Kekafiran : Menolak Kebenaran dan Memilih Kebinasaan

Kekafiran : Menolak Kebenaran dan Memilih Kebinasaan

Dr. Slamet Muliono Redjosari

(Anggota Bidang Pemikiran lslam DDII Jatim)

  dewandakwahjatim.com - Umumnya manusia memilih jalan keselamatan dan menghindari kebinasaan. Namun secara kontradiktif, Al-Qur’an menarasikan pandangan orang kafir yang justru memilih kebinasaan daripada keselamatan ketika datang kebenaran. Alloh mengabadikan permintaan orang kafir dengan memilih kebinasaan daripada harus menerima kebenaran. Kebinasaan di dunia mereka pilih demi menolak kebenaran. Bahkan Al-Qur’an menunjukkan permintaan orang kafir untuk didatangkan siksaan daripada harus membenarkan berita kenabian. 

Kesungguhan Menolak Kebenaran

  Al-Qur’an mengabarkan bahwa orang kafir bersungguh-sungguh memegang teguh keyakinannya dan memperjuangkannya dengan gigih. Kehancuran dirinya siap dipertaruhkan dan siap menerima resiko terburuk. Upaya mereka untuk menolak kebenaran dan memarginalisasi umat Islam tak pernah berhenti. Ketika datang kebenaran yang mengajaknya untuk meninggalkan keyakinannya yang salah, mereka memilih mati. Alloh mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya :

وَإِذۡ قَالُواْ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلۡحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمۡطِرۡ عَلَيۡنَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئۡتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٖ

“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, “Ya Alloh, jika (Al-Qur’an) ini benar (wahyu) dari Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. Al-Anfal : 32)

  Namun, mereka lebih memilih kehancuran daripada harus mengevaluasi keyakinannya dan menerima kebenaran. Bahkan mereka memilih mati dan menantang untuk dijatuhi gumpalan batu dari langit, sebagaimana firman-Nya :

“Maka jatuhkanlah kepada kami gumpalan dari langit, jika engkau termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Asy-Syu’ara : 187)

  Keberanian orang kafir menolak kebenaran dan memilih jalan kebinasaan, disebabkan oleh penolakannya kepada hari kebangkitan. Penolakan hari kebangkitan, sebagai konsekuensi atas perbuatan selama hidup di dunia, inilah yang menjadi akar berbagai kejahatan. Al-Qur’an mengabadikan hal itu, sebagaimana firman-Nya

  "Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan." (QS. An-Naml : 4)

  Untuk menggambarkan hal itu, Al-Qur’an memberi contoh kaum yang menyembah matahari. Mereka bangga terhadap penyembahan itu, dan merasa nyaman, sehingga menjadi kebiasaan. Al-Qur’an mengabadikan tradisi penyembahan terhadap matahari itu sebagaimana firman-Nya : 

  "Aku (burung Hud) dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, bukan kepada Allah; dan setan telah menjadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan (buruk) mereka, sehingga menghalangi mereka dari jalan (Allah), maka mereka tidak mendapat petunjuk."(QS.  An-Naml : 24)

Penyesalan Orang Kafir

  Kalau keingkaran orang kafir yang demikian gigih menolak kebenaran, dan itu hanya terjadi saat mereka hidup di dunia. Namun ketika di akherat, mereka justru meminta kebinasaan. Permintaan kebinasaan itu karena begitu kerasnya azab yang diterimanya. Allah mengabadikan hal.itu sebagaimana firman-Nya :

وَإِذَآ أُلۡقُواْ مِنۡهَا مَكَانٗا ضَيِّقٗا مُّقَرَّنِينَ دَعَوۡاْ هُنَالِكَ ثُبُورٗا

“Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka dengan dibelenggu, mereka di sana berteriak mengharapkan kebinasaan.” (QS. Al-Furqan : 13)

  Permintaan kebinasaan di akherat ini sangat kontras ketika mereka hidup di dunia. Alih-alih menahan rasa sakit, mereka justru minta dihancurkan. Hal ini karena pedihnya siksaan yang dahulu mereka minta. 

  Bahkan Alloh tidak menghentikan sedetikpun azab yang ditimpakan kepada mereka. Hal ini sebagai bentuk penghinaan Allah atas tantangan adzab yang pernah mereka lontarkan. Bahkan Alloh menunjukkan puncak penyesalan mereka, di saat mereka melihat adzab yang sangat menyakitkan. Mereka menyesal atas keingkarannya, dan menginginkan hidup kembali untuk mengikuti kebenaran yang dibawa oleh rasul. Alloh mengabadikan hal itu sebagaimana firman-Nya :

وَيَوۡمَ يَعَضُّ ٱلظَّالِمُ عَلَىٰ يَدَيۡهِ يَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي ٱتَّخَذۡتُ مَعَ ٱلرَّسُولِ سَبِيلٗا

“Dan (ingatlah) pada hari (ketika) orang-orang zhalim menggigit dua jarinya, (menyesali perbuatannya) seraya berkata, “Wahai! Sekiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama Rasul.” (QS. Al-Furqan : Ayat 27)

  Itulah akhir kehidupan yang akan dialami oleh orang-orang yang ingkar terhadap kehidupan akherat. Mereka menganggap indah kehidupan di dunia ini, dan tidak akan ada hari pembalasan. Penolakan terhadap hari akherat inilah yang menjadi akar kejahatan mereka.(Sudono/red)

Surabaya, 9 Maret 2021

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *