Nuruddin. Cukup menyedot perhatian masyarakat, karena Guru Gembul adalah kreator konten dengan tema-tema pembicaraan yang sering kontroversial.
Acara itu ”menarik” setidaknya untuk dua hal. Pertama, tak sedikit yang tertarik ke Guru Gembul. Itu, ditandai oleh banyaknya ”pengikut” Guru Gembul di YouTube. Kedua, sebaliknya, banyak pula yang mengritisi pemikiran dia.
Pada perkembangannya, difasilitasilah debat antara Guru Gembul dan Nuruddin. Tokoh yang disebut terakhir ini adalah salah seorang yang serius mengritisi Guru Gembul. Temanya: Bisakah Keshahihan Akidah Islam Dibuktikan Secara Ilmiah?
Ada pelajaran berharga dari debat itu. Intinya, kita tambah yakin bahwa kapanpun, dunia dakwah sangat memerlukan orang-orang seperti Nuruddin. Mengapa?
Beda Kelas
Bukalah YouTube. Ketiklah, ”Debat Nuruddin vs Guru Gembul”. Jika itu dilakukan pada Kamis pukul 09.12, maka di antara judul-judul yang tersedia di antaranya ini: Diskusi Terbuka: “Bisakah Keshahihan Akidah Islam Dibuktikan Secara Ilmiah?” Video itu, enam hari telah ditonton 505 ribu orang.
Ada lagi, judul ini: ”Guru Gembul Babak Belur Debat Lawan Ustadz M. Nuruddin”. Video itu, empat hari telah ditonton 42 ribu orang.
Sekilas seperti apa debat itu? Di bagian awal, Nuruddin menyampaikan bahwa Guru Gembul hanya salah satu dari sekian banyak orang yang kerap kali memandang keimanan itu sebagai sesuatu yang doktrinal, subjektif, dan tidak ilmiah. Ketika Guru Gembul mengatakan akidah itu tidak ilmiah maka kita berhak untuk bertanya, kata Ustadz Nuruddin, apa argumen ilmiah di balik kesimpulan itu?
Bagaimana selanjutnya? Bacalah ini: ”Dirujak Ustadz Nuruddin, Guru Gembul Akui Kalah Telak Saat Debat Soal Akidah di UI” (www.republika.co.id 11 Oktober 2024).
“Di kanal YouTube-nya dia berani bicara tentang banyak hal. Hampir semuanya dia komentari. Tidak terkecuali masalah agama. Dia nantangin saya. Tantangan saya terima. Sekarang terbukti bahwa orang ini bicara agama tanpa referensi. Referensi logika nggak ada, filsafat nggak ada, akidah juga nggak ada. Arab nggak ada. Inggris juga nggak ada. Terus gimana? Ya terpaksa jadi bikin rujak,” kata Nuruddin.
“Jelas saya kalah telak pada waktu itu, dirujak habis-habisan, terlihat planga-plongo dan lain sebagainya,” kata Guru Gembul.
Debat itu, berawal dari pernyataan Guru Gembul yang kemudian menjadi polemik di masyarakat. Bahwa, kata dia, akidah itu tidak bisa diilmiahkan.
Ketika datang ke debat itu Guru Gembul tidak membawa referensi apa-apa. Dia mengaku memang tidak memiliki pengetahuan yang memadai terkait dengan tema yang dibahas. Sementara, Nuruddin sudah siap dengan membawa referensi yang sangat banyak dan memiliki pengetahuan yang mendalam terkait tema itu.
Pembuat Konten
Siapa lelaki yang kini menjadi pembicaraan karena aneh itu? Bacalah ini: ”Guru Gembul? Konten Kreator Kontroversial yang Disebut Tanpa Referensi”, di www.jatimtimes.com 14 Oktober 2024.
Guru Gembul adalah guru dan kritikus dengan latar belakang pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia. Dia kreator konten asal Bandung, dikenal luas melalui kanal YouTube-nya. Meski sering dikritik, dia memiliki jutaan penggemar. Beroperasi sejak 31 Maret 2019, jumlah penonton kanalnya mencapai 241.604.381 views hingga saat ini. Konten yang diproduksinya beragam, mulai dari filsafat, pemikiran kritis, hingga kritik terhadap sistim pendidikan di Indonesia.
Sejak mulai aktif di dunia digital pada 2019, Guru Gembul telah meraih berbagai penghargaan, termasuk Silver Play Button dari YouTube saat mencapai 100.000 subscriber pada 2021. Juga, Gold Play Button setelah mencapai 1.000.000 subscriber pada 2023.
Aktif di dunia maya, tapi kehidupan pribadi Guru Gembul terbilang misterius. Identitas aslinya masih belum jelas meskipun ada yang berspekulasi bahwa nama aslinya adalah Johan Riyadi, Jafar Rohadi, atau Jafar Riyadi. Semua dugaan ini dibantah olehnya. Hal yang pasti, karena ia pernah ungkapkan, ia seorang guru di salah satu sekolah di Bandung.
