BUKAN DENGAN BOM, TETAPI DENGAN PENDIDIKAN DAN DAKWAH!

BUKAN DENGAN BOM, TETAPI DENGAN PENDIDIKAN DAN DAKWAH!

Oleh: Dr. Adian Husaini

Ketua Umum DDII Pusat (www.adianhusaini.id)

dewandakwahjatim.com – Pada 10 Desember 1945, dalam jamuan makan malam acara ulang tahun Hadiah Nobel, di New York, Albert Einstein menyampaikan satu pidato bertajuk: ”The War is Won, but the Peace is Not.”

Saat itu, Einstein menyatakan, bahwa para ilmuwan telah membantu menciptakan senjata-senjata baru untuk tujuan perdamaian. Senjata-senjata itu kini dipercayakan kepada Amerika Serikat dan Inggris sebagai ‘wakil’ umat manusia dalam menciptakan perdamaian dan kebebasan.
Tetapi, kata Einstein, ”So far we have no guarantee of peace nor of any of the freedoms promised by the Atlantic Charter. The war is won, but the peace is not. The great powers, united in war, have become divided over the peace settlements. The peoples of the world were promised freedom from fear; but the fact is that fear among nations has increased enormously since the end of war.”
Memang, akhir Perang Dunia II banyak memberikan harapan kepada umat manusia untuk menikmati perdamaian, keadilan, dan kesejahteraan. Namun, harapan itu berlangsung tidak lama, sebab dunia segera memasuki babak ‘Perang Baru’ yang lebih panjang yang dikenal sebagai Perang Dingin (Cold War). Kemenangan Barat juga tidak mewujudkan perdamaian bagi umat manusia, sebagaimana yang pernah diimpikan Einstein.
Perang Dingin — meskipun distilahkan dengan ‘Dingin’ — telah menelan begitu banyak korban nyawa manusia. Jutaan orang terbunuh di Vietnam, Korea, Afghanistan, dan sebagainya. Berakhirnya Perang Dingin pun belum membuat dunia semakin damai. Jutaan nyawa manusia pun melayang.

Masalah Palestina, Muslim Rohingya, Uighur, dan sebagainya, belum juga terpecahkan. Perang melawan terorisme, yang digelorakan dengan kencang pasca 11 September 2001, ternyata belum juga menenteramkan umat manusia. Perang melawan terorisme telah berlangsung sekian lama. Kapankah akan berakhir?
Pada 8 Februari 2002, kalangan NGO yang tergabung dalam “Forum Sosial Dunia: Seruan Untuk Gerakan Sosial” membuat seruan, bahwa, ”Peristiwa 11 September telah melahirkan perubahan dramatis. Setelah serangan teroris, yang secara mutlak kami kutuk, seperti juga kutukan kami atas serangan terhadap warga sipil di seluruh dunia, pemerintah Amerika dan sekutunya melakukan operasi militer massif. Serangan terhadap hak-hak sipil dan politik atas nama ‘perang melawan terorisme’ berlangsung di seluruh dunia. Perang melawan Afganistan, menggunakan metode yang sama dengan para teroris, yang dilakukan dalam fron yang lebih luas. Ini adalah awal perang global permanen untuk meneguhkan dominasi pemerintah Amerika dan sekutunya.”
Invasi ke Irak, pada Maret 2003, meluluhlantakkan harapan berfungsinya sistem hukum internasional, yang diharapkan mampu menjamin berlakunya tata dunia yang adil. Lalu, bagaimana dunia keluar dari kemelut? Mengacu pada pernyataan Einstein, AS dan Inggris yang diberi amanat memegang kekuatan dunia, tentu saja merupakan pihak yang paling diharapkan berlaku adil dan fair terhadap dunia internasional.

Mungkinkah itu terjadi? Mantan pejabat Deplu AS, William Blum, dalam bukunya, The Rogue State, memberi resep untuk menghentikan aksi terorisme. Hanya dalam beberapa hari, kata Blum, tidak akan ada lagi terorisme terhadap AS dan sekutunya. Dan itu bersifat permanen. Caranya, pertama, Blum akan meminta maaf kepada semua janda dan anak yatim, orang-orang yang terluka dan termiskinkan akibat ulah imperialisme AS.
Kedua, ia akan umumkan dengan jiwa yang tulus, ke seluruh pelosok dunia, bahwa intervensi global AS telah berakhir, dan umumkan bahwa Israel tidak lagi menjadi negara bagian AS yang ke-51. Lalu, Blum — andai jadi Presiden AS — akan memotong anggaran belanja pertahanan AS, sekurangnya 90 persen, dari angka 330 miliar dolar AS per tahun.

Ketidakadilan!
Bagaimana dengan nasib umat Islam? Tragedi WTC telah mengubah peta dan wajah politik internasional. Arah politik dunia, mirip dengan apa yang disarankan oleh ilmuwan neo-konservatif seperti Samuel Huntington dan Bernard Lewis, yakni menempatkan ”Islam fundamentalis” atau ”Islam militan” sebagai musuh utama dunia internasional.
Saat berdialog dengan Anthony Giddens, tahun 2001, Huntington menegaskan, ”But militant Islam is clearly a threat to the West-through terrorists.” Nasehat Huntington terhadap negar-negara Barat dalam menghadapi Islam, dapat dibaca dalam bukunya: Who Are We? (2004).
Sebuah analisis yang dibuat Michele Steinberg, pada 26 Oktober 2001, di Executive Intelligence Review, juga menyebutkan, Perang Irak adalah batu skenario menuju ‘Perang Global’ yang menghadapkan ”Islam dengan Barat”. (But Iraq is just another stepping stone to turning the anti-terrorist war into a full-blown clash of civilizations, where the Islamic religion would become the enemy image in a New Cold War).

Apa yang terjadi sekarang tampaknya sebuah ‘skenario’ yang mencoba menyeret dunia pada Benturan Barat dan Islam. Kaum Muslim perlu memahami dan menyadari situasi dan pola baru dalam hubungan internasional, agar tidak terjebak dalam skenario ini. Karena itu, kaum Muslim jangan sampai terjebak ajaran-ajaran ekstrim yang mengkafirkan sesama muslim dan mendorong konflik antar warga masyarakat.
Bisa disimak, bagaimana dampak Tragedi WTC dan Bom Bali terhadap kaum Muslim di Palestina, Kashmir, Chechnya, Moro, Indonesia, Malaysia, dan sebagainya. Siapa yang diuntungkan? Aksi-aksi pengeboman yang memakan korban rakyat sipil yang tidak tahu apa-apa tentang terorisme terbukti justru merugikan kaum muslim sendiri dan menyulitkan posisi kaum Muslim dalam perjuangan menegakkan keadilan global.
Saat ini, kaum Muslim Indonesia menghadapi ketidakdilan budaya, ekonomi, politik, dan pemikiran yang sangat dahsyat. Maka, jalan perjuangan yang terbaik saat ini adalah melalui perjuangan keilmuan, kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan politik. Kaum Muslim perlu bersabar.
Bom-bom yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia merupakan hal yang sangat ironis dan menyedihkan. Para ulama tidak cukup hanya mengutuk, tetapi perlu mencari solusi bersama pemerintah. Anak-anak muda yang berlebihan (ghuluw) dalam beragama perlu diajak dialog dan disadarkan. Kaum Muslim perlu belajar dari sejarah dan memahami situasi kondisi internasional dengan baik.
Namun, bangsa Indonesia, juga perlu belajar dari berbagai kasus pengananan terorisme dan jangan terjebak pada skenario menjadikan umat Islam sebagai musuh. Terorisme perlu dicari akar penyebabnya secara mendalam, untuk dicarikan solusinya. Para pakar di berbagai bidang dan tokoh-tokoh masyarakat perlu dilibatkan dalam upaya pencegahan kasus terorisme, agar masalah ini tidak terulang lagi di Indonesia. Bom-bom yang telah terjadi, kita harapkan tidak terulang lagi.
Kita juga berharap, agar semua pihak berlaku adil. Keadilan harus ditegakkan dalam upaya penindakan ”terorisme” dan kejahatan lain yang dampaknya sangat merusak masyarakat. Peredaran narkotika, korupsi besar-besaran, gerakan separatisme, dan berbagai kejahatan lain perlu mendapatkan penanganan yang serius dan adil.
Meskipun merasakan berbagai ketidakadilan global, bagaimana pun, kaum muslim Indonesia dituntut untuk tetap sabar dan ikhlas dalam perjuangan. Jangan terpancing menggunakan kekerasan atau termakan paham-paham ekstrim – baik ekstrim kanan terorisme atau ekstrim kiri liberalisme. Taushiyah kepada para pemimpin wajib terus dilakukan. Ukhuwah Islamiyah pun harus dikedepankan.
Kita perlu meneladani perjuangan para ulama pendahulu kita yang beratus tahun bersabar dalam melaksanakan pendidikan dan dakwah di Indonesia. Pendidikan mereka kemudian melahirkan kader-kader pejuang yang tangguh. Dakwah mereka yang cerdas, ikhlas, dan bijak, menarik simpati masyarakat luas, sehingga masyarakat bersedia mengikuti jalan kebenaran. Namun, para ulama pesantren itulah yang memimpin aksi jihad ketika tantara penjajah akan merampas kemerdekaan kita.
Semoga Alah menolong kita semua dan menyelamatkan negeri kita dari aneka musibah, perpecahan, dan kehancuran. Amin.(sudono/ed)

(Bogor, 31 Maret 2021).

Dapatkan artikel-artikel lainnya di:
https://adianhusaini.id/category/artikel-terbaru

Pojok 1000 Artikel Pilihan: Wujudkan Komunitas Cerdas dan Bijak
Bantu share
Info berlangganan,
Kirim via WA/Telegram/Signal/BIP ke 0858 8293 0492
ketik: Daftar

Atau akses langsung ke: http://member.adianhusaini.id/register

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *