Oleh M. Anwar Djaelani, Wakil Ketua Bidang Pemikiran Islam – Dewan Da’wah Jatim
Dewandakwahjaim.com, Surabaya – Nabi Muhammad Saw teladan sempurna. Di semua aspek kehidupan, kita bisa mencontoh perilaku Nabi Saw. Tujuannya, agar kita bahagia di dunia dan di akhirat.
Sejumlah Pedoman
Di antara hal yang bisa kita teladani dari Nabi Saw adalah dalam hal memimpin. Pertama, Senang Bermusyawarah dalam Pengambilan Keputusan. Bahwa, walaupun Nabi Saw adalah pribadi sempurna dan ma’shum tapi selalu bermusyawarah dengan para sahabatnya untuk setiap kebijakan politiknya. Misal, dalam hal strategi perang atau bernegosiasi. Selama tidak ada wahyu yang menjelaskan atas suatu peristiwa, Nabi Saw selalu mengedepankan musyawarah dengan para sahabatnya.
Kedua, Cerdas Berkomunikasi dengan Umat. Rasulullah Saw dikenal sebagai komunikator andal dan orator ulung. Cara bertutur Nabi Saw sangatlah beradab, bahasanya tersusun indah dan mudah dipahami semua orang. Setiap perkataannya mengandung kebenaran, tepat sasaran, dan tidak berlebihan. Kalimatnya ringkas dan padat namun sarat makna.
Kata-kata Nabi Saw berasal dari hati yang bersih sepenuh kasih-sayang sehingga memiliki kekuatan yang dapat melembutkan hati yang keras sekalipun. Di pemilihan kata (diksi) selalu tepat sesuai dengan audiens yang diajak bicara. Ini, membuat setiap yang disampaikan Nabi Saw sangat berpengaruh ke jiwa-jiwa yang mendengar.
Ketiga, Tidak Suka Memperberat Urusan Umat. Bahwa kehidupan dan kebijakan Nabi Saw bersemangatkan kepada usaha mempermudah urusan umat. Beliau tidak pernah memilih untuk umatnya kecuali yang termudah, baik di aspek kebijakan, perkataan maupun perbuatannya. Sabda Nabi Saw, “Permudahlah dan jangan persulit. Berilah mereka kabar gembira dan jangan buat mereka lari” (HR Bukhari).
Dikisahkan, ada seorang lelaki menemui Rasulullah Saw dan berkata, “Sesungguhnya aku (sengaja) datang terlambat shalat subuh karena Fulan (imam shalat) terbiasa memanjangkan bacaan shalatnya. Atas hal ini Nabi SAW marah.
Beliau bersabda, “Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya ada di antara kalian yang menjadikan orang lari dari agama ini. Maka barangsiapa di antara kalian yang mengimami shalat, hendaklah ia memendekkan bacaannya sebab di belakangnya ada orang yang sudah tua, orang lemah, dan orang-orang yang sedang ada hajat/keperluan (HR Muslim).
Keempat, Mendahulukan yang Prinsip untuk Tujuan Lebih Besar. Nabi Saw pemimpin yang mampu mendahulukan tujuan yang besar dalam perundingan dengan musuh. Ini, misalnya, terjadi di Perjanjian Hudaibiyah. Saat itu klausul kesepakatannya ditolak oleh hampir semua Sahabat, yang belum mengerti. Sementara, Nabi Saw tetap istiqomah memegang kesepakatan tersebut.
Belakangan, terbukti, ada manfaat besar yang diperoleh Nabi Saw dan kaum Muslimin. Mereka berhasil memperoleh kesepakatan dan perdamaian dengan kaum Quraisy Mekkah selama 10 tahun. Umat Islam diterima secara de facto sebagai kekuatan politik dan agama yang harus dihormati dan tidak dituduh lagi sebagai pemberontak.
Dalam perkembangannya, sebagian dari buah manis perjanjian itu adalah: Agama Islam berkembang pesat. Bahkan tokoh-tokoh kafir Mekkah seperti Khalid bin Walid dan Amr bin Ash segera masuk Islam, bergabung ke barisan umat Islam.
Kelima, Pembangun Kader. Selama 23 tahun Nabi Saw berdakwah, memimpin, dan membentuk umatnya. Terutama para Sahabat Nabi Saw, menjadilah mereka sebagai kader-kader yang luar biasa militan. Mereka berakhlak mulia dan menjadi pemimpin andal.
Lihatlah, satu di antara kader itu di saat Nabi Saw wafat. Kala itu Madinah menjadi kacau. Pada situasi genting itu tampil kader bernama Abu Bakar Ash-Shiddiq Ra. Dia berbicara di hadapan masyarakat.
Setelah memuji Allah, Abu Bakar Ra berkata: “Barangsiapa menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Barangsiapa menyembah Allah, maka Allah Maha Hidup, tidak akan mati.”
Setelah itu beliau membaca Ali ‘Imraan: 144, ini: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
Atas penjelasan Abu Bakar Ra itu, masyarakat Madinah yang sempat terguncang kembali menjadi tenang. Mereka tersadarkan.
Cari dan Pilihlah!
Kita harus selalu peduli dengan isu-isu kepemimpinan. Hal ini karena peran pemimpin sangat strategis. Dia akan sangat mewarnai masyarakat yang dipimpinnya.
Alhasil, pertama, saat diberi amanah untuk menjadi pemimpin kita harus memimpin sebagaimana Nabi Saw telah contohkan. Kedua, kala kita diminta memilih pemimpin maka carilah yang punya kemampuan memimpin (setidaknya yang mendekati) seperti Nabi Saw. Pilihlah calon pemimpin yang berakhlak mulia dan memiliki karakter seperti Nabi Saw. []
Admin: Kominfo DDII Jatim/ss