ISREAL KEMBALI TERBELAH SOAL NEGARA PALESTINA

Artikel ke-1302
Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)
Ketua Umum Dewan Dakwah

Dewandakwahjatim.com, Depok – Laman berita koran Israel Haaretz (23/9/2022), menulis berita berjudul: “Praise, Condemnation After Lapid Reaffirms Commitment to Two-state Solution.” Ditulis resume beritanya: “Biden welcomes ‘courageous statement’ from Israeli leader, but former PM Netanyahu accuses Lapid of opening the door to ‘a terror state’.”

Berita itu mengabarkan tentang Pidato PM Israel Yair Lapid di Majelis Umum PBB, Kamis (22/9/2022), yang mendorong kembali gagasan solusi dua negara (Israel-Palestina). Segera pidato PM Lapid itu mendapat dukungan dari Presiden AS Joe Biden. Bahkan, Biden menyebut pidato Lapid itu sebagai “pernyataan yang berani”.
Presiden Biden juga sangat setuju dengan pernyataan Lapid, bahwa perjanjian damai dengan Palestina – berdasar solusi dua negara untuk dua bangsa – merupakan hal yang tepat untuk keamanan dan ekonomi Israel, serta untuk masa depan anak-anak Israel sendiri.

Akan tetapi, pernyataan PM Lapid itu menuai protes dan kecaman keras dari kalangan oposisi sayap kanan. Pemimpin Oposisi Benjamin Netanyahu menyebut pidato Lapid itu sebagai bentuk kelemahan, kekalahan dan penyerahan diri. “The speech exuded weakness, defeat, and bowing of heads,” kata Netanyahu.
“Lapid has said in the past that he’s willing to evacuate 90,000 Israelis in order to establish a Palestinian state. Now he intends to give them a terror state in the center of the country, one that will threaten all of us,” kata Netanyahu.

Kecaman juga datang dari Pemimpin Zionisme Religius Bezalel Smotrich. Ia menyebut pidato Lapid akan memicu aksi teror dan perpecahan, serta akan mengusir ribuan Yahudi dari rumah-rumah mereka.
Dukungan terhadap pidato Lapid juga diberikan oleh Pemimpin Partai Buruh Merav Michaeli dan Pemimpin Partai Meretz Zehava Galon. Michaeli menyebut pidato Lapid itu bersifat strategis dan sangat penting bagi Israel. Menurutnya, Partai Buruh Israel akan terus mendukung dan mempromosikan solusi diplomatik untuk menjamin kesejahteraan Israel dan masa depan Israel sebagai negara demokrasi.
(Lebih jauh, lihat: https://www.haaretz.com/israel-news/2022-09-23/ty-article/.premium/praise-condemnation-after-lapid-reaffirms-commitment-to-two-state-solution/00000183-66ec-db37-a383-6effd1570000)


Demikianlah, selama puluhan tahun, solusi antara Palesina dan Israel senantiasa menuai pro-kontra di dalam negara Israel. Sejak Perjanjian Oslo, 1993, rakyat Israel selalu terbelah. Sebagian mendukung, dan sebagian menolak. Bahkan, kalangan ekstrimis Yahudi, melakukan aksi kekerasan dengan membunuh PM Israel Yitzak Rabin, tahun 1995. Yitzak Rabin dituduh akan menyerahkan “Tanah yang dijanjikan Tuhan” kepada bangsa selain Yahudi.

Kasus Pidato Lapid di Majelis Umum PBB ini kembali membuka mata dunia, bahwa akar masalah perdamaian dunia adalah menguatnya fundamentalisme Yahudi yang mengklaim Palestina sebagai negeri yang dijanjikan Tuhan untuk bangsa Yahudi. Israel sudah mencaplok 100 persen wilayah Palesina. PBB sudah mengesahkan berdirinya negara Zionis Israel. Tetapi, PBB tidak mengesahkan pendudukan Israel terhadap Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta Kota Jerusalem.

Dengan alasan hak teologis atas Tanah Palestina itu, kaum Yahudi fundamentalis terus-menerus menyerobot Tanah Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza, yang secara hukum internasional tidak berhak mereka duduki. Kejahatan orang-orang Yahudi inilah yang terus memicu bentrokan dan pembunuhan terhadap warga Palestina.

