Hamka dan Perjuangan Tiada Henti

Oleh M. Anwar Djaelani, pengurus Dewan Da’wah Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Tak lama setelah Hamka wafat, pada 24 Juli 1981, KH EZ Muttaqien memberikan kesaksian. Hamka, kata EZ Muttaqien, memenuhi kriteria seperti yang dimaksud sabda Rasulullah Saw ini: “Seorang mukmin tidak pernah kenyang melakukan kebaikan, kecuali kalau dirinya telah memasuki surga”.

EZ Muttaqien punya argumentasi untuk kesaksian di atas. Bahwa terbukti “Hamka tiada hentinya berjuang dengan pikiran, kegiatan, tulisan, lisan, dan sikap-sikapnya sejak zaman mudanya. Sepekan menjelang wafatnya dia masih menunaikan tugasnya berdakwah”.

Membaca kesaksian di atas, boleh jadi tak sedikit yang lalu ingat puisi “Sajadah Panjang” karya Taufiq Ismail. Berikut ini empat baris awal puisi tersebut: Ada sajadah panjang terbentang// Dari kaki buaian// Sampai ke tepi kuburan hamba// Kuburan hamba bila mati.

Tak berlebihan rasanya, saat Muhammad Zein Hassan (kerabat dan sahabat seusia Hamka) yang menyatakan: Hamka hidup untuk cinta. Bangsa dan negara ini telah meminum cinta manis yang Hamka tuangkan selama hayat dikandung badan. Saat wafat, mereka pun melepas Hamka dengan sepenuh cinta tulus dan ikhlas pula. Inilah barangkali tanda husnul khotimah yang dijanjikan Allah kepada hamba-Nya yang cinta beramal shalih dan aktif mensyiarkan ikhwal manisnya iman atau halawatul iman.

Bergerak dengan Cinta

Orang hidup mesti bergerak, harus berjuang. Dalam pergerakan dan perjuangan itu pasti ada rintangan, ada ujian. Hadapilah semua kepayahan yang dirasakan.
Hidup yang takut terbentur dengan kesulitan dan kepayahan, kata Hamka, samalah artinya dengan jam yang berputar hanya lantaran diputar orang lain. Bila putaran habis, ia pun terhenti dengan sendirinya.
Teruslah berjuang! Hidup yang sunyi dari perjuangan, lanjut Hamka, sangat murah harganya terlebih dalam pandangan Allah. Sungguh, tidak dapat diingkari bahwa perjuangan itulah yang membentuk orang menjadi manusia dalam alam yang luas ini. Perjuangannya adalah sendi dari kemuliaannya (2016: 90).

Mengapa Hamka bisa seperti itu, bergerak terus dalam konteks perjuangan? Mengapa Hamka senantiasa hidup untuk kasih-sayang, hidup bersama cinta dalam artian yang luas?

Boleh jadi, itu semua buah dari pemahaman Hamka atas QS Adz-Dzaariaat [61] ayat 56, yang terjemahnya sebagai berikut: “Dan, Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Mari buka Tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. QS Adz-Dzaariaat [61]: 56 ini, ayat yang memberi peringatan sekaligus memberi manfaat bagi orang yang beriman. Allah menciptakan jin dan manusia tidak ada guna yang lain kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Jika seseorang telah mengakui beriman kepada Allah, tidaklah dia akan mau jika hidupnya di dunia ini kosong dari amal baik. Dia tidak boleh menganggur dari amal shalih selama nyawa dikandung badan. Manusia harus ingat bahwa waktunya tidak boleh kosong dari pengabdian kepada Allah. Seluruh hidup hendaklah dijadikan ibadah.

Lebih lanjut, Hamka menjelaskan tentang arti ibadah menurut riwayat dari Ali bin Abu Thalhah yang diterimanya dari Ibnu Abbas. Bahwa, beribadah ialah mengakui diri adalah hamba dari Allah. Beribadah, tunduk menurut kemauan Allah, baik secara sukarela ataupun secara terpaksa. Apapun, kehendak Allah pasti berlaku. Mau tidak mau dia pun hidup. Mau tidak mau kalau umur panjang mesti tua. Mau tidak mau jika datang ajal mesti mati. Boleh jadi ada manusia yang hendak melakukan di dalam hidup ini menurut kemauannya sendiri, namun yang berlaku tetap kemauan Allah.

Masih kata Hamka, ibadah itu diawali dengan iman yaitu percaya bahwa ada Tuhan yang menjamin kita. Percaya akanadanya Allah ini saja sudah menjadi dasar pertama dari hidup itu sendiri. Maka iman yang telah tumbuh itu, wajib dibuktikan dengan amal yang shalih, yaitu perbuatan yang baik. Iman dan amal shalih ialah pokok ibadah. Bila kita telah mengaku beriman kepada Allah, niscaya kita pun percaya kepada Rasul-Nya. Maka pesan Allah yang disampaikan oleh Rasul itu kita perhatikan. Perintah-Nya kita kerjakan, larangan-Nya kita tinggalkan (2003: 6927-6928).

Mari kita garisbawahi dua kalimat penting di dua paragraf di atas. Pertama, kehendak Allah pasti berlaku. Kedua, iman yang telah tumbuh wajib dibuktikan dengan amal shalih.

Maka dari itu, dapat kita jadikan seluruh hidup kita ini dalam konteks ibadah kepada Allah. Shalat lima waktu, puasa Ramadan, berzakat, adalah bagian kecil dari seluruh ibadah yang umum itu. Semuanya, kita kerjakan karena kita beriman kepada-Nya. Kita pun beramal shalih untuk faedah sesama manusia. Kalau tidak ini yang kita kerjakan, tidak ada artinya hidup kita yang terbatas di dunia ini (2003: 6928).

Cermati prinsip Hamka ini: Kita beramal shalih untuk faedah sesama manusia. Oleh karena itu, mengadakan dakwah kepada jalan Allah tidak boleh berhenti meskipun akan dituduh orang tukang sihir ataupun gila. Itu jangan dipedulikan! Berpalinglah dari mereka dan jangan berkecil hati. Dakwah harus diteruskan. Meskipun orang-orang yang melampaui batas itu akan menuduh yang tidak-tidak. Pada akhirnya, dakwah yang baik akan diterima oleh orang yang beriman.


Melakukan dakwah kepada jalan yang baik adalah tugas utama dalam hidup. Jin dan manusia diciptakan ke dunia ini adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah, lain tidak. Kalau tidak beribadah kepada Allah apalah artinya hidup ini. Umur terlalu pendek, di dunia ini. Umur yang pendek itu mesti diisi sehingga setelah kita mati sekalipun, namun iman dan amal shalihnya masih hidup dan tetap hidup (2003: 6928).

Terus, dan Terus!

Kita garisbawahi lagi; Pertama, kita harus beramal shalih untuk kemanfaatan sesama manusia. Kalau tidak ini yang kita kerjakan, tidak ada artinya hidup kita yang terbatas di dunia ini. Kedua, umur yang pendek itu mesti diisi sehingga setelah kita mati namun iman dan amal shalihnya masih hidup dan tetap hidup.

Berjuanglah, berdakwahlah, tanpa henti! Belum terdengar dan belum bertemu seseorang yang kekal namanya di panggung sejarah melainkan setelah dia menempuh perjuangan, kesulitan, dan kepayahan (Hamka, 2016: 91). Bismillah. Allahu Akbar! []

Admin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *