Dr. Slamet Muliono Redjosari
Pengurus Dewan Da”wah, Jawa Timur
Dewandakwahjatim.com, Surabaya- Pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang, mengeluarkan pernyataan kontroversial, dan hal ini terekam publik. Dia menyatakan bahwa akan memberi ruang bagi santri wanitanya untuk menjadi khatib jumat di masjid pondoknya. Pernyataan ini bukan hanya membuat gaduh, tetapi sangat kontraproduktif bagi bangsa yang masih banyak membutuhkan pikiran-pikiran cerdas. Pernyataan terbuka ini sekaligus menguak kotak pandora yang selama ini tertutupi. Pondok yang seharusnya mendidik umat dan meneguhkan Islam, justru membuka ruang kebebasan yang merusak tatanan Islam yang sudah tertata dengan baik.
Pondok Al-Zaytun : Penyimpangan Terbuka
Pimpinan pondok pesantren Al-Zaytun, Panji Gumilang memberikan pernyataan baru yang akan memberikan kesempatan kepada santriwati untuk menjadi khatib. Hal ini tentu saja sangat menggegerkan dan membuat gaduh masyarakat yang mayoritas beragama Islam. Sebelumnya, pondok pesantren ini mengadakan shalat idul Fitri dengan mencampurkan antara laki-laki dan perempuan. Pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengklarifikasi, dan berujung menyatakan shalatnya sah. Namun publik masih menganggapnya sebagai sesuatu yang kontroversial karena shalat bercampur laki-laki dan perempuan tidak pernah dilakukan nabi, para sahabat dan generasi terbaik umat ini.
Kalau selama ini pondok Al-Zaytun dikenal sebagai pondok sangat besar dan mewah, namun melekat kontroversial, seperti diisukan dekat dengan kelompok Islam radikal, atau isu pelecehan seksual. Dengan adanya keterbukaan informasi maka masyarakat bisa menilai apakah pondok yang didirikan oleh Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang pada tahun 1989 itu termasuk kategori berada di atas jalan yang lurus atau menyimpang.
Hal ini berbeda dengan aliran Islam seperti Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) yang selama ini metode dan strategi dakwahnya tertutup dan menghindari penggunaan media sosial. Sementara banyak pengakuan yang dilakukan oleh para mantan aktivis LDII yang memviralkan kesesatan dan penyimpangannya. Publik bisa jadi menilai apa yang disampaikan oleh para mantan aktivis LDII dipandang sebagai kekecewaan atau sakit hati. Kita hanya menunggu pihak LDII apakah siap memviralkan apa yang sedang dikaji dalam forum kajian-kajian mereka. Hal ini sekaligus menjadi jawaban atas eksklusivitas mereka selama ini. Selama ini, masyarakat hanya mendapatkan isu liar yang menyatakan LDII mengkafirkan orang yang berada di luar dirinya. Surga hanya menjadi milik anggota LDII, dan orang lain yang tidak masuk LDII tempatnya di neraka.
Sudah bukan waktunya berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Karena hanya menimbulkan prasangka di antara umat Islam. Selama ini masyarakat umum beranggapan LDII tertutup, dan bahkan menganggap najis terhadap orang lain Di sisi lain, mereka memiliki hubungan yang sangat baik dengan pemerintah lokal maupun nasional. Bahkan mereka mengutus dai di luar negeri untuk menyebarkan paham keagamaannya kepada komunitas lain. Namun dakwah mereka tidak pernah diviralkan, sehingga pantas bilama publik memiliki penilaian yang miring terhadap LDII.
Nabi : Contoh Terbaik Dalam berdakwah
Nabi Muhammad berdakwah secara tertutup selama 3 tahun di rumah Arqam bin Abu Arqam. Beliau mengajarkan dan menjelaskan wahyu secara detail kepada para sahabat dekatnya. Berdakwah secara tersembunyi dipilih nabi karena pada saat itu sistem kafir Quraisy sangat kuat memerangi dakwah Islam dan siap melumat habis dakwah yang menyelisihi keyakinan mereka. Hal ini hampir mirip dengan apa yang dialami oleh para nabi dan rasul terdahulu.
Para nabi dan rasul terdahulu mengalami tekanan dakwah yang sangat kuat, hingga mendapatkan mengalami pengusiran dan pembunuhan oleh kaumnya sendiri,
ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ كَا نُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰ يٰتِ اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ الْاَ نْبِۢيَآءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَّكَا نُوْا يَعْتَدُوْنَ
” Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.” (QS. Ali ‘Imran : 112)
Berdakwah secara tersembunyi hanyalah sebuah strategi saja dengan menunggu momentum untuk menyebarkan secara terbuka. Karena hakekat ajaran Islam adalah mengajak kepada semua manusia kepada keselamatan. Artinya Islam agama agama rahmatan lil alamin sehingga tidak mungkin berdakwah secara tertutup dan tersembunyi terus menerus. Setelah keadaan memungkinkan, maka Allah pun memerintahkan Nabi Muhammad untuk berdakwah secara terbuka. Hal ini sebagaimana firman-Nya :
فَا صْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَ اَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ
“Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang yang musyrik.” (QS. Al-Hijr : 94)
Setelah mendapatkan perintah berdakwah secara terang-terangan, maka nabi mengumpulkan keluarga-keluarga besar suku Quraisy, lalu naik ke atas bukit dengan mengatakan :
أرَأَيْتَكُمْ لو أخْبَرْتُكُمْ أنَّ خَيْلًا بالوَادِي تُرِيدُ أنْ تُغِيرَ علَيْكُم، أكُنْتُمْ مُصَدِّقِيَّ؟ قالوا: نَعَمْ، ما جَرَّبْنَا عَلَيْكَ إلَّا صِدْقًا، قالَ: فإنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ
“Bagaimana pendapat kalian seandainya aku menyampaikan bahwa di belakang lembah ini ada pasukan berkuda yang bermaksud menyerang kalian?” Apakah kalian membenarkanku ? Mereka menjwab : “Benar. Kami tidak mendapati kamu kecuali berkata benar.” Maka Nabi mengatakan : Aku mengingatkan kalian adanya adzab yang keras,”
Sebagai konsekuensi agama terbuka, para dai hendaklah berdakwah, dengan merujuk kepada para nabi. Mereka wajib menjelaskan ajaran Islam dengan penjelasan secara terbuka. Bukan menutup-nutupi atau menyembunyikan ajarannya sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian gerakan dakwah Islam. Apalagi hingga menyesat-nyesatkan orang lain, tanpa memberikan penjelasan secara bijak dan terbuka tentang ajaran yang mereka anut.
Di era media sosial ini sangat memungkinkan mendidik umat dengan agama yang benar dengan penjelasan secara terbuka. Menuding kelompok lain sebagai kelompok sesat, tanpa memberi penjelasan ajaran agamanya secara terbuka, atau bahkan menutup diri terhadap masyarakat umum, bisa jadi dirinya termasuk kelompok yang sesat dan menyesatkan.
Surabaya, 4 Mei 2023