Dalam diskusi tentang Palestina pada 18 Mei 2021, sukarelawan kemanusiaan Indonesia di Palestina, Abdullah Onim melaporkan bahwa ketika itu sudah lebih dari 200 warga Palestina yang gugur dibantai Israel. Ribuan lainnya luka-luka. Onim mengaku, sewaktu-waktu dirinya pun bisa menjadi sasaran rudal dan bom Israel. Malam itu, katanya, lebih dari 150 serangan udara dilakukan Zionis Israel.

Wartawan Anadolu, Turki, Pizaro Gozali menyampaikan data-data seputar akar masalah meletusnya peperangan beberapa hari terakhir ini. Akar masalahnya adalah penjajahan dan pengusiran warga Palestina oleh kaum Yahudi Zionis. Berdasarkan laporan Biro Statistik Palestina, tahun 1920-1948, Yahudi hanya menguasai 6,2 persen wilayah Palestina. Kini, negara Zionis Israel sudah menguasai sekitar 85 persen wilayah Palestina.

Pada akhir tahun 2020, populasi Palestina mencapai 13,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 49,7 persen, dibanding saat mereka terusir dari negerinya. Jumlah orang Palestina sudah hampir menyamain jumlah populasi Yahudi di dunia. Karena itu, sudah sangat sepatutnya, jika warga Palestina mendapatkan hak kemerdekaanya. Bandingkan dengan penduduk Timor Timur yang bisa merdeka dengan jumlah hanya sekitar 700 ribu jiwa.

Salah satu bagian paparan Pizaro yang menarik adalah tayangan video wawancara wartawan Anadolu dengan beberapa pemukim Yahudi di Tepi Barat. Para warga Yahudi itu menyatakan bahwa tanah pendudukan di Tepi Barat itu sudah menjadi hak orang Yahudi untuk tinggal di situ. Ada yang bilang, sebelum bangsa Palestina tinggal di situ, bangsa Yahudi sudah tinggal lebih dulu di daerah itu. Para pemukim Yahudi itu tidak mau tahu, bahwa tanah yang mereka diami merupakan daerah pendudukan Israel yang secara hukum internasional adalah hak bangsa Palestina.
Menyimak tayangan video tersebut, tampak nyata, bahwa orang-orang Yahudi itu sudah didoktrin oleh agama mereka, bahwa hanya orang Yahudi-lah yang berhak mendiami tanah yang dijanjikan Tuhan. Itu artinya, kaum Yahudi melihat masalah Tanah itu dari sudut pandang agama mereka, meskipun sebagian besar kehidupan orang Yahudi sekarang sudah sekuler.
Masalah permukiman ilegal Yahudi ini merupakan salah satu masalah pelik penyelesaian masalah penjajahan Yahudi di Palestina. Sebagai contoh, di dua pemukiman Yahudi di Tepi Barat, yaitu Modi’ in Illit dan Beitar Illit, terjadi peningkatan populasi Yahudi sampai 435 persen dalam kurun 2010-2020. Tahun 2010, jumlahnya 32.200 jiwa, dan tahun 2020 sudah mencapai 140.053 jiwa. Menurut data yang dipaparkan Pizaro, pemerintah Israel memberikan berbagai insentif bagi orang-orang Yahudi yang tinggal di tanah illegal itu, sehingga orang-orang Yahudi pun berbondong-bondong datang dan bertempat tinggal di Tepi Barat.
Jadi, kaum Yahudi merampok tanah Palestina dengan alasan ajaran agama mereka. Bahwa, menurut klaim Yahudi, itulah tanah yang dijanjikan Tuhan untuk mereka. Kasus ini menunjukkan pertumbuhan ekstrimisme Yahudi yang semakin meningkat. Pada tanggal 28 Februari 2012, saya diundang oleh LIPI untuk membahas hasil penelitian LIPI tentang perkembangan fundamentalisme Kristen di AS dan fundamentalisme Yahudi di negara Israel.
Ketika itu, sudah tampak meningkatnya kecenderungan fundamentalisme Kristen dan Yahudi. Contoh aksi-aksi Yahudi fundamentalis adalah aksi Yigal Amir yang membunuh PM Israel Yitzak Rabin pada tahun 1995. Setahun sebelumnya, 1994, ekstrimis Yahudi Baruch Golsdtein membantai kaum muslimin yang sedang shalat subuh di Masjid Hebron.

Kasus Pidato Lapid di Majelis Umum PBB ini kembali memanaskan situasi politik di Israel. Kita tunggu, apakah PM Lapid mampu bertahan atau berhasil dilengserkan oleh kekuatan politik fundamentalis Yahudi. (Depok, 24 September 2022).

Admin: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *