Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Bidang MPK DDII Jatim
Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Al-Qur’an mendalilkan bahwa manusia pada umumnya lalai terhadap Tuhannya ketika mendapatkan kenikmatan. Pada saat memperoleh kenikmatan, mereka bukan mengagungkan Tuhannya, tetapi justru melakukan kedurhakaan. Ini merupakan negeri yang mengundang kebinasaan.
Fenomena ini untuk menggambarkan adanya manusia yang memperoleh kenikmatan dan kenyamanan, tetapi justru lupa berkhidmat kepada Sang Pemberi kenikmatan dan kenyamanan. Bukannya mengagungkan, mereka justru melupakan Allah sehingga mempercepat kebinasaan.
Sadar Diri
Karunia besar yang diberikan Allah kepada manusia seharusnya membuat sadar diri dengan bersyukur, tetapi justru membuatnya lupa diri. Hal ini ditunjukkan paparan Al-Qur’an yang menunjukkan bahwa Allah memberi kenikmatan yang amat banyak.
Kenikmatan itu berupa curah hujan dan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Dengan curah hujan yang baik dan sumber air yang cukup maka manusia bisa menikmati berbagai hasil bumi sehingga bisa menjaga keberlangsungan hidup.
Dengan hasil bumi dan keberlangsungan hidup yang memadai maka manusia menjadi kokoh dan kedudukannya kuat. Namun ketika berkedudukan kokoh manusia justru lalai dengan melakukan dosa dengan berbagai praktek kemaksiatan. Hal ini ditunjukkan paparan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
Artinya:“Tidakkah mereka memperhatikan berapa banyak generasi sebelum mereka yang telah Kami binasakan, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukannya di bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada Anda. Kami mencurahkan hujan yang lebat untuk mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami menciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka.” (QS. Al-An’am : 6)
Al-Qur’an menggambarkan kejahatan manusia dengan menghamburkan kekayaan dengan berbagai kesenangan hidup hingga akhirnya jatuh dalam kemaksiatan. Mereka tidak menegakkan keadilan sehingga menyebar berbagai kejahatan sosial. Bahkan terjadinya praktek kemaksiatan, seperti perzinahan, perjudian, dan pesta miras sementara amar ma’ruf dan nahi munkar ditiadakan.
Al-Qur’an memaparkan bahwa berbagai kenikmatan hidup yang dirasakan manusia dihabiskan dengan hidup bersenang-senang, berbuat durhaka serta berlaku sombong. Oleh karenanya, terjadilah kerusakan massif di tengah masyarakat. hal ini dijelaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
Artinya:“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang kafir membayangkan ke neraka (seraya dikatakan kepada mereka), “Kamu telah menghabiskan (rezeki) yang baik untuk kehidupan duniamu, dan kamu telah bersenang-senang (menikmati)nya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan, karena kamu sombong di bumi tanpa mengindahkan kebenaran, dan karena kamu berbuat durhaka (tidak taat kepada Allah).” (QS. Al-Ahqaf : 20)
Lalai Petunjuk
Al-Qur’an menggambarkan bahwa akar muncul kejahatan karena lalai terhadap kenikmatan hidup serta abai terhadap peringatan Allah dengan ayat-ayat-Nya. Ketika nabi dan rasul menjelaskan aturan-aturan dan norma kehidupan agar tegak keadilan, maka manusia justru mengabaikan dan berperilaku sombong. Bahkan mereka melakukan kedurhakaan kolektif dengan menuduh sang utusan Allah sebagai pendongeng dan penyebar kedustaan. Hal ini dinarasikan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :
Artinya:”Dan di antara mereka ada yang mendengarkan bacaanmu (Muhammad), dan Kami telah menjadikan hati mereka tertutup (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan mendengarkannya tersumbat. Dan kemudian mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila terjadi mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata, “Ini (Al-Qur’an) tidak lain hanyalah dongengan orang-orang terdahulu.”
Karena sering menolak perintah-Nya, membuat hatinya tertutup dan telinganya tersumbat. Dua inilah yang melahirkan berbagai kedurhakaan dan kemaksiatan tersebar. Oleh karenanya, ketika di hadapan neraka Al-Qur’an menggambarkan ketakutan sekaligus penyesalan mendalam. Bahkan mereka ingin kembali dihidupkan ke dunia untuk menebus dosa dengan berbuat kebaikan. Hal ini dipaparkan Al-Qur’an sebagaimana dfirman-Nya :
Artinya:”Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia) tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman.” (QS. Al- Anam : 27)
Al-Qur’an menggambarkan kejujuran orang-orang yang akan dijebloskan ke dalam neraka bahwa mereka telah mendustakan kabar dari nabi dan rasul yang menyampaikan perintah Allah. Mereka pun menyesal dan ingin menebus dosa itu dengan meminta dihidupkan kembali ke dunia untuk berbuat baik. Mereka berjanji tidak akan mendustakan perintah rasul serta setia di atas jalan kebenaran.
Surabaya, 1 Mei 2024
Admin: Kominfo DDII Jatim/ss
Redaktur: Ainur Rafiq Sophiaan