Selain di YouTube, ia juga aktif di Instagram dan di TikTok. Penghasilan bulanannya, diperkirakan antara Rp26.134.100 hingga Rp372.026.600 melalui YouTube.
Lulusan Kairo
Ustadz Muhammad Nuruddin Lc, M.A. punya almamater keren. Dia lulusan Al-Azhar Kairo, Mesir. Di sana, ia belajar selama 9 tahun. Dia raih gelar Magister, jurusan Akidah Filsafat. Belakangan, Nuruddin tercatat sebagai pengurus Pondok Pesantren Darul Archam – Tangerang.
Nuruddin pernah hadir di Pesantren At-Taqwa Depok pada 23 Oktober 2023. Acaranya, dialog interaktif dengan tema “Membaca, Berfikir, dan Menulis: Saatnya Santri Lahirkan Karya Tulis.”
Nuruddin memulai pembicaraannya dengan kisah hidupnya selama tinggal di Kairo. Ia termasuk orang yang jarang sekali keluar, karena lebih memilih untuk banyak membaca. Dengan begitu ia dapat menjernihkan pikirannya, daripada berkumpul dengan orang lain tanpa faedah. Sikap ini, karena meneladani para ulama seperti Imam Nawawi yang dapat menghasilkan banyak karya dalam waktu singkat. Fokuskan diri dan memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Di akhir penyampaian, ia menegaskan bahwa jalan ilmu menjadi manfaat hanya ada dua, tidak lebih. Jalan itu, melalui lisan dengan penyampaian atau dengan tulisan yang dirumuskan.
Nuruddin tepat hadir di pesantren yang didirikan Dr. Adian Husaini itu. Tepat, karena di antara kelebihan Pesantren At-Taqwa adalah sangat serius mendidik santrinya untuk cakap menulis. Banyak buku bagus karya santri yang telah diterbitkan.
Nuruddin punya banyak karya buku. Di Islamic Book Fair (IBF) 2023, dia menerima IBF Award 2023 dalam kategori Non-Fiksi Dewasa. Judul bukunya, Ilmu Mantik. Hadiah yang diterimanya adalah piala berlapis emas 18K, uang Rp. 10 juta, sertifikat, dan goodie bag.
Berikut ini, daftar karya buku-bukunya. 1).Nikah Beda Agama: Dalil Keharaman, Pendapat Ulama, dan Bantahan untuk Orang-orang yang Membolehkannya. 2).Runtuhnya Teori Polemik Kitab Suci: Meluruskan Kesalahpahaman Seputar Kritik Al-Quran terhadap Ajaran Kristen, Klaim Keselamatan dalam Islam, Pemalsuan Kitab Suci, dan Tuntunan Al-Qur’an Menyangkut Toleransi. 3).Membuktikan Al-Qur’an sebagai Kalam Ilahi; Analisis dan Kritik Atas Pemikiran Mun’im Sirry. 4).Dasar-Dasar Akidah Ahlussunnah wal Jamaah untuk Tingkat Pemula; Analisis dan Syarah atas Kitab Ummul Barahin. 5).Pesan-Pesan Kehidupan; Mereguk Kearifan, Menjemput Kebahagiaan. 6).Khotbah-Khotbah Penyejuk Iman; Khotbah Hari Besar Islam, Khotbah Jum’at dan Umum, Khotbah Penguat Akidah dan Kumpulan Makalah Pengajian. 7).Seputar Ketuhanan: Seri Ilmu Kalam.
Khusus di bidang literasi, Nuruddin punya karya istimewa. Judulnya: Agar Kita Gila Membaca dan Menulis.
Selanjutnya, inilah empat buku spesial Nuruddin: 1).Ilmu Debat: Panduan Praktis dan Tepat untuk Memahami Kaidah-Kaidah Penting dalam Berdebat. 2).Logical Fallacy: Menguak Kesalahan-Kesalahan Berpikir yang Kerap Kita Jumpai Sehari-Hari. 3).Ilmu Mantik; Panduan Mudah dan Lengkap untuk Memahami Kaidah Berpikir. 4).Ilmu Maqulat; Dan Esai-Esai Pilihan Seputar Logika, Kalam, dan Filsafat.
Siapa Turut
Sekarang, pertama, dengan performa kedua orang seperti yang tergambar di atas, mestinya siapa yang bisa lebih kita percaya? Guru Gembul atau Ustadz Nuruddin?
Kedua, selalu jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Di dalamnya, ada petunjuk tentang jalan-jalan yang bisa dipakai agar dakwah kita sukses. Perhatikanlah ayat ini: ” Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik” QS An-Nahl [16]: 125). Tampak, debat adalah salah satu jalan dakwah yang dipilihkan Allah untuk kita.
Mari, di dunia dakwah, semoga kita bisa lebih memberi perhatian kepada jalan debat. Di titik ini, Ustadz Nuruddin telah memberi contoh debat yang baik. Lebih dari itu, setidaknya ada empat buku dari banyak karyanya yang bisa dipakai untuk menguatkan kecakapan berdebat kita. Semoga dengan cara ini, lekas lahir ”Nuruddin-Nuruddin” yang lain. []