Artikel Terbaru ke-1.929
Oleh: Adian Husaini dan Bana Fatahillah
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok - Dalam dua bulan terakhir, saya berkesempatan mengisi acara Wisuda di beberapa Pesantren Tahfidz al-Quran. Kesempatan berharga itu saya manfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan dan juga berdiskusi dengan para gurunya. Sejumlah pesan penting untuk para penghafal al-Quran antara lain:
(1) Wajib bersyukur kepada Allah atas pencapaian prestasi menyelesaikan hafalan al-Quran sebanyak 30 juz. Prestasi ini memerlukan kerja keras dan disiplin tinggi serta doa dan bimbingan para guru dan orang tua. Karena itulah, para penghafal al-Quran wajib terus menjaga adab dan mendoakan para guru dan orang tuanya.
(2) Wajib mengajarkan ilmu-ilmu tentang al-Quran yang sudah didapat. Jangan sampai setelah mampu membaca dan menghafal al-Quran dengan baik, kemudian tidak mengajarkan ilmu-ilmunya itu kepada masyarakat. Itu rugi sekali. Rugi bagi dirinya, gurunya, dan juga orang tuanya, serta semua orang yang mendukung pendidikannya. Sebab, kata Rasulullah saw, yang terbaik di antara manusia adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya. Mengajarkan al-Quran dengan ikhlas, insyaAllah, akan mendapatkan pahala jariyah yang besar. Sayang sekali jika ia tidak mengajarkannya.
(3) Selalu menjaga niat ikhlas dalam belajar dan mengajarkan ilmu-ilmu al-Quran. Jangan sampai para penghafal al-Quran tertipu oleh godaan dunia, sehingga menjadikan hafalannya sekedar untuk meraih keuntungan duniawi semata.
(4) Terus belajar untuk memahami al-Quran serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Al-Quran adalah kitab yang berisi petunjuk bagi manusia (hudan lin-nas). Dalam al-Quran ini ada konsep-konsep kehidupan yang perlu dipahami dan diamalkan dengan benar dan tepat.
(5) Berusaha mewujudkan ajaran al-Quran dalam bentuk penanaman nilai-nilai akhlak mulia. Rasulullah saw memiliki akhlak yang sangat agung. Dan akhlak beliau, kata Aisyah r.a. adalah al-Quran. Seorang penghafal al-Quran sepatutnyalah seorang yang sabar, tidak sombong, pemberani, tidak malas, peduli pada sesama, cinta kebersihan dan keindahan, dan sebagainya.
Syekh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi adalam kitabnya, Fiqhul Awlawiyyat dan Kaifa Nata’amal ma’al Quran, banyak memberikan nasehat dan panduan penting bagi para penghafal al-Quran. Menurutnya, di zaman ini, sebagian orang menganggap bahwa maksud “mengkaji Al-Qur’an” dalam hadis (man ta’allama Al-Quran) ialah sebatas menghafal saja.
Karena itu, ia menganggap bahwa sebatas menghafal Al-Quran saja, itu sudah cukup. Akhirnya mereka berlomba-lomba untuk menghafal. Belum lagi ada hadiah yang menggiurkan yang disiapkan. Maka tidak heran jika ada orang yang fokus mati-matian untuk hafalan demi meraup hadiah tersebut.
Itu yang pertama. Yang kedua, persoalannya adalah saat para penghafal Al-Quran ini terlalu dilebih-lebihkan dibandingkan dengan mereka yang paham isi Al-Quran. Inilah fenomena yang dikritik oleh Syekh al-Qaradhawi.
Menanggapi dua hal tersebut, Syekh al-Qaradhawi menyampaikan:
Pertama, hafalan itu bukanlah segalanya. Dalam bahasa beliau, hafalan hanyalah sebatas “file” untuk menyimpan sebuah informasi, yang nantinya file ini perlu diolah dan dimanfaatkan. Bukan hanya dipendam dan didiamkan. Sebab hafalan itu bukan “tujuan” secara dzatnya (laisa maqshudan lidzaatihi) akan tetapi dia adalah “perantara” untuk sebuah hal lain (innama huwa maqshudun lighairihi).
Jadi, maksud beliau adalah hafalan itu bukan tujuan akhirnya. Justru ia adalah permulaan untuk sampai ke tahapan lainnya. Sebab “data” itu harus diolah, bukan sekadar disimpan.
“Dan kesalahan yang banyak terjadi di kalangan umat muslim adalah, terlalu fokusnya mereka akan hafalan daripada pemahaman, juga memberikan porsi hafalan yang sangat berlebihan,” ujar beliau.
Kedua, menurutnya, bersikaplah adil dalam memberikan porsi aktivitas hafalan Al-Quran dan terhadap aktivitas pemahamannya. Sebagai contoh, kalau orang berani memberikan kucuran dana yang sangat banyak untuk penghafal Al-Quran, seperti dalam berbagai perlombaan, maka berikan porsi yang sama juga terhadap aktivitas untuk memahami Al-Qur’an.
Lebih tegasnya: “…akan tetapi belum disiapkan berbagai hadiah/apresiasi baik tersebut baik setengahnya atau seperempatnya untuk mereka yang pintar dan unggul dalam ilmu-ilmu syariat seperti tafsir, hadis, fikih, ushul fikih, akidah, dakwah. Padahal kebutuhan umat kepada mereka lebih besar, dan manfaat mereka sangat besar dan agung.” (Fiqh Awlawiyyat, hal. 68).
Demikianlah nasehat Syekh Yusuf al-Qaradhawi untuk para penghafal al-Quran. Semoga bermanfaat. Amin. (Depok, 21 Juni 2024).