Artikel ke-1.871
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Pada 23 April 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU), menetapkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029. Apa yang kita harapkan dari Presiden Prabowo Subianto untuk umat dan bangsa Indonesia?
Secara umum banyak diketahui, Prabowo adalah seorang yang dekat dengan kalangan umat Islam. Itu bisa dilihat dari dukungan yang diperolehnya dari para ulama dan pimpinan umat Islam pada Pemilihan Presiden tahun 2014 dan 2019. Bahkan tidak sedikit yang ketika itu begitu fanatik dengan Prabowo.
Sebagai mantan Danjen Kopassus dan Pangkostrad, juga Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto memiliki rekam jejak yang panjang dalam soal kepemimpinan. Ia hobi membaca buku. Wawasannya sangat luas. Pengalaman lapangannya juga sangat banyak. Gagasan Prabowo bisa dibaca dalam buku: “Paradoks Indonesia dan Solusinya” (Jakarta: PT Media Pandu Bangsa, 2022, cetakan kedua).
Pada bagian “Menunaikan Janji
Kemerdekaan”, Prabowo menulis: “Yang ingin saya lakukan adalah mendorong perubahan besar cara kita bernegara. Saya ingin menyelamatkan masa depan bangsa Indonesia. Saya ingin membangun sistem ekonomi dan sistem politik yang bersih, yang membela rakyat dan yang membangun bangsa ini.”
Dalam bukunya ini, Prabowo memaparkan banyak data tentang kondisi paradoks pada bangsa Indonesia saat ini. Bangsa ini dikaruniai kekayaan alam yang sangat melimpah. Tetapi, kondisi ekonomi mayoritas rakyat masih menyedihkan. Secara terbuka, Prabowo menyebut bahwa kekayaan alam itu dikuasai oleh beberapa orang saja.
Karena itulah, Prabowo menjanjikan akan berjuang secara konstitusional untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Ia sudah berjanji untuk merangkul semua kalangan masyarakat dan mengajak mereka untuk bekerjasama membangun bangsa. Harapan Prabowo untuk diberikan amanah kepemimpinan bangsa sebelum wafatnya sudah dipenuhi oleh Allah SWT. Kini, ia menjadi presiden Republik Indonesia tahun 2024-2029.
Tentu saja, dalam melaksanakan cita-citanya, Prabowo akan menghadapi sejumlah tantangan yang sangat berat. Tetapi, ada tantangan terberat yang dihadapi oleh Prabowo Subianto. Akar masalah bangsa ini, kata Mohammad Natsir adalah kecintaan terhadap dunia yang berlebihan.
Dalam buku Percakapan Antar Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak (1989), Mohammad Natsir menyebutkan: ”Salah satu penyakit bangsa Indonesia, termasuk umat Islamnya, adalah berlebih-lebihan dalam mencintai dunia.”
Lalu, ditambahkannya: ”Di negara kita, penyakit cinta dunia yang berlebihan itu merupakan gejala yang ”baru”, tidak kita jumpai pada masa revolusi, dan bahkan pada masa Orde Lama (kecuali pada sebagian kecil elite masyarakat). Tetapi, gejala yang ”baru” ini, akhir-akhir ini terasa amat pesat perkembangannya, sehingga sudah menjadi wabah dalam masyarakat. Jika gejala ini dibiarkan berkembang terus, maka bukan saja umat Islam akan dapat mengalami kejadian yang menimpa Islam di Spanyol, tetapi bagi bangsa kita pada umumnya akan menghadapi persoalan sosial yang cukup serius.”
Manusia-manusia yang cinta dunia akan kehilangan jiwa pengorbanan. Syekh Amir Syakib Arsalan dalam buku terkenalnya, Limaadzaa Taa’kkharal Muslimun wa-limaadzaa Taqaddama Ghairuhum menyebutkan, bagaimana besarnya sikap berkorban dari kaum Yahudi dan bangsa-bangsa Barat, sehingga mereka mampu mengalahkan kaum Muslimin di berbagai belahan dunia. Pemuda-pemuda Italia dulu, tulis Syaikh Arsalan, merasa malu jika sampai umur 20 tahun masih ada di kampungnya. Mereka meminta izin untuk pergi berperang melawan umat Islam. Bangsa Yahudi mampu menghimpun dana yang sangat besar dan ribuan milisi berani mati demi merebut Tanah Palestina.
Islam tidak memerintahkan umatnya meninggalkan dunia. Tapi, umat Islam diperintahkan untuk menaklukkan dunia, untuk meletakkan dunia dalam genggamannya, bukan dalam hatinya. Dunia dan seisinya adalah amanah Allah. Kepemimpinan dan kekuasaan juga amanah Allah SWT. Semua akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah di akhirat nanti.
Dalam kitabnya, al-Arba’iin fii Ushuuliddin, imam al-Ghazali menulis: ”Wa’lam anna hubba ad-dunya ra’su kulli khathiiatin.” (Ingatlah, sesungguhnya cinta dunia itu adalah pangkal segala kejahatan).
Orang yang mencintai dunia, kata Imam al-Ghazali, sebenarnya orang yang sangat bodoh. ”Ketahuilah bahwa orang yang telah merasa nyaman dengan dunia sedangkan dia paham benar bahwa ia akan meninggalkannya, maka dia termasuk kategori orang yang paling bodoh,” kata al-Ghazali.
Rasulullah saw pun sudah menegaskan, ”Apabila umatku sudah mengagungkan dunia maka akan dicabutlah kehebatan Islam.” (HR at-Tirmidzi)
Banyak hadits Nabi yang serupa. Jika syahwat dunia atau keserakahan dunia sudah mencengkeram, maka tidak mungkin diharapkan akan muncul semangat perjuangan dan semangat pengorbanan untuk masyarakat dan bangsa. Dan bangsa yang sudah hilang semangat berkorbannya, tidak akan mungkin bangkit menjadi bangsa yang besar. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 23 April 2024).
Admin: Kominfo DDII Jatim
Editor; Ainur Rafiq Sophiaan