PERLU WAKTU 25 TAHUN UNTUK BUKTIKAN KEUNGGULAN KONSEP PENDIDIKAN KITA

Artikel Terbaru (ke-1.601)
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusiani.id)

Ketua Umum Dewan Da’wah lslamiyah lndonesia

Dewandakwahjatim.com, Depok – Ternyata perlu waktu 25 tahun untuk membuktikan keunggulan satu konsep pendidikan Islam (ta’dib). Itu pun baru satu aspek disertai dengan kesadaran akan masih banyaknya kelemahan dalam berbagai aspeknya. Tapi, Acara Tasyakkur 25 Tahun Perguruan At-Taqwa Depok, pada 1 Muharra 1445 Hijriah, setidaknya cukup berhasil memberi gambaran tentang konsep ideal dan produknya.
Bahwa, tujuan pendidikan Islam – sebagaimana dirumuskan oleh Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas – adalah melahirkan “good man” (orang baik), atau “al-insan al-kulliy” (a universal man). Dalam bahasa Mohammad Natsir, pendidikan Islam melahirkan manusia paripurna atau manusia yang integral, atau manusia seutuhnya.


Rasulullah saw sudah memberikan panduan dan keteladanan dalam pendidikan dan berhasil melahirkan generasi gemilang (khairan naas). Umat Islam ketika itu benar-benar menjadi umat terbaik (khaira ummah). Setelah itu, lahir kembali beberapa generasi gemilang dalam sejarah Islam.
Setelah 25 tahun perjalanan Perguruan At-Taqwa Depok, saya melihat tanda-tanda lahirnya generasi gemilang itu bukan khayalan. Berangkat dari konsep ta’dib yang mengembangkan potensi anak secara optimal, tanda-tanda lahirnya generasi gemilang itu nyata. Para santri berumur belasan tahun mampu meraih adab dan ilmu secara memadai.


Bukan hanya karya ilmiah mereka yang mengagumkan, tetapi juga adab atau akhlak mereka dalam kehidupan sehari-hari. Mereka sudah dewasa pada saatnya harus dewasa, karena mereka sudah akil baligh. Mereka berani mengambil keputusan dan bertanggung jawab terhadap keputusannya.
Dan salah satu yang membedakan mereka dengan banyak anak-anak seusia mereka adalah kematangan berpikirnya dan kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai pelanjut perjuangan para nabi dan para ulama. Silakan disimak judul-judul skripsi yang mereka tulis.
Skripsi ini telah dibimbing dan diuji oleh guru-guru yang berkemampuan dalam keilmuannya. Tentu saja, kualitasnya juga disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Berikut ini judul-judul skripsi para lulusan Pesantren At-Taqwa (setingkat SMA):

  1. Alima Pia Rasyida (Islamisasi Kebudayaan menurut Sayyid Uthman bin Yahya).
  2. Nuswatul Adiba (Konsep Dewasa Persepktif Barat dan Islam serta Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental Remaja).
  3. Habiba Zahra (Lesbianisme dalam Tinjauan Pancasila).
  4. Azzahra Azka Salsabila (Kiprah Perempuan dalam Bidang Hadits: Kajian Buku al-Muhaditsat).
  5. Raihan Dzikri Hakim (Islamic Worldview dalam Untaian Puisi Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud).
  6. Umar Thoriq Ramadhan (Kritik terhadap Klaim Hak Historis Israel atas Tanah Palestina).
  7. Ali Sina Albasyiri (Nilai Positivisme dalam Pendidikan IPA Tingkat SMA di Indonesia).
  8. Yasmin Khoirunnisa Fauzi (Peran Dakwah Rohana Kudus dalam Perubahan Sosial).
  9. Ghaitsa Sahira Putri (Studi Analisis Nusyuz dan Solusi terhadap Pendidikan Pra-Nikah).
  10. Abdurrahman Assajad (Pemikiran dan Keteladanan Hamka dalam Toleransi Beragama).
  11. Faiza Kaltsum Abida (Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Tamyiz — Kajian Pemikiran Psikologi Pendidikan Zakiah Darajat)
  12. Athifa Fauzia (Konsep Pendidikan Karakter Thomas Lickona dalam Timbangan Adab).
  13. Muhammad Irfan Hakim (Jiwa Manusia dalam Perspektif Psikologi Modern dan Psikologi Islami).
  14. Muhammad Nabil Abdurrahman (Budaya dalam Pandangan Islam: Telaah Pemikiran Hamka atas Kebudayaan Minangkabau).
  15. Muhammadi Syakila ar-Rosyad (Konsep Kemajuan menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas: Sebuah Kajian Awal).
  16. Vaisal Rahmat Hidayat (Perjuangan KH Hasyim Asy’ari dalam Pendidikan Islam).
  17. Aufa Azizah (Konsep Alam dalam Perspektif Worldview Barat dan Islam).
  18. Faiz Abdurahman (Nasihat Imam Al-Ghazali kepada Penguasa: Kajian Kitab at-Tibr al-Masbuk fie Nasihatul Muluk).
  19. Shofiyah Hafizhah Irfan (Jejak Pemikiran Orientalisme-Nativistik: Praktek dan Dampaknya di Indonesia).
  20. Nailufar Afif Albary (Konsep Negara Bahagia versi Barat dalam Perspektif Islam).

Para santri itu adalah manusia merdeka.  Mereka kita didik sebagai manusia, agar menjadi manusia yang baik. Apa pun profesi mereka nanti, yang terpenting adalah mereka menjadi manusia yang merdeka; menjadi hamba Allah sejati, yang hanya memuja dan menyembah Allah semata. 

Mereka tidak dididik untuk bermental monyet, yang memahami hidupnya hanya untuk mencari makan dan mengejar syahwat satu ke syahwat lainnya. Mereka tidak dididik untuk menjadi hamba-hamba kapitalisme yang individualis pragmatis dan lupa akan tanggung jawabnya kepada masyarakat serta pejuang penegak kebenaran.


Demikianlah, perjuangan dalam lapangan pendidikan memang perlu waktu panjang. Hasinya baru mulai terlihat cukup jelas setelah 25 tahun berjalan, setelah ribuan alumni kita luluskan. Banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Tetapi, setidaknya kita sudah semakin yakin, bahwa kita sudah berada di jalan yang benar. Mohon doanya! (Depok, 23 Juli 2023).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *