DAKWAH MASYUMI TIDAK GAGAL, TAPI JUSTRU BERKEMBANG PESAT

Oeh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat

Dewandakwahjatm.com, Depok – Tidak benar dakwah Masyumi di Indonesia gagal. Tapi, dakwah Masyumi justru berkembang pesat di Indonesia. Ini bisa dilihat dari sejarah dan tujuan didirikannya Masyumi.
Masyumi adalah organisasi dakwah yang meliputi banyak aspek kehidupan. Bukan hanya aspek politik kepartaian.

Awal sejarah Masyumi bisa kita lihat pembentukan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI), tahun 1937. MIAI menghimpun lebih dari 20 organisasi Islam di Indonesia yang memiliki tujuan antara lain: “untuk membicarakan dan memutuskan soal-soal yang dipandang penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam, yang keputusannya itu harus dipegang teguh dan dilakukan bersama-sama oleh segenap perhimpunan-perhimpunan yang menjadi anggotanya…”.

Tahun 1942, menyusul kedatangan Jepang, MIAI berubah menjadi Masyumi. Pemimpin tertingginya tetap KH Hasyim Asy’ari. Dalam Anggaran Dasarnya, Masyumi menetapkan tujuan: “Terlaksananya ajaran dan hukum Islam di dalam kehidupan orang seorang, masyarakat, dan negara Republik Indonesia, menuju keridhaan ilahi.”

Silakan kita renungkan secara mendalam tujuan Masyumi tersebut. Lalu, simaklah perkembangan dakwah Islam di Indonesia saat ini. Jadi, tujuan Masyumi bukan hanya terlaksananya hukum Islam, tapi mencakup seluruh ajaran Islam. Itu artinya, mencakup juga aspek pendidikan, ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya.

Hebatnya, Masyumi mencita-citakan pelaksanaan ajaran dan hukum Islam itu dimulai dari kehidupan setiap individu muslim, lalu masyarakat, dan berikutnya dalam kehidupan negara Republik Indonesia. Terakhir, tujuan itu dikunci dengan kata-kata: “menuju keridhaan Ilahi!”

Sungguh, itu rumusan yang luar biasa. Dan itulah sebenarnya tujuan dakwah Islam yang mencakup seluruh aspek kehidupan. Karena itu, jika menilai keberhasilan atau kegagalan Masyumi, jangan hanya melihat dari satu aspek kehidupan saja. Misalnya, hanya aspek politik kepartaian.

Memang, dalam politik kepartaian, Masyumi mengalami penurunan perolehan suara di parlemen. Partai Masyumi – bersama NU, PSII, dan Perti – dalam Pemilu tahun 1955 meraih sekitar 44 persen suara. Setelah itu, perolehan suara partai Islam – partai yang berasas Islam — terus mengalami penurunan, mulai pemilu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 2004, 2009, 2014, 2019, dan 2024.

Tahun 1945, Masyumi disepakati sebagai Partai Politik Islam satu-satunya yang menjadi penyalur aspirasi perjuangan umat Islam Indonesia. Meskipun NU keluar dari Masyumi, tahun 1954, tetapi di Majelis Konstituante, suara partai-partai Islam memiliki aspirasi yang sama tentang dasar negara.
Tahun 1960, Masyumi membubarkan diri. Tahun 1967, pemerintah Orde Baru menolak menghidupkan kembali Partai Masyumi. Maka, para tokoh utama Masyumi bermusyawarah di Masjid Munawarah Jakarta, dan pada 26 Februari 1967, mereka membentuk Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Pembentukan DDII merupakan hasil kebijakan (hikmah) dari musyawarah para pemimpin umat Islam terkemuka di zaman itu. Kita percaya akan ilmu dan hikmah yang dimiliki para tokoh pendiri DDII tersebut.
DDII didirikan dan dijalankan oleh para tokoh umat Islam yang juga merupakan tokoh-tokoh pendiri bangsa, seperti Mohammad Natsir, HM Rasjidi, Sjafruddin Prawiranegara, Mohammad Roem, Prawoto Mangkusasmito, dan sebagainya. Para tokoh itu dikenal luas sebagai para pejuang sejati yang dapat diteladani kehidupan dan perjuangannya.

Pada saat yang sama, sejalan dengan politik deislamisasi politik Orde Baru, maka ormas-ormas anggota istimewa Masyumi – seperti Muhammadiyah, Persis, Al-Irsyad, al-Washliyah, Mathlaul Anwar, dan sebagainya – kemudian berkonsentrasi mengembangkan dakwah Islamiyah dalam bidang pendidikan dan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.

Mohammad Natsir, sebagai tokoh utama Masyumi, melalui DDII meluncurkan gagasan Tiga Pilar Dakwah: Kampus, Pesantren, dan Masjid. Maka, tumbuhlah di Indonesia ribuan pondok pesantren, sekolah Islam, universitas Islam, Rumah Sakit Islam, Bank Islam, dan berbagai institusi dakwah Islam lainnya.

Kini, kader-kader pelanjut Masyumi – sesuai Tujuan Masyumi – tersebar di berbagai organisasi politik, lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, bahkan di lembaga-lembaga pemerintahan. Dengan berbagai keragaman pemikiran mereka, secara umum, mereka memiliki tujuan dakwah yang sejalan dengan tujuan Masyumi.
Yang diperlukan saat ini pembinaan serius untuk melahirkan para pemimpin umat yang mampu merakit berbagai potensi umat Islam untuk memimpin perjuangan umat Islam Indonesia dalam mewujudkan terlaksananya ajaran Islam dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, menuju keridhaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Tentu saja, setiap tahap keberhasilan selalu ada tantangan baru. Berbagai kelemahan, kekurangan, dan kegagalan dakwah wajib dijadikan sebagai bahan pelajaran berharga untuk perbaikan dakwah ke depan. Semoga Allah SWT menyayangi, meridhai, dan menolong perjuangan kita semua. Amin.

Admin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *