IDEALNYA PEMBANGUNAN EKONOMI DAN JIWA BANGSA DILAKUKAN BERSAMA


Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id), Ketua Umum DDII

Dewandakwahjatim.com, Surabaya – Kondisi ekonomi kita jelas sedang bermasalah. Kekayaan alam yang melimpah tak dinikmati secara adil oleh mayoritas rakyat kita. Ini masalah besar yang harus segera diatasi. Tapi, kondisi jiwa bangsa kita juga amat sangat serius. Perlu usaha serius pula untuk memperbaikinya.
Dan usaha perbaikan itu harus dimulai dari memperbaiki pendidikan kita agar tidak melahirkan manusia-manusia yang rusak jiwanya. Kita ingat kembali rumus yang diberikan oleh Imam al-Ghazali: rakyat rusak karena penguasa rusak; penguasa rusak karena ulama rusak; ulama rusak karena cinta dunia dan kedudukan.


Dalam Kitab Ulamāu al-Sū’, ‘Ulamāu al-Dunyā, Syaikh Amin memaparkan ciri-ciri ulama al-su’ (ulama jahat), diantaranya: Menyembunyikan ilmu, cinta dunia, dan mengikuti hawa nafsu. “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang diturunkan Allah berupa al-Kitab dan menjualnya dengan harga murah, mereka itu tidaklah makan sesuatu kecuali api neraka, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka di Hari Kiamat dan Allah tidak mensucikan mereka dan bagi mereka azab yang pedih.” (QS al-Baqarah: 174).


Cinta dunia dan bergantung padanya adalah pangkal segala kerusakan (hubbud-dunyā wal-ta’alluqu bihā ra’su kulli khathīatin). Itu bukan berarti ulama tidak boleh menikmati dunia, sebatas yang dihalalkan oleh Allah SWT. Karena itu, sifat-sifat buruk yang melekat pada ulama jahat bisa dikembalikan pada pangkal masalah, yakni kecintaannya pada dunia. Itulah pentingnya mencari ilmu dengan kejujuran dan keikhlasan.


Syaikh Amin menyarankan, agar para pelajar bersungguh-sungguh dalam usaha tazkiyatun nafs. Yakni, membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela. Sebab, Allah SWT telah menjelaskan, sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwanya dan sungguh celakalah orang yang mengotori jiwanya. (QS al-Syams: 9-10).


Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw ketika membaca ayat: “wa nafsin wa-mā sawwāhā, fa-alhamahā fujūrahā wa-taqwāhā”, maka Rasulullah saw berhenti dan berdoa: “Allāhumma āti nafsiy taqwāhā, anta waliyyuhā wa-mawlāhā, wa-khayru man zakkāhā.” (Ya Allah, hadirkanlah ketaqwaan dalam jiwaku, Engkaulah pelindung dan tuan-nya, dan Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya).


Salah satu doa Nabi saw: “Allāhumma inniy as-aluka nafsan muhmainnatan tu’minu bi-liqāika, wa-tardhā bi-qadhāika, wa-taqnau bi-‘athāika, wa-takhsyāka haqqa khasyyatika”. (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu akan jiwa yang tenang yang beriman pada perjumpaan dengan-Mu, yang ridha terhadap keputusan-Mu, yang menerima pemberian-Mu, dan yang sungguh-sungguh takut pada-Mu).
Aktivitas tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) dilakukan dengan melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT. Mensucikan umatnya (wa-yuzakkīhim) adalah salah satu tugas Nabi saw, disamping mengajarkan kitab dan hikmah.


Rasulullah saw menekankan pentingnya melakukan jihad melawan hawa nafsu ini: al-mujāhidu man jāhada nafsahū. Seorang mujahid adalah yang berjihad melawan hawa nafsunya. Jiwa yang tenang, sebagaimana doa Rasulullah saw, adalah yang ridha dan ikhlas menerima keputusan dan pemberian Allah SWT. Jiwa seperti ini diraih melalui pemahaman aqidah yang kokoh dan latihan yang terus-menerus, tidak mengenal lelah.
Proses pensucian jiwa harus dilakukan terus-menerus agar para pelajar tidak terjebak ke dalam fanatisme buta dan kesombongan keilmuan dan kehebatan kelompoknya. Juga, agar para aktivis dakwah terhindar dari sifat iri hati, riya’, malas, penakut, benci kepada sesama muslim, dan sebagainya.
Semua itu memerlukan kesungguhan olah jiwa menuju kepada jiwa yang tenang (nafsul muthmainnah). Tanpa kebersihan jiwa, kehidupan masyarakat akan terus diwarnai keserakahan diri, aneka saling caci maki, keangkuhan, serta saling menjatuhkan satu dengan yang lain.
Inilah program pembangunan jiwa yang diamanahkan oleh lagu kebangsaan kita: Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya! Janganlah umat Islam dipaksa untuk melakukan pembengunan jiwa dengan menyelenggarakan pendidikan moralitas tanpa Tuhan (morality without religion). Jiwa yang sehat adalah yang taat kepada Tuhan Yang Maha Esa.


Kita berharap, Presiden Prabowo bisa menjalankan amanah kekuasaan yang dibebankan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa kepadanya, dengan sebaik-baiknya. Pembangunan ekonomi dan pembangunan jiwa dilaksanakan sekaligus secara simultan, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah saw. (Depok, 27 Maret 2025).

Admin: Kominfo DDII Jatim

Editor: Sudino Syueb

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *