JANGAN LENGAH KITA SEDANG BERTEMPUR MELAWAN PASUKAN SEKULARISME


Oleh: Dr. Adian Husaini (www.adianhusaini.id)

Ketua Umum DDII Jatim

Dewandakwahjatim.com, Depok - 
Tidak diragukan lagi, Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas adalah seorang pemikir dan sekaligus komandan pasukan perang yang hebat melawan pasukan sekularisme. Dalam bukunya, ”Islam: The Covenants Fulfilled”, Prof. al-Attas mengucapkan terimakasih kepada Dubes Turki untuk Malaysia yang telah memberikan dukungan kuat terhadap karya-karyanya tentang pentingnya pemikiran Prof. Al-Attas dalam pertempuran melawan pasukan sekularisasi. 

”My indebtenedness to Her Excellency the Ambassador was due to her strong support of my work and keen perception of the importance of my ideas in combating the forces of secularization,” tulis Prof. Al-Attas.
Dalam berbagai tulisannya, Prof. Naquib al-Attas memang memberikan gambaran terjadinya pertempuran gagasan yang hebat antara Islam melawan sekularisme. Karena itulah, umat Islam dimintanya benar-benar memahami hakikat sekularisme itu dan bagaimana paham ini menyerang umat Islam dari segala penjuru.


Tahun 1973, dalam bukunya yang berjudul “Risalah untuk Kaum Muslimin” Prof. al-Attas berpesan kepada umat Islam: “Seperti juga dalam ilmu peperangan kau harus mengenali siapakah dia seterumu itu; di manakah letaknya kekuatan dan kelemahan tenaganya; apakah helah dan tipu muslihatnya bagi mengalahkanmu; bagaimanakah cara dia menyerang dan apakah yang akan diserangnya; dari jurusan manakah akan serangan itu didatangkan; siapakah yang membantunya, baik dengan secara disedari mahupun tiada disedari – dan sebagainya ini, maka begitulah kau akan lebih insaf lagi memahami nasib serta kedudukan Islam dan kau sendiri dewasa ini apabila penjelasan mengenai seterumu itu dapat dipaparkan terlebih dahulu.” (Syed Muhammad Naquib al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (Kuala Lumpur: ISTAC, 2001).


Karena sifat dasarnya yang semacam itu, maka menurut Prof. al-Attas, antara peradaban Barat dan peradaban Islam akan selalu terjadi suatu pertempuran abadi (permanent confrontation) dalam tataran ide. ”The confrontation between Western culture and civilization and Islam, from the historical religious and military levels, has now moved on to the intellectual level; and we must realize, then, that this confrontation is by nature a historically permanent one,” jelas Prof. al-Attas.


Masyarakat modern memang menempatkan akal manusia sebagai penentu kebenaran, dan bukan lagi agama. Agama dijadikan sebagai urusan pribadi. (The idea of modernity makes science, rather than God, central to society and at best relegates religious beliefs to the inner realm of private life). (Alain Touraine, Critique of Modernity, 1995).


Penjelasan Prof. al-Attas tentang pertempuran  hebat – dalam tataran ide – antara Islam dan sekularisme itu perlu terus-menerus kita renungkan dan kita telaah. Selama berpuluh tahun membaca masalah ini, baik melalui buku maupun realitas di lapangan kehidupan, saya semakin memahami betapa seriusnya masalah serangan sekularisme ini dalam pemikiran umat Islam. 

Dan benarlah yang dikatakan Prof. al-Attas, umat Islam jangan sampai lengah dalam peperangan melawan sekularisme itu. Tentu saja, dalam setiap pertempuran, yang harus dikenali dengan cermat adalah hakikat musuh itu.


Kata Prof. al-Attas: “Seperti juga dalam ilmu peperangan kau harus mengenali siapakah dia seterumu itu; di manakah letaknya kekuatan dan kelemahan tenaganya; apakah helah dan tipu muslihatnya bagi mengalahkanmu; bagaimanakah cara dia menyerang dan apakah yang akan diserangnya; dari jurusan manakah akan serangan itu didatangkan; siapakah yang membantunya, baik dengan secara disedari mahupun tiada disedari.”


Paham sekularisme ini sangat dahsyat dalam meruntuhkan sendi-sendi kekuatan umat Islam. Paham ini secara mendasar telah meruntuhkan iman seorang muslim. Bagaimana tidak! Paham ini menolak campur tangan Tuhan dalam mengatur kehidupan seseorang. Paham ini menafikan adanya kehidupan akhirat. Paham ini pun menolak wahyu sebagai sumber ilmu.


Cobalah renungkan! Ketika menyusun kurikulum pendidikan, seorang muslim tidak mau merujuk kepada panduan Allah dan Rasul-Nya dalam mendidik manusia. Yang wajib dicari adalah ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Anehnya, para pelajar justru dipaksa mempelajari ilmu-ilmu yang tidak diwajibkan atau bahkan dipaksa mengimani bahwa manusia itu berasal dari bangsa kera dan tujuan terpenting hidupnya bukan untuk beribadah kepada Tuhannya. Jika seperti itu, lalu bagaimana tanggung jawab penyelenggara pendidikan di hadapan Allah nanti?


Karena begitu seriusnya pertempuran Islam melawan sekularisme ini, seharusnya umat Islam benar-benar memahami dan menyadari tentang hakikat pertempuran ini. Pertempuran pada tataran ide ini lebih dahsyat daripada Perang di Gaza. Korbannya pun tidak main-main. Jutaan orang terkena virus ganas sekularisme sehingga pikirannya rusak. Sampai-sampai mereka berani membangkang kepada Allah dan Rasul-Nya.


Lebih aneh lagi, ada saja diantara sebagian orang yang sibuk menyerang saudaranya sendiri. Setiap hari sibuk menyerang mazhab lain, dan mungkin tanpa sadar, ada anggota keluarga dan warga organisasinya yang terpapar virus ganas paham sekularisme, sehingga terjangkit penyakit hubbud-dunya yang meruntuhkan sendi-sendi pertahanan keimanan.


Karena itu, saatnya kita menyadari betapa seriusnya pertempuran melawan pasukan sekularisme ini. Kita kuatkan ukhuwah. Kita satukan barisan perjuangan, sehingga menjadi satu kekuatan yang dahsyat laksana satu bangunan yang kokoh. Semoga Allah menolong kita. Amin. (Depok, 14 Januari 2025).

Admin: Kiminfo DDII Jatim

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *