Menegakkan Agama dan Janji Kemuliaan

Dr. Slamet Muliono Redjosari
Wakil Ketua Bidang MPK DDII Jatim

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Al-Qur’an menegaskan bahwa kemuliaan manusia akan diperoleh jika berpegang teguh pada agamanya. Bersungguh-sungguh dalam beragama juga akan mendatangkan bantuan Allah berupa kemuliaan dunia dan akherat. Kemuliaan di dunia berupa terjaminnya kebutuhan dunia, dan di akherat berupa tempat terbaik di sisi-Nya. Sebaliknya menyelisihi atau berlebihan dalam beragama bukan hanya tertolak amalannya, tetapi mendatangkan kehinaan di dunia maupun di akherat.


Menegakkan Agama

Bersungguh-sungguh dalam beragama bukan hanya anjuran, tetapi kewajiban bagi seorang hamba yang mengaku dirinya beriman. Menjalankan ajaran yang disampaikan nabi merupakan wujud bersungguh-sungguh dalam beragama. Hal ini berlaku kepada agama apa saja, termasuk mereka yang mengaku beriman kepada Taurat maupun Injil.

Banyak manusia yang mengaku dirinya sebagai orang yang beriman, namun bersifat formalitas. Artinya, dalam menjalankan nilai-nilai agama hanya sekedar mengikuti ritual dan tradisi yang sudah berjalan. Al-Qur’an menegaskan bahwa siapa pun yang mengaku beragama tetapi tidak bersungguh-sungguh menegakkan ajaran Taurat, Injil atau Al-Qur’an dicatat sebagai manusia yang tak beragama. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

قُلْ يٰۤـاَهْلَ الْـكِتٰبِ لَسْتُمْ عَلٰى شَيْءٍ حَتّٰى تُقِيْمُوا التَّوْرٰٮةَ وَا لْاِ نْجِيْلَ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ وَلَيَزِيْدَنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ مَّاۤ اُنْزِلَ اِلَيْكَ مِنْ رَّبِّكَ طُغْيَا نًا وَّكُفْرًا ۚ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Kamu tidak dipandang beragama sedikit pun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan Tuhanmu kepadamu.” Dan apa yang diturunkan Tuhanmu kepadamu pasti akan membuat banyak di antara mereka lebih durhaka dan lebih ingkar, maka janganlah engkau berputus asa terhadap orang-orang kafir itu.” (QS. Al-Ma’idah : 68)

Al-Qur’an mengabarkan bahwa di antara manusia yang mendengar ajaran agama, justru membuat semakin durhaka dan ingkar. Oleh karena itu, bagi orang yang beriman didorong untuk tetap istiqamah dan tidak berputus asa ketika menghadapi realitas adanya manusia-manusia yang durhaka dan ingkar dalam beragama.

Allah pun menjamin siapa pun yang menjalankan agama ini dengan memberi jaminan hidup di dunia. Jaminan hidup itu datang dari langit maupun dari dalam bumi. Hal ini merupakan penegasan bahwa manusia yang bersungguh-sungguh menegakkan nilai-nilai agama ini akan tercukupi kebutuhan dunianya. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَا مُوا التَّوْرٰٮةَ وَا لْاِ نْجِيْلَ وَمَاۤ اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِّنْ رَّبِّهِمْ لَاَ كَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ ۗ مِنْهُمْ اُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۗ وَكَثِيْرٌ مِّنْهُمْ سَآءَ مَا يَعْمَلُوْنَ

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat, Injil, dan (Al-Qur’an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Ma’idah : 66)

Apa yang dialami oleh Bani Israil bisa djadikan sebagai contoh. Ketika mereka tunduk dan patuh pada ajaran Nabi Musa, Allah mendatangkan rejeki berupa makanan berupa Manna dan Salwa. Demikian juga apa yang dialami Maryam juga demikian. Karena ibadahnya yang tulus dan Ikhlas, maka Allah mengirimkan makanan berupa buah-buahan ke dalam kamarnya. Dengan kata lain, tidak mungkin terlantar di dunia ketika seorang hamba dekat dengan Sang Pemberi kekayaan, sekaligus Pemilik langit dan bumi.

Penyimpangan Agama

Al-Qur’an memperingatkan agar menghindari berlebihan dalam beragama. Hal ini bukan hanya merugikan dirinya sendiri tetapi membuat orang lain tersesat. Betapa banyak kebinasaan kaum terdahulu disebabkan memilih jalan tradisi nenek moyang ketika datang ajaran yang disampaikan para nabi dan rasul.

Oleh karena itu, Al-Qur’an mendorong orang-orang beriman untuk bersungguh-sungguh dalam beragama dengan mengikuti petunjuk nabi. Menjalankan agama bukan dengan mengikuti tradisi yang telah dilakukan nenek moyang. Cara beragama seperti ini akan menyesatkan seorang hamba dari jalan yang lurus. Hal ini ditegaskan Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

قُلْ يٰۤـاَهْلَ الْـكِتٰبِ لَا تَغْلُوْا فِيْ دِيْـنِكُمْ غَيْرَ الْحَـقِّ وَلَا تَتَّبِعُوْۤا اَهْوَآءَ قَوْمٍ قَدْ ضَلُّوْا مِنْ قَبْلُ وَاَ ضَلُّوْا كَثِيْرًا وَّضَلُّوْا عَنْ سَوَآءِ السَّبِيْلِ

“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah : 77)

Kisah tiga pemuda yang ingin menemui Rasulullah. Namun berjumpa istri beliau Aisyah. Mereka bertanya bagaimana keseharian nabi. Setelah mendengarkan penjelasan putri Abu Bakar ini, pemuda pertama berkehendak akan bangun shalat malam tanpa tidur. Kemudian pemuda kedua mengatakan akan berpuasa terus menerus, dan pemuda ketiga mengatakan tidak akan menikah selama lamanya.
Setelah mendengar hal ini, Rasulullah langsung mengingatkan bahwa cara beragama seperti salah dan menyimpang. Bahkan Rasulullah mengatakan : “Siapa yang melakukan hal ini tidak termasuk golongan kami.”
Apa yang dilakukan oleh Mbah Benu Hajar Shaleh Pranolo, imam Jamaah Aolia Gunungkidul juga masuk kategori beragama yang berlebihan. Dia mengaku “Nelpon langsung kepada Allah” dan mendapat pembenaran untuk berhari raya Idul Fitri 5 April 2024. Hal ini berarti 5 hari lebih awal dari keputusan pemerintah, yang menetapkan 10 April 2024.

Apa yang dilakukan oleh tiga pemuda dan Mbah Benu jelas tidak lazim dilakukan oleh pengikut nabi. Dua fenomena di atas apabila mengalami pembiaran, bukan hanya menimbulkan kegaduhan tetapi akan membuka peluang untuk mengadakan inovasi dalam beragama. Cara beragama seperti ini, bukan mendapatkan kemuliaan tetapi mendatangkan kehinaan di sisi-Nya.

Surabaya, 13 April 2024

Admin: Kominfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *