Artikel ke-1.354
Oleh: Dr. Adian Husaini
Ketua Umum Dewan Dakwah
Dewandakwahjatim.com, Kuala Lumpur - Pada hari Selasa (15/11/2022), saya menemani para santri At-Taqwa College Pesantren At-Taqwa Depok berkunjung ke Wisma Ta’dib di Malaysia. Di sini, para santri menerima wejangan-wejangan penting dari Prof. Wan Mohd Nor Wan Daud. Para santri itu dipersilakan bertanya apa saja seputar adab, ilmu, pendidikan, peradaban, dan sebagainya.
Pada awalnya, Prof. Wan Mohd Nor membandingkan ketika beliau berumur 17-18 tahun. Ketika itu, beliau pergi ke Lahore Pakistan untuk belajar ilmu kedokteran. Tetapi, karena sesuatu hal, beliau berpindah belajar tentang pendidikan sains ke Amerika Serikat. Perjalanan itulah yang mengantarkannya untuk menyelesaikan Ph.D. di Chicago University, di bawah bimbingan Prof. Fazlur Rahman.
Kepada para santri yang rata-rata berumur 17-18 tahun, Prof. Wan Mohd Nor meminta agar mereka bersyukur atas apa yang mereka dapatkan saat ini. Sebab, ini hal yang sangat jarang terjadi pada anak-anak usia mereka. Di usia relatif muda, mereka sudah menerima pelajaran yang cukup tinggi.
Sebelumnya, saya menjelaskan, bahwa Pesantren At-Taqwa Depok menerapkan sistem Pesantren dan Sekolah Terbuka. Artinya, para santri mendapatkan pendidikan intensif di Pesantren selama enam tahun, dengan tiga jenjang pendidikan kepesantrenan, yaitu: (1) Shoul-Lin al-Islami (2) Pesantren for the Study of Islamic Thought and Civilization (PRISTAC) dan Pesantren Tinggi At-Taqwa College. Pada saat yang sama, para santri mengikuti jenjang pendidikan formal di SMP dan SMA negeri yang ditunjuk oleh pemerintah Kota Depok.
Konsep dasar pendidikan di Pesantren At-Taqwa Depok adalah: (1) Pesantren Shoul-Lin al-Islami ditujukan untuk menyiapkan kedewasaan para santri. Sebab, anak-anak sudah harus dipandang dewasa ketika mereka berumur sekitar 14,5 tahun. Ketika itulah mereka menjadi mukallaf. Mereka harus bertanggung jawab terhadap perbuatan mereka sendiri. Maka, pendidikan harus mendewasakan anak pada waktunya ia harus dewasa.
Pada tahap inilah, para santri dikuatkan adab atau akhlak mulianya dan dikokohkan ilmu-ilmu fardu ain-nya. Pada jenjang Shoul-Lin al-Islami, para santri wajib mengkhatamkan sekitar 20 “kitab kuning”, baik yang berbahasa Arab maupun Arab melayu.
Jenjang pendidikan PRISTAC menyiapkan kemandirian para santri. Sebab, pada umur sekitar 15-17 tahun, mereka sudah mulai dikenalkan dengan tantangan pemikiran dan kehidupan. Sedangkan pada jenjang Pesantren Tinggi, disiapkan keunggulan para santri.
Jadi, Pesantren At-Taqwa Depok memang menekankan keunggulan dalam aplikasi adab atau akhlak mulia, pemikiran Islam, kajian peradaban, sejarah, dan juga kemampuan komunikasi – baik lisan maupun tulisan. Para santri PRISTAC diwajibkan menulis makalah ilmiah yang serius tentang pemikiran dan peradaban Islam. Sedangkan pada jenjang Pesantren Tinggi mereka diwajibkan menulis Skripsi. Mereka harus mempresentasikan makalah dan skripsinya di Indonesia atau di Malaysia.
Pada jenjang At-Taqwa College (Pesantren Tinggi), para santri belajar sekitar 40 mata kuliah. Disamping itu, mereka juga secara intensif mendapatkan pendidikan adab selama tinggal di Pesantren. Selama itu, mereka diperhatikan ibadah, bacaan dan hafalan al-Quran, serta kehidupan sehari-harinya.
Pendidikan aqidah Ahlus Sunnah wal-jamaah dikaji selama 1 semester. Mata kuliah lainnya adalah: Islamic Worldview, Sirah Nabawiyah, Sejarah Peradaban Islam, Sejarah Perjuangan Umat Islam Indonesia, Islam dan Pancasila, Sejarah Sains Islam, Sejarah Politik Islam di Indonesia, Sejarah Dakwah Wali Songo, Pemikiran para Ulama Nusantara, Pemikiran Buya Hamka, Pemikiran KH Hasyim Asy’ari, Pemikiran Mohammad Natsir, Perbandingan Agama, Islam dan Budaya, Pengantar Filsafat Barat, Filsafat Islam, Ilmu Mantiq, Peradaban Barat dan Pengaruhnya, Reading buku “Islam and Secularism”, Reading Kitab Ilmu Ihya’ Ulumiddin, Teknologi Informasi, Public Speaking, Teknik Menulis Ilmiah, dan sebagainya.
Kepada para santri At-Taqwa College itu, Prof. Wan Mohd Nor berkisah, bahwa beliau baru membaca intensif karya-karya Prof. Naquib al-Attas setelah berjumpa dengan Prof. al-Attas di Chicago. Itu pun setelah diminta Prof. Fazlur Rahman untuk membantu Prof. al-Attas dalam melakukan penelitian tentang karya Syekh Nuruddin al-Raniri. Bahkan, Fazlur Rahman menyatakan, bahwa Prof. al-Attas adalah seorang “genius”.
Karena itulah, para santri At-Taqwa College diminta Prof. Wan untuk mensyukuri kesempatan yang diberikan oleh Allah dan menjaga adab selama belajar. Tentang makna “beradab sebelum berilmu”, Prof. Wan menjelaskan, bahwa adab tetap diperlukan ketika seorang mencari dan mengamalkan ilmunya.
Dialog antara para santri At-Taqwa College dengan Prof. Wan Mohd Nor itu berlangsung sekitar 2 jam. Sebelumnya, di Wisman Ta’dib itu, para santri juga mendapat pelajaran berharga dari Prof. Madya Wan Suhaimi. Wisma Ta’dib adalah kediaman Prof. Wan Mohd Nor yang lama, yang dalam proses pembangunannya mendapatkan arahan dari Prof. Naquib al-Attas. Wisma ini sangat indah dan beraroma klasik. Suasananya pun sangat nyaman untuk belajar.
InsyaAllah, para santri At-Taqwa College Depok akan berada di Malaysia sampai 22 November 2022. Semoga Allah melindungi dan memudahkan jalan mereka untuk mendapatkan ilmu dan hikmah dalam Rihlah Ilmiah ini. Aamin. (Kuala Lumpur, 15 November 2022).