SEBELUM KULIAH,KUATKAN WORLDVIEW DAN VISI HIDUP YANG BENAR

Artikel ke-1.512
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum Dewan Da’wah

Dewandakwahjatim.com, Depok – Lulus SMA lalu diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau Perguruan Tinggi Favorit itu harapan banyak orang. Kabar itu saja sudah menggembirakan anak, orang tua, dan sekolahnya. Tetapi, dalam perspektif pendidikan Islam, itu belum cukup.
Masih perlu ditelaah, apakah anak itu sudah benar-benar siap menjalani kuliah atau tidak. Apakah dia tahu untuk apa ia kuliah. Apakah ia tahu tujuan dan arti hidupnya. Apakah dia tahu, bahwa ia berkewajiban mencari ilmu. Tahukah ia adab-adab ilmu dan ilmu apa saja yang wajib dia kuasai. Bagaimana memilih ilmu fardhu ain dan ilmu fardhu kifayah. Dan sebagainya!

Yang diperintahkan Nabi ialah mencari ilmu. Ilmu yang wajib dicari adalah ilmu nafi’ (ilmu yang bermanfaat). Kuliah di Perguruan Tinggi mana saja perlu dilihat dalam perspektif pelaksanaan kewajiban mencari ilmu. Jangan sampai, kuliah hanya dimaknai dengan tujuan bagaimana mendapatkan keterampilan kerja.

Sebelum memasuki perkuliahan di Perguruan Tinggi – yang menekankan kepada penguasaan keterampilan kerja – maka pelajar atau santri itu harus sudah memiliki worldview Islam yang kuat. Ia sudah harus paham, siapa dirinya, siapa Tuhan-nya, siapa Nabi-nya, apa tujuan hidupnya, apa kewajibannya sebagai muslim, dan apa kewajibannya sebagai anak dan bagian dari masyarakat.

Selanjutnya, sebagai orang muslim, ia harus memiliki visi kehidupan untuk menjadi orang baik dan bermanfaat bagi sesama. Visi hidup muslim adalah menjadi pejuang di jalan Allah, melanjutkan perjuangan para nabi dan ulama-ulama pewaris nabi.

Jangan sampai anak-anak muslim dijejali dengan pemikiran bahwa tujuan hidup mereka yang utama adalah bagaimana “survive” atau bisa mencari makan, sebagai kelanjutan dari bangsa kera bernama “hominid”. Sejak duduk di bangku sekolah, anak-anak dijejali paham bahwa sumber daya alam terbatas dan diperebutkan oleh manusia yang pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan sumber daya pangan.
Bani Adam diturunkan ke bumi untuk menjadi khalifatullah fil-ardh; menjadi khalifah Allah di muka bumi. Bani Adam diciptakan untuk beribadah kepada Allah. Misi hidupnya adalah menjadi manusia yang berguna pada sesama. Itulah makna ia menjadi pejuang di jalan Allah.

Visi dan misi hidup seorang muslim ini harus ditanamkan kuat-kuat pada diri pelajar sebelum ia memasuk bangku kuliah. Apalagi, jika ia kuliah di kampus sekuler dan jurusan atau prodi yang didominasi ilmu-ilmu sekuler yang materialis dan atheis. Di kampusnya, ia tidak dididik menjadi orang yang sholeh dan tidak ditanamkan nilai-nilai akhlak mulia.

Jangan heran, jika kemudian terjadi praktik-praktik kotor dalam dunia pendidikan, seperti suap-menyuap penerimaan mahasiswa baru dan aneka kecurangan lainnya. Untuk meraih jabatan rektor di suatu kampus, kadang dilakukan dengan cara-cara yang tidak bermoral. Misalnya, menyebarkan fitnah terhadap rival-nya.
Padahal, dunia kampus adalah miniatur peradaban. Di dunia kampus inilah sepatutnya nilai-nilai luhur dan akhlak mulia ditegakkan. Perguruan Tinggi akan melahirkan para pemimpin masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Karena itu jika ingin memperbaiki masyarakat, perbaikilah Perguruan Tingginya. Jadikan Perguruan Tinggi sebagai tempat pendidikan ideal yang mendidik mahasiswanya menjadi manusia-manusia beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.

Kualitas pemimpin masyarakat 20 tahun ke depan ditentukan oleh kualitas iman dan akhlak para lulusan Perguruan Tinggi. Jika kepala para sarjana itu dijejali dengan pandangan bahwa kriteria kesuksesan yang utama adalah “uang dan jabatan”, maka jangan heran jika 20 tahun ke depan, korupsi dan aneka kecurangan akan merajalela.

Sementara itu, dengan banyaknya jumlah mahasiswa, maka akan semakin berat pula memberikan pendidikan kepribadian yang ideal. Apalagi, jika para dosennya tidak dapat dijadikan sebagai teladan dalam kehidupan. Dosen hanya diperankan sebagai pengajar dan pelatih ketrampilan kerja; bukan teladan dalam ibadah dan akhlak mulia.

Dalam kondisi seperti ini, maka jalan yang paling aman bagi orang tua adalah mengirimkan anak-anaknya untuk kuliah di kampus yang mengutamakan pendidikan iman, taqwa, dan akhlak mulia. Lebih utama lagi, kuliah di kampus-kampus yang mendidik mahasiswanya menjadi pejuang penegak kebenaran.
Bagaimana dengan aspek profesionalisme atau ketrampilan yang perlu dikuasai untuk mendapat pekerjaan atau hidup mandiri? Jawabnya: Ketrampilan hidup merupakan ilmu fardhu kifayah, yang wajib dimiliki seseorang sesuai dengan keperluan masyarakat dan potensi pribadinya. Perguruan Tinggi ideal wajib memberikan bekal profesionalisme kepada para mahasiswanya. Tetapi ini tidak wajib dimiliki oleh setiap muslim.

Sebagai contoh, seorang sarjana muslimah yang menjadi tanggungan orang tua atau suaminya, maka ia tidak wajib untuk bekerja. Ia tidak wajib, misalnya, menjadi sarjana komputer atau sarjana akuntansi. Yang wajib adalah ia menjadi muslimah yang baik; baik sebagai anak, baik sebagai istri, baik sebagai ibu, atau baik sebagai bagian dari umat Islam yang wajib melaksanakan dakwah sesuai dengan kemampuannya.
Karena itulah, sebelum seseorang memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi, harus dipastikan bahwa pelajar atau santri itu memiliki worldview yang benar. Ia harus sudah memiliki visi hidup yang benar pula. Itu bisa dilihat dari cara berpikirnya, tulisan-tulisannya, dan juga perilakunya sehari-hari.
Inilah sebenarnya kewajiban orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Agar anak-anaknya menjadi orang yang baik dan berguna. Inilah visi dan misi hidup seorang muslim, yang terus-menerus perlu ditanamkan dalam dirinya. Pendidikan itu harus menguatkan fitrah manusia. Bukan justru menjauhkan manusia dari fitrahnya. Kita ingat pesan Rasulullah saw: setiap anak lahir dalam fitrahnya. Kedua orang tuanya yang mendidiknya menjadi Yahudi, Nasrani atau Majuzi.
Semoga kita dan keluarga kita senantiasa diberikan bimbingan oleh Allah SWT dalam menjalani kehidupan, sehingga selamat dunia akhirat. Amin. (Depok, 25 April 2023).

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *