Artikel ke- 1.809
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum DDII Pusat
Dewandakwahjatim.com, Depok – Mungkin kita sudah bosan mendengar atau membaca berita tentang bullying yang dilakukan sebagian pelajar di lembaga pendidikan kita. Kasus-kasus ini terus terjadi dan ironisnya modusnya pun sangat kejam. Apakah rasa kasih sayang dan rasa kemanusiaan sudah hilang?
Pada 19 Agustus 2024, situs jawapos.com menulis berita berjudul: “Keji! Begini Kronologi Dugaan Bullying yang Dilakukan Anak Artis…”
“Gua dapat info, ada perundungan di SMA Binus Intl BSD, seorang anak dipukulin sama belasan seniornya hingga masuk rumah sakit, mereka anak-anak pesohor, dan ngerinya lagi sampai disundut rokok!” tulis akun @BosPurwa dikutip JawaPos.Com dari Pojok Satu, Senin (19/2).
Selain tindak bullying, akun tersebut juga membeberkan soal geng menyimpang yang berkembang di SMA Binus. Di sekolah tersebut, dikabarkan terdapat geng remaja yang dikenal dengan nama Geng Tai (GT). Dimana, subkultur dari geng ini bergaul di sebuah toko kecil di belakang sekolah bernama Warung Ibu Hauk (WIG).
Setiap pulang sekolah, mereka dikabarkan melakukan kegiatan menyimpang yang mungkin mengandung unsur kriminal, seperti kekerasan, merokok dan vaping. Dalam subkultur ini senior/kelas 12 disebut Agit, mereka mengendalikan semua yang ada di geng. Kelompok ini telah berlangsung 9 generasi dan dimulai pada masa sekolah menengah atas…
Dan, kejadian bullying yang diduga menyeret putra Vincent Rompies, terjadi 2 Februari 2024. Disebutkan ada sekitar 40 orang terlibat dengan insiden ini. Bahkan, beberapa mengakibatkan skorsing dan bahkan drop out.
Korban disebutkan dicekik dan dipukul. Namun, orang-orang yang hadir tertawa saat mengambil gambar, dan video pemukulan. Korban juga diikat di tiang, dipukul menggunakan kayu. Sementara itu, di Instagram Story keluarga korban memastikan kasus ini sudah dilaporkan ke polisi.
“Rasaian lu pada jangan harap dapat ijazah kelulusan Binus, emosi gua dengar BAP-nya tunggu pembalasanku. Jangan harap pada tidur pulas kau, mana kau anak artis, anak orang kaya, anak pengusaha, gua kagak takut, usut sampai tuntas pak,” tuturnya.
Sementara itu, akun Instagram diduga ibu korban @Mamaallena (yang saat ini sudah hilang), membenarkan adanya bullying terhadap anaknya.
“Ya benar, adanya telah dilakukan kekerasan terhadap anak saya, yang dilakukan seniornya anak-anak kelas 3 SMA Binus International School Serpong, sekelompok geng sekolah, dan mereka mempunyai peran masing-masing dalam kejahatannya,” jelasnya.
Dia menyebutkan anaknya dihajar, dipiting, dicekik, diikat, ditendangin, diludahi, bergantian, disundutin pakai rokok di badannya.
“Dipukul, pakai kayu di belakang, dihajar bagian perutnya, dan ditonton banyak orang, masih banyak lagi yang nggak bisa saya sebutkan,” jelasnya.
Bahkan, kekerasan itu sebelum Pemilu. Dimana korban dihajar lagi dibakar tangannya pakai korek api yang dipanaskan. “Dan akan dilanjut lagi hari Kamis, untungnya keburu saya tahu dan langsung bertindak malam itu juga,” sambungnya.
Korban sendiri tidak melawan lantaran diancam. “Kenapa anak saya tidak bisa melawan, karena diancam kalau lapor dan melawan adiknya yang kelas 6 SD, akan dianiaya juga, akan dilecehkan dan bahkan mengancam membunuh,” ungkapnya.
“Menyedihkan pasti hati orang tua mana yang enggak akan kecewa begitu tahu anak-anaknya seperti kriminal,” tegasnya.”
Itulah berita kekerasan di kalangan sebagian pelajar yang susah dibayangkan akal sehat. Membaca berita itu sangatlah mengerikan. Betapa tidak! Cobalah kita baca lagi keterangan seorang yang diduga orang tua korban, berikut ini: bahwa, anaknya dihajar, dipiting, dicekik, diikat, ditendangin, diludahi, bergantian, disundutin pakai rokok di badannya; dipukul pakai kayu di belakang, dihajar bagian perutnya, dan ditonton banyak orang, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Pihak sekolah pun tentu sangat terpukul dan prihatin dengan kejadian yang melibatkan sebagian siswanya. Pihak sekolah dikabarkan telah mengambil tindakan tegas dengan mengeluarkan seluruh siswa yang terlibat pembullyan.
Karena kasus seperti ini terjadi berulangkali – bahkan sebagian terjadi di lembaga pendidikan agama – maka pemerintah perlu melakukan evaluasi yang mendasar dan menyeluruh. Pendidikan jangan hanya dimaknai sebagai proses pemberian wawasan dan ketrampilan untuk dapat mencari makan, tetapi pendidikan harus dimaknai sebagai proses untuk menjadi orang baik. Yakni, proses membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia!
Itulah amanah konstitusi. Itulah rel yang seharusnya dilalui oleh kereta pendidikan kita! Jika pendidikan kita sudah keluar dari relnya, maka tujuan pembentukan insan mulia itu tidak akan tercapai. Jangan heran jika bermunculan perilaku-perilaku yang aneh dan menyimpang dari standar akhlak mulia, di semua lini kehidupan: politik, ekonomi, kesehatan, perhubungan, hukum, bahkan pendidikan.
Kita doakan, akan ada perubahan yang mendasar dan menyeluruh pada konsep pendidikan kita, sehingga pendidikan kita kembali pada rel yang seharusnya. Wallahu A’lam bish-shawab. (Depok, 25 Februari 2024).
Admin: Kominfo DDII Jatim/ss