Oleh : Bagus Masyroni (Bidang Pengembangan Studi Alquran DDII Jatim)
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Baru-baru ini kita dihebohkan dengan perseteruan dua publik figur ulama, yang kedua-duanya adalah panutan umat. Masing-masing ulama tersebut mempunyai basis massa besar dengan loyalitas (kefanatikan) yang sama-sama kuat.
Perseteruan itu berlangsung seru dan cukup lama juga, bahkan satu pihak membuat klarifikasi hingga 4 episode. Yang cukup menyedihkan adalah, bahwa pertikaian antara kedua tokoh ulama ini jauh dari kata elegan karena tidak dilakukan sebagaimana orang-orang berilmu melakukannya (secara berhadap-hadapan sembari adu hujjah), melainkan kedua belah pihak saling bantah via media sosial, yang mau tak mau akhirnya viral lantaran kadung menjadi santapan publik. Ironisnya lagi, pertikaian kedua tokoh ulama ini merembet menjadi perselisihan antar-simpatisan (jamaah), dimana masing-masing jamaah dari kedua ‘kubu’ yang bertikai terlibat saling olok, saling ejek, dan saling hujat tak berkesudahan.
Kita barangkali belum terlalu menyadari bahwa konflik internal umat Islam ini muncul bukan semata-mata lantaran perbedaan paham/ pendapat di internal umat Islam saja, melainkan juga disebabkan oleh faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar Islam (baca : Musuh-musuh Islam) yang dengan sengaja menciptakan konflik, dan secara konsisten memprovokasi umat Islam agar terus berkonflik.
Mengapa mereka begitu getol mengobok-obok umat Islam? Jawabannya,๐ญ apalagi kalau bukan demi melemahkan sekaligus mempertahankan hegemoni (kekuasaan/kekuatan/keunggulan) mereka atas umat Islam beserta seluruh sumber dayanya yang telah memberikan kesenangan duniawi kepada mereka sejak berabad-abad silam.
Dus jangan heran jika konflik internal umat Islam akan selalu ada dan akan selalu mereka ‘goreng’ terus hingga umat Islam menjadi lemah-selemahnya, kalah dan menyerah, kemudian tunduk-patuh tanpa syarat kepada mereka (para musuh Islam).
Kini saatnya kita mewaspadai secara lebih serius, bahwa perselisihan di antara umat Islam, sekecil apa pun, tak boleh dianggap remeh. Jika kita terus bertikai dengan saudara seiman sendiri tanpa berupaya menyadari dan mereduksinya, maka bukan tidak mungkin di kemudian hari kita akan kehilangan satu generasi penerus yang beriman dan taat kepada ALLAH dan RasulNYA.
Pertikaian / Perpecahan di kalangan Umat Islam By Design
Pada tahun 2003, ada dokumen studi dan rekomendasi yang dipublikasikan oleh Divisi Riset Keamanan Nasional RAND Corporation (sebuah lembaga kajian kebijakan global di Amerika Serikat yang didirikan tahun 1948 oleh Douglas Aircraft Company, perusahaan kedirgantaraan dan persenjataan, untuk membantu Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di bidang penelitian dan analisa strategis) yang berjudul Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies.
Dokumen ini kemudian disampaikan kepada Badan Keamanan Nasional AS dan juga Presiden George W. Bush secara langsung pada saat itu. Studi ini disponsori oleh Smith Richardson Foundation dan disupport oleh American Israel Public Affair Commitee (AIPAC).
Pada dokumen tersebut, disebutkan langkah strategis yang harus dilakukan untuk ‘menghadapi’ umat Islam saat ini (Apendix C: Strategy In Depth hal. 63). Dari sekian banyak, mari kita fokuskan kepada dua hal ini, antara lain:
“Support the traditionalists against the fundamentalists, by:
- Publicizing traditionalist criticism of fundamentalist violence and extremism and encouraging disagreements between traditionalists and fundamentalists.
- Preventing alliances between traditionalists and fundamentalists.”
Perhatikan kalimat yang diketik tebal ini: ‘encouraging disagreements between traditionalists and fundamentalists’ dan ‘preventing alliances between traditionalists and fundamentalists’. Mendorong perselisihan antara kaum Islam tradisionalis melawan kaum fundamentalis dan mencegah aliansi (persekutuan, pertemanan, kerjasama, dll) antara kaum tradisionalis dengan fundamentalis.
Ya, perselisihan kita ini by designed (baca: sengaja diciptakan) dan ketidakbersatuan kita adalah by planed (baca: sudah direncanakan). Bahkan, mereka bukan saja membuat klusterisasi dan melebarkan jurang pemisah dan perpecahan umat Islam antara tradisionalis, fundamentalis, modernis atau apa pun istilahnya yang mereka gunakan, dalam dokumen tersebut ada rekomendasi untuk memecah intra-tradisionalis itu sendiri dengan diksi: “โฆdiscriminating between different sectors of traditionalism” , (diupayakan untuk) membeda-bedakan (baca: memecah belah) berbagai sektor dalam (penganut) tradisionalis (Appendix C: Strategy In Depth hal.64).
Ijinkan saya bertanya, “Relakah kita dipecah-belah seperti itu? Sampai kapan kita akan terus menjadi objek rekayasa demi kepentingan mereka?”
Jika dianalogikan umat Islam dengan segala sumber dayanya adalah kesebelasan sepak bola. Maka sejatinya masing-masing pribadi walaupun berbeda posisinya tetap satu tim, satu arena dan satu lawan. Ada yang menjadi kiper, yang bertugas untuk menjaga gawang dari serangan lawan. Ada yang berperan sebagai pemain bertahan, yang menjaga pertahanan dan mencegah lawan mencetak gol. Ada pemain tengah, yang bertugas untuk menguasai bola dan mengatur serangan. Ada pemain depan, yang bertugas untuk mencetak gol ke gawang lawan.
Seandainya klasifikasi atau klusterisasi umat Islam ini memang sebuah keniscayaan atau suatu hal yang tidak bisa diubah lagi (tradisionalis, fundamentalis, modernis, dll), maka jadikan ini satu tim yang mempunyai tugas dakwah dan perjuangan masing-masing, namun tetap dalam bingkai satu perjuangan. Jangan masing-masing pemain saling melemahkan yang akhirnya justru menjadi blunder yang menyebabkan tim kesebelasan umat Islam menjadi amburadul dan carut-marut, sehingga musuh dengan mudah mengecoh dan melakukan serangan membobol gawang kita. Atau lebih parah lagi, jangan-jangan kita bahkan lebih sering kebobolan gol bunuh diri, alias cetak gol ke gawang sendiri ketimbang berupaya maksimal mencetak gol ke gawang lawan.
Sekali lagi, mau sampai kapan kita terus begini? Tak usah dijawab. Kita fokus saja memberikan bukti, sembari kita cermati peringatan ALLAH Swt berkut ini :
Allah Taโala berfirman,
ูููููู ุชูุฑูุถูู ุนููููู ุงูููููููุฏู ููููุง ุงููููุตูุงุฑูู ุญูุชููู ุชูุชููุจูุนู ู ููููุชูููู ู ูููู ุฅูููู ููุฏูู ุงูููููู ูููู ุงููููุฏูู ููููุฆููู ุงุชููุจูุนูุชู ุฃูููููุงุกูููู ู ุจูุนูุฏู ุงูููุฐูู ุฌูุงุกููู ู ููู ุงููุนูููู ู ู ูุง ูููู ู ููู ุงูููููู ู ููู ููููููู ููููุง ููุตููุฑู
โOrang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: โSesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)โ. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.โ (QS. Al-Baqarah: 120)
Wallahu a’lam.
Admin: Kominfo DDII Jatim