Kasih Sayang Allah Tak Bertepi?

Oleh: Ust. Hidayatullah
Pengurus DDII Jatim Bidang Organisasi

Dewandakwahjatim.com, Surabaya –
عن إبى هريرة رضي الله عنه، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قالَ: إنَّ لِلَّهِ مِئَةَ رَحْمَةٍ أَنْزَلَ منها رَحْمَةً وَاحِدَةً بيْنَ الجِنِّ وَالإِنْسِ وَالْبَهَائِمِ وَالْهَوَامِّ، فَبِهَا يَتَعَاطَفُونَ، وَبِهَا يَتَرَاحَمُونَ، وَبِهَا تَعْطِفُ الوَحْشُ علَى وَلَدِهَا، وَأَخَّرَ اللَّهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً، يَرْحَمُ بِهَا عِبَادَهُ يَومَ القِيَامَةِ. رواه مسلم
Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat. 1 rahmat di antaranya diturunkannya kepada kaum jin, manusia, hewan, dan tetumbuhan. Dengan rahmat itulah mereka saling berbelas kasih dan menyayangi. Dengannya pula binatang liar mengasihi anaknya. Dan Allah mengakhirkan 99 rahmat untuk Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya pada hari kiamat.”( HR. Muslim)

Rahmah Allah

Rahmah Allah meliputi kasihv sayang Allah kepada setiap makhlukNya tanpa kecuali. Kullu siwallahi makhluqun, semua selain Allah adalah makhluk yakni yang diciptakan oleh Allah. Allah menurunkan rahmahNya dengan menciptakan ciptaanNya, lebih istimewa adalah kepada manusia yang diciptakan dengan sebaik-baik ciptaanNya. Inilah kemudian yang membuat iri dan jengkel Iblis kepada manusia.

Sudah tentu karena sebagai makhluk yang teristimewa manusia memiliki beban atau tanggung jawab untuk merawat dan melestarikan semua yang ada di bumi ini. Maka jabatan manusia begitu istimewa pula yaitu sebagai khalifatullah fil ardl, sebagai wakil Allah di muka bumi.

Bukan secara fisik semata manusia tercipta dengan istimewa. Sesuai dengan fungsi di atas yaitu sebagai khalifah maka manusia dibekali dengan kemampuan yang istimewa pula. Bisa kita saksikan karya manusia saat ini dalam bidang teknologi, memiliki lompatan yang sangat dahsyat yang susah dipahami oleh sebagain besar manusia itu sendiri. Itulah diantara anugrah Allah yang wajib selalu disyukuri.

Seimbang memenuhi kebutuhan

Tak terelakkan bahwa manusia memeliki dua dimensi dalam kehidupannya, yaitu jasmani dan ruhani. Asupan ruhani harus selalu diberikan secara penuh karena hal itu sebagai wujud sandaran vertical atau sandaran hati. Hati dari sisi bahasa berasal dari kata qalaba yaqlibu bermakna bolak-balik, maka supaya gerakan hati lebih bernuansa ketenangan maka harus selalu disandarkan kepada Allah, yaitu dengan cara berdzikir kepada Allah dengan segala dimensinya.

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (ar Ra’d; 28)

Dimesni dzikir diantaranya adalah taat dengan penuh keikhlasan, juga tawakkal dengan sepenuhnya kepada Allah sekaligus selalu berbaik sangka kepada Allah. Di situlah letak ketentraman hati. Bahwa hidup harus selalu bersandar kepada Allah secera penuh dan tidak bertendesi mengharapkan penghargaan dan lemuliaan dari manusia lainnya.

Rahmah Allah 100%

Dalam hadits yang lain Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ خَلَقَ الرَّحْمَةَ يَوْمَ خَلَقَهَا مِائَةَ رَحْمَةٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعًا وَتِسْعِينَ رَحْمَةً وَأَرْسَلَ فِي خَلْقِهِ كُلِّهِمْ رَحْمَةً وَاحِدَةً فَلَوْ يَعْلَمُ الْكَافِرُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الرَّحْمَةِ لَمْ يَيْئَسْ مِنْ الْجَنَّةِ وَلَوْ يَعْلَمُ الْمُؤْمِنُ بِكُلِّ الَّذِي عِنْدَ اللَّهِ مِنْ الْعَذَابِ لَمْ يَأْمَنْ مِنْ النَّارِ

Sesungguhnya Allah Swt mencipatakan rahmat, pada hari penciptaannya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan 100 rahmat, kemudian Dia menahan disisi-Nya 99 rahmat, dan melepeskan untuk seluruh ciptaannya satu rahmat. Jadi, jika orang kafir mengetahui seluruh rahmat yang ada pada sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan putus asa dari (mendapatkan) surga, dan Jika seorang yang beriman mengetahui seluruh bentuk azab yang ada pada sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka dia tidak akan merasa aman dari neraka. (HR. Bukhari)

Semua yang ada dan kita rasakan pada diri kita adalah kasih sayang Allah. Selanjutnya bagaimana manusia merawat kesetiaannya kepadaNya dengan kasih-sayangNya tersebut. Adakalanya manusia berusaha melepaskan diri kemudian menganggap dirinya memiliki kemampuan, lalu kemudian ia tidak mau secara 100% menerima bahwa semua yang ada pada dirinya adalah dari Allah, maka jadilah ia mengatur dirinya menurut selera pribadi, dan tidak peduli aturan Allah dalam hal tertentu itu. Padahal kasih sayang Allah 100% padanya.

Syariat Allah, RahmahNya yang terbesar

Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan syariatNya kepada manusia merupakan wujud kasih sayang Allah yang terbesar, karena manusia sehebat apapun dan bergelar akademik tertinggipun tidak akan mampu merumuskan teori sendiri untuk mengatur kehidupan masyarakatnya.

Allah menurutkan syariatNya dalam rangka memberikan ketentuan kepada manusia agar manusia tidak bersusah-susah untuk membuat rumusan teori tentang problem kehidupan masyarakat. Sehingga tidak perlu kemudian manusia bersibuk-sibuk merumuskan konsep kehidupanya sendiri, karena semua itu telah disediakan secara sempurna oleh Allah.

Karena itu di dalam syariat itu pasti mengandung kebenaran universal yang dapat berlaku bagi setiap manusia, dan nuansa yang ada di dalamnya adalah asas manfaat dan berdimensi keadilan bagi semuanya tanpa terkecuali.

۞شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحٗا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ كَبُرَ عَلَى ٱلۡمُشۡرِكِينَ مَا تَدۡعُوهُمۡ إِلَيۡهِۚ ٱللَّهُ يَجۡتَبِيٓ إِلَيۡهِ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِيٓ إِلَيۡهِ مَن يُنِيبُ

Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya). (asy syura; 13)

Jadi, kurang apa Allah kepada kita umat manusia ini? Apa yang tidak diberikan dan disediakan oleh Allah? Masihkan kita bersandar kepada Allah dan sekaligus mengakui bahwa kita juga hebat, sehingga butuh pengakuan orang lain? Kita hanyalah ibarat serpihan dari sebutir pasir di pantai yang tidak berarti sama sekali, yang mudah dihempaskan oleh ombak lalu hilang kemana arahnya. Kita bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa, tidak ada dan tidak perlu ada yang bisa kita banggakan dalam diri ini, yang hebat dan luar bias itu hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan kasih sayangnya yang tak bertepi. Mari tundukkan hati hanya kepadanya secara penuh!. Wallahu a’lam. [*]

Editor: Sudono Